Petani Temanggung Ritual Larung di Sungai Progo
Temanggung, ANTARA JATENG - Sejumlah petani di lereng Gunung Sumbing dan Sindoro, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, menggelar ritual larung sesaji di Sungai Progo bawah Jembatan Kranggan, Temanggung, Jumat.
Sebelum melarung sesaji, mereka menggelar selamatan "Puji Jagat Larung Sukerto" di Tuk Budoyo lereng Gunung Sumbing di Dusun Dayan, Desa Losari, Tlogomulyo, Temanggung.
Peserta ritual larung, Kirwiyono mengatakan selamatan puji jagat larung sukerto merupakan doa bersama pada Tuhan Yang Maha Esa. Doa ini dilakukan oleh para sesepuh lintas adat dan budaya dari lereng Sumbing dan Sindoro di Temanggung.
"Kami gelar ritual mahening dan dilanjutkan ritual larung sebagai simbol untuk membuang segala kesialan ke Sungai Progo," katanya.
Ia mengatakan selamatan ini bertujuan agar pada masa tanam tembakau petani tahun ini diberikan kelancaran dan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Kuasa, mengusir hama tembakau termasuk hal-hal yang menghambat dan mengurangi ruang gerak bagi petani untuk budidaya tembakau, termasuk mengusir hama anti tembakau.
"Kami berdoa agar Presiden Jokowi dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dapat memberikan perlindungan pada petani dengan kebijakan pro petani tembakau. Kami juga berdoa untuk kejayaan NKRI agar jauh dari perpecahan," katanya.
Ia mengatakan Temanggung merupakan sentra penghasil tembakau, akibat maraknya impor tembakau membuat para petani tembakau khawatir karena takut ada penurunan penyerapan hasil produksi.
"Impor tembakau mempunyai dampak berantai pada perekonomian di tingkat bawah khususnya di wilayah sentra tembakau termasuk Temanggung, ambruknya pondasi perekonomian di tingkat petani lokal di daerah sentra pertembakauan," katanya.
Pengurus Asosiasi Petani tembakau Indonesia (APTI) Temanggung, Yudha Sudarmaji menyampaikan terima kasih kepada sesepuh dan semua peserta ritual yang tetap semangat memperjuangkan eksistensi dalam menanam tembakau.
"Ritual ini menyatukan antara langkah dan doa untuk mengusir hama tembakau baik yang berupa hama langsung maupun hama dalam bentuk lain," katanya.
Sebelum melarung sesaji, mereka menggelar selamatan "Puji Jagat Larung Sukerto" di Tuk Budoyo lereng Gunung Sumbing di Dusun Dayan, Desa Losari, Tlogomulyo, Temanggung.
Peserta ritual larung, Kirwiyono mengatakan selamatan puji jagat larung sukerto merupakan doa bersama pada Tuhan Yang Maha Esa. Doa ini dilakukan oleh para sesepuh lintas adat dan budaya dari lereng Sumbing dan Sindoro di Temanggung.
"Kami gelar ritual mahening dan dilanjutkan ritual larung sebagai simbol untuk membuang segala kesialan ke Sungai Progo," katanya.
Ia mengatakan selamatan ini bertujuan agar pada masa tanam tembakau petani tahun ini diberikan kelancaran dan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Kuasa, mengusir hama tembakau termasuk hal-hal yang menghambat dan mengurangi ruang gerak bagi petani untuk budidaya tembakau, termasuk mengusir hama anti tembakau.
"Kami berdoa agar Presiden Jokowi dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dapat memberikan perlindungan pada petani dengan kebijakan pro petani tembakau. Kami juga berdoa untuk kejayaan NKRI agar jauh dari perpecahan," katanya.
Ia mengatakan Temanggung merupakan sentra penghasil tembakau, akibat maraknya impor tembakau membuat para petani tembakau khawatir karena takut ada penurunan penyerapan hasil produksi.
"Impor tembakau mempunyai dampak berantai pada perekonomian di tingkat bawah khususnya di wilayah sentra tembakau termasuk Temanggung, ambruknya pondasi perekonomian di tingkat petani lokal di daerah sentra pertembakauan," katanya.
Pengurus Asosiasi Petani tembakau Indonesia (APTI) Temanggung, Yudha Sudarmaji menyampaikan terima kasih kepada sesepuh dan semua peserta ritual yang tetap semangat memperjuangkan eksistensi dalam menanam tembakau.
"Ritual ini menyatukan antara langkah dan doa untuk mengusir hama tembakau baik yang berupa hama langsung maupun hama dalam bentuk lain," katanya.