Jakarta (ANTARA) - Petenis Australia Bernard Tomic didenda sebesar 45.000 pounds karena "tidak memenuhi standar-standar profesional" saat bermain, setelah ia hanya memberikan usaha minimal ketika dikalahkan Jo Wilfred Tsonga di Wimbledon pada Jumat dini hari WIB, kata panitia penyelenggara seperti dikutip Reuters.
Para penggemar terlihat dongkol ketika petenis peringkat 96 itu menelan kekalahan 2-6, 1-6, 4-6 pada pertandingan Selasa. Melalui media sosial, mereka ramai-ramai menyebut penampilan Tomic sebagai "mengerikan" dan memalukan.
"Ini merupakan opini wasit bahwa penampilan Bernard Tomic pada pertandingan putaran pertama dia melawan Jo-Wilfried Tsonga tidak memenuhi standar-standar profesional, dan oleh sebab itu ia didenda dengan jumlah maksimal 45.000 pound yang akan dipotong dari uang hadiah," demikian pernyataan panitia penyelenggara.
Para petenis yang kalah di putaran pertama semestinya mendapatkan 45.000 pound. Oleh sebab itu Tomic meninggalkan turnamen ini dengan tangan hampa setelah perseteruan terkininya dengan panitia penyelenggara di All England Club.
Ia pernah didenda sebesar 15.000 dolar pada 2017 setelah mengaku berpura-pura cedera saat kalah dari Mischa Zverev di putaran pertama, di mana belakangan ia berkata bahwa dirinya "bosan" dengan Wimbledon.
Ketika diminta menjelaskan mengenai penampilannya pada Selasa, Tomic hanya mengatakan bahwa ia bermain sangat buruk.
Bagaimanapun, ia mendapat dukungan dari petenis lain, dalam hal ini Tsonga. Petenis Prancis itu setelah menang atas Ricardas Berankis pada Selasa menyatakan dirinya bersimpati dengan Tomic.
"Hal itu begitu menyentuh. Mereka (panitia penyelenggara) akan melakukan hal itu terhadap dia dan tidak dengan petenis lain? Dan menurut saya itu sedikit berlebihan," kata Tsonga kepada para pewarta.
"Pada set ketiga ia bermain baik dan itu adalah set yang ketat. Dan saya bermain baik untuk memenangi set ini," tambahnya.
Petenis putri AS Sloane Stephens juga terkejut dengan denda yang dijatuhkan kepada Tomic. Stephens sendiri merasa dirinya kurang setuju dengan cara panitia penyelenggara menentukan apakah seorang petenis sudah memberikan usaha terbaik atau tidak.
"Ketika Anda mulai melakukannya dan menjadi hakim terhadap apa yang terjadi, dan bagaimana orang-orang mendapatkan penghidupan, maka saat itu semua menjadi lebih sulit," tuturnya.