Solo (ANTARA) - Salah satu warga Kota Solo, Jawa Tengah Djaryani (56) telah memanfaatkan program layanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk pengobatan kanker yang dideritanya.
Ditemui di sela menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta, Senin Djaryani mengaku sudah memanfaatkan layanan tersebut sejak dua tahun terakhir.
Ia menceritakan awal mulanya pada tahun 2023 mulai merasakan adanya benjolan pada payudara sebelah kanan. Tanpa menunggu lama, ia segera mendatangi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) tempatnya terdaftar.
Berdasarkan hasil pemeriksaan awal oleh dokter di FKTP, ia dirujuk ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter spesialis bedah onkologi.
"Awalnya saya merasa sakit pada payudara, ternyata di sebelah kanan ada benjolan. Karena khawatir, saya langsung periksa ke Puskesmas. Di sana oleh dokter langsung dirujuk ke rumah sakit agar segera diketahui benjolan tersebut karena apa penyebabnya," katanya.
Saat itu, karena sudah memiliki JKN ia mau dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar.
"Karena setahu saya biaya bisa dijamin oleh BPJS Kesehatan sehingga mengenai biaya saya tidak perlu memikirkan lagi," katanya.
Dari hasil pemeriksaan oleh dokter spesialis bedah onkologi dan didukung hasil laboratorium, ia mengatakan perlu dilakukan pengambilan jaringan benjolan tersebut.
Akhirnya, pada pertengahan tahun 2024 dilakukan tindakan. Setelah tindakan pengambilan jaringan, hasil pemeriksaan patologi klinis terhadap jaringan benjolan tersebut diketahui bahwa dirinya menderita kanker payudara.
"Sejak dalam pengobatan oleh dokter bedah onkologi, saya sudah pasrah untuk kesembuhan saya. Mulai pengambilan jaringan benjolan, kemudian dari hasil laboratorium ternyata itu sel kanker dan akhirnya saya harus operasi pengangkatan payudara," katanya.
Berkat program JKN, ia mengaku dapat pengobatan yang cepat dan mudah.
"Saya juga tidak dibedakan dengan pasien lain. Semua pelayanan cepat dan lancar, bahkan untuk dioperasi tidak menunggu jadwal lama," katanya.
Selanjutnya, usai tindakan operasi Djaryani masih harus menjalani pengobatan kemoterapi. Terkait layanan tersebut, ia merasa bersyukur menjalani kemoterapi karena tidak perlu jauh-jauh mencari rumah sakit.
"BPJS Kesehatan pelayanannya bagus dan akses pelayanan pesertanya mudah. Saya kemoterapi tidak perlu ribet dengan syarat administrasi yang banyak serta juga pelayanannya tidak dibeda-bedakan dengan peserta kelas lain. Jadi semua peserta yang akitf jadi peserta JKN mendapat pelayanan yang setara," katanya.
Ia juga mendapatkan manfaat dan pelayanan yang sama dengan peserta dari segmen lain.
"Dokter memeriksanya dengan ramah dan teliti, bahkan seringkali memberikan masukan dan motivasi pada saya," katanya.
Baginya dukungan dari dokter dan tenaga medis sangat penting dan memberi pengaruh positif bagi kondisi psikologisnya.
Meski harus hidup bersama penyakit kanker dan rutin menjalani kemoterapi yang berdampak pada rasa sakit pada tubuhnya, ia tetap bersyukur dan semangat karena mendapat pengobatan yang bermutu dari BPJS Kesehatan.
"Sekarang saya kemoterapi setiap 21 hari, sudah enam kali terapi. Terkadang efeknya membuat badan sakit, namun tetap saya syukuri. Semua biaya sudah dijamin BPJS Kesehatan, jika tidak ada program JKN entah bagaimana harus membiayai pengobatan saya. Dorongan motivasi dari dokter dan perawat membuat saya lebih semangat, mereka memberikan pelayanan dengan ramah dan mau mendengarkan keluhan saya dengan sabar," katanya.