"Kami bersama Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Semarang untuk membahas pembentukan satgas khusus bidang HIV ini," kata Sekretaris Perdoski Kota Semarang Dr. dr. Renni Yuniati di Semarang, Kamis.
Hal tersebut diungkapkannya saat Penyuluhan Pelajar SMU "Hidup Sehat dan Bahagia, Bebas Infeksi Menular Seksual dan HIV/AIDS" di Balai Kota Semarang yang diprakarsai Perdoski Kota Semarang.
Renni yang juga ketua panitia kegiatan itu mengatakan keberadaan satgas khusus bidang HIV/AIDS nantinya akan bernaung di bawah usaha kesehatan sekolah (UKS) dibantu oleh para anggota Perdoski.
"Rencananya, kami memang membantu atau dilibatkan dalam satgas khusus bidang HIV/AIDS ini. Sekarang ini, kecenderungan penularan penyakit HIV/AIDS memang bergeser ke kalangan remaja," katanya.
Ia menjelaskan pendeteksian penyakit HIV/AIDS memang tidak bisa dilihat kasat mata, namun harus melalui pemeriksaan di klinik VCT (voluntary, counselling and testing) yang sudah disediakan.
Namun, kata dia, tidak semua orang mau memeriksakan diri ke klinik VCT, apalagi kalangan remaja atau pelajar, mengingat salah satu faktor penularan HIV/AIDS adalah melalui hubungan seksual.
"Ya, memang tidak bisa diketahui apakah terkena HIV/AIDS atau tidak. Namun, siapapun yang merasa pernah melakukan hubungan seks bebas, ya, harus memeriksakan diri ke klinik VCT," katanya.
Selain melalui keberadaan satgas khusus bidang HIV/AIDS, lanjut dia, untuk memfasilitasi pelajar yang mungkin enggan atau malu memeriksakan diri akan disediakan "hotline" untuk berkonsultasi.
"Klinik-klinik VCT selama ini kan sudah disediakan di beberapa rumah sakit (RS), termasuk swasta, seperti RSUP dr Kariadi, RSUD Tugurejo, RSUD Kota Semarang, dan RS Islam Sultan Agung," katanya.
Pemeriksakan atau konsultasi di klinik VCT, kata Renni, bersifat gratis, termasuk pemberian obat secara gratis bagi mereka yang ternyata positif mengidap HIV/AIDS dari pemeriksaan yang dilakukan.