Kudus (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mengimbau masyarakat setempat mewaspadai penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD) menyusul temuan kasus yang semakin bertambah dan terdapat kasus meninggal dunia.
"Musim pancaroba dengan kondisi panas kemudian hujan, membuat perkembangbiakan jentik nyamuk menjadi lebih cepat. Untuk itu, masyarakat patut waspada dengan penyebaran penyakit DBD," kata Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus Nuryanto di Kudus, Rabu.
Untuk mengantisipasinya, katanya, masyarakat harus menjaga kebersihan lingkungan dan membiasakan hidup sehat agar tidak mudah terserang penyakit.
Jika ada anggota keluarga yang mengalami demam lebih dari tiga hari yang diikuti gangguan, seperti muntah, mual serta tangan, dan kaki bersuhu dingin harus segera dilarikan ke fasilitas kesehatan terdekat.
"Jangan sampai terlambat karena saat ini ada tes cepat dengue untuk mendeteksi seseorang terserang DBD atau tidak," ujarnya.
Jika hasilnya dinyatakan positif atau reaktif, katanya, akan dilakukan pengobatan awal. Penanganan bisa dilakukan di tingkat puskesmas atau dirujuk ke rumah sakit.
Ia mengungkapkan tiga kasus DBD meninggal dunia yang dialami anak-anak karena terlambat dibawa ke layanan kesehatan karena kemungkinan dianggap demam biasa.
Selama periode Januari-November 2021 tercatat 137 kasus DBD dan tiga kasus di antaranya meninggal dunia. Kasus meninggal tersebar di Desa Garung Kidul, Menawan, dan Wergu Wetan.
Jumlah kasus tersebut, kata dia, tentu saja berbeda jauh dengan temuan kasus tahun sebelumnya yang 40 kasus, namun kasus meninggalnya lebih tinggi karena mencapai lima kasus.
Untuk antisipasi agar tidak terserang DBD, katanya, maka perlu langkah-langkah preventif dengan menggerakkan puskesmas dalam memberikan edukasi pentingnya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui pengurasan bak mandi atau penampungan air, menutup bak penampung air, dan mengubur barang bekas yang berpotensi menampung air hujan agar tidak dijadikan tempat berkembang biak jentik nyamuk yang dimungkinkan membawa virus DBD atau cikungunya.
Menurut dia, upaya pemberantasan penyakit DBB melalui PSN cukup efektif dibandingkan dengan cara lain, seperti abatisasi selektif maupun pengasapan.
Upaya lain untuk mencegah penyebaran DBD, yakni mengaktifkan kelompok kerja penanggulangan DBD kecamatan dan desa, serta mengerahkan petugas pemantau jentik serta menggerakkan satu rumah satu juru pemantau jentik, baik kepala keluarga, ibu, dan anaknya, agar bebas jentik atau nyamuk.
Berita Terkait
Dinkes Kudus ajak masyarakat galakkan PSN untuk cegah DBD
Jumat, 15 November 2024 16:27 Wib
Program nyamuk wolbachia Kota Semarang dievaluasi awal 2025
Kamis, 14 November 2024 20:45 Wib
Dinkes Blora ajak warga jaga kebersihan lingkungan untuk cegah DBD
Rabu, 13 November 2024 14:02 Wib
Dinkes Banyumas ajak masyarakat tidak jauhi penderita HIV/AIDS
Selasa, 12 November 2024 14:45 Wib
Pemprov Jateng pastikan katering makan bergizi gratis terverifikasi
Kamis, 7 November 2024 18:12 Wib
Kasus DBD di Boyolali naik dua kali lipat
Selasa, 29 Oktober 2024 13:55 Wib
Dinkes: Lomba Duta Kesehatan Remaja Boyolali perkuat sistem
Kamis, 10 Oktober 2024 8:57 Wib
Dinkes Surakarta: Perlu deteksi dini untuk pencegahan TBC pada anak
Rabu, 11 September 2024 8:17 Wib