Pasar Imlek Semawis Semarang Bentuk Toleransi Antarumat Beragama
Semarang, ANTARA JATENG - Budayawan Jaya Suprana menyebutkan bahwa Pasar Imlek Semawis yang digelar tiap tahun di kawasan Pecinan, Kota Semarang, Jawa Tengah, merupakan salah satu bentuk toleransi antarumat beragama.
"Pasar Imlek Semawis Semarang itu contoh toleransi karena semua rakyat (dari berbagai latar belakang) berada di sana," katanya di Semarang, Sabtu.
Pendiri Museum Rekor Indonesia itu mengaku terharu dengan diselenggarakannya Pasar Imlek Semawis di tengah krisis Bhinneka Tunggal Ika.
"Saya terharu sekali, krisis Bhinneka Tunggal Ika dan intoleransi gak ada itu semua, anda lihat apa yang terjadi di (Pasar Imlek) Semawis, rakyat berkumpul semua, meskipun berbeda etnis bangsa, ras, sosial, agama, kaya miskin, laki perempuan," ujarnya.
Pria kelahiran 27 Januari 1949 yang dibesarkan di Kota Semarang itu berharap, kegiatan Pasar Imlek Semawis bisa diselenggarakan di berbagai daerah lainnya guna mempererat persatuan dan kesatuan bangsa.
Pasar Imlek Semawis Semarang yang merupakan even tahunan dibuka oleh Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi pada Selasa (24/1) malam.
Ketua Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata (Kopi Semawis) Haryanto Halim menjelaskan penyelenggaraan Pasar Imlek Semawis Semarang kali ini mengangkat tema "Pasar Obar-Abir".
"Tema ini juga mendalam maknanya. Artinya, warna-warni kebhinnekaan dalam satu kesatuan yang wajib didukung semua pihak. Masyarakat Semarang meyakini keberagaman adalah keniscayaan," katanya.
Bahkan, kata dia, hidangan yang disajikan dalam tradisi "tuk panjang" juga mengacu tema yang beraneka ragam, seperti lunpia cap go meh, sup shanghai, brokoli jamur tungku, hingga jajan pasar.
"Semoga keharmonisan selalu mewarnai kehidupan di tahun ayam mendatang," pungkasnya.
"Pasar Imlek Semawis Semarang itu contoh toleransi karena semua rakyat (dari berbagai latar belakang) berada di sana," katanya di Semarang, Sabtu.
Pendiri Museum Rekor Indonesia itu mengaku terharu dengan diselenggarakannya Pasar Imlek Semawis di tengah krisis Bhinneka Tunggal Ika.
"Saya terharu sekali, krisis Bhinneka Tunggal Ika dan intoleransi gak ada itu semua, anda lihat apa yang terjadi di (Pasar Imlek) Semawis, rakyat berkumpul semua, meskipun berbeda etnis bangsa, ras, sosial, agama, kaya miskin, laki perempuan," ujarnya.
Pria kelahiran 27 Januari 1949 yang dibesarkan di Kota Semarang itu berharap, kegiatan Pasar Imlek Semawis bisa diselenggarakan di berbagai daerah lainnya guna mempererat persatuan dan kesatuan bangsa.
Pasar Imlek Semawis Semarang yang merupakan even tahunan dibuka oleh Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi pada Selasa (24/1) malam.
Ketua Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata (Kopi Semawis) Haryanto Halim menjelaskan penyelenggaraan Pasar Imlek Semawis Semarang kali ini mengangkat tema "Pasar Obar-Abir".
"Tema ini juga mendalam maknanya. Artinya, warna-warni kebhinnekaan dalam satu kesatuan yang wajib didukung semua pihak. Masyarakat Semarang meyakini keberagaman adalah keniscayaan," katanya.
Bahkan, kata dia, hidangan yang disajikan dalam tradisi "tuk panjang" juga mengacu tema yang beraneka ragam, seperti lunpia cap go meh, sup shanghai, brokoli jamur tungku, hingga jajan pasar.
"Semoga keharmonisan selalu mewarnai kehidupan di tahun ayam mendatang," pungkasnya.