"Tentang anak yang meninggal itu (Alifiandra, red.), sebetulnya sudah kami laksanakan sesuai prosedur atau standar operasional prosedur dan standar pelayanan medik. Tindakan kami sesuai dengan perintah dokter pengirim," katanya, di Purwokerto, Rabu.

Lukas mengatakan hal itu kepada wartawan saat konferensi pers terkait dugaan malapraktik yang menyebabkan meninggalnya pasien atas nama Alifiandra Inara di RSU St. Elisabeth.

Menurut dia, pihaknya akan selalu berpegang pada standar operasional prosedur dalam penanganan setiap penyakit.

Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga tidak boleh di bawah standar pelayanan keperawatan.

"Jadi, tolok ukur kami adalah standar pelayanan medik dan standar pelayanan keperawatan serta standar operasional prosedur. Kami sudah laksanakan itu semua," katanya.

Lebih lanjut, dia mengatakan pihaknya telah memberikan pelayanan dengan cepat karena pasien atas nama Alifiandra Inara itu dalam kondisi gawat.

Menurut dia, pihaknya telah berupaya memberikan pengobatan yang dibutuhkan pasien sesuai dengan perintah dokter yang mengirimnya ke RSU St. Elisabeth.

Disinggung mengenai kondisi pasien sebelum meninggal dunia, Lucas mengatakan bahwa Alifiandra sebenarnya tidak terlihat segar karena sudah ada tanda-tanda sesak napas.

"Keluhan sebenarnya sudah sejak Kamis (24/4) malam, sesak, panas tinggi, serta tangan dan kaki dingin. Jadi, sebetulnya secara medis itu sudah kurang baik," katanya.

Akan tetapi, kata dia, kemungkinan awam tidak menyadari jika kondisi badannya kurang baik.

"Mestinya malam itu sudah harus dibawa ke sini (rumah sakit, red.), kalau berdasarkan pemeriksaan dokter jaga saat itu dan surat pengantar dari dokter yang mengirim," katanya.

Dengan demikian, kata dia, ada keterlambatan orang tua membawa pasien ke rumah sakit karena baru dibawa pada Jumat (25/4).

Namun saat disinggung mengenai penyebab meninggalnya pasien tersebut, dia enggan memberikan penjelasan.

"Kalau secara medis teknis, kami bisa menjelaskan. Tapi untuk konsumsi ini (media, red.) mungkin kami harus membatasi karena ada rambu-rambu untuk kami," katanya.

Selain itu, kata dia, pihaknya memiliki rekam medik pasien tersebut secara lengkap sehingga dapat digunakan untuk membuktikan kapan Alifiandra meninggal dunia.

Berdasarkan rekam medik, lanjut dia, waktu meninggalnya pasien berbeda dengan yang disebutkan oleh keluarga.

"Bukan lima menit setelah disuntik. Kami bisa membuktikan bahwa itu berbeda, namun kami tidak bisa menyebutkan penyakit pasien karena itu melanggar kode etik dan peraturan," katanya.

Seperti diwartakan, Seorang bocah perempuan berusia 20 bulan, Alifiandra Inara, diduga mengalami malpraktik hingga akhirnya meninggal dunia setelah menjalani pemeriksaan di Instalasi Gawat Darurat RSU St. Elisabeth, Purwokerto.

"Saat di IGD RSU St. Elizabeth pada Jumat (25/4), anak kami disuntik obat melalui infus oleh seorang perawat. Namun, lima menit kemudian, bibirnya tampak biru-biru dan kakinya terasa dingin, hingga akhirnya meninggal dunia," kata ibunda Alifiandra, Debi Oktavanie (30) didampingi suaminya Haryadi (34), di Purwokerto, Selasa (29/4).

Sebelum meninggal dunia, kata dia, Alifiandra pada Selasa (22/4) mengeluh sakit dan nafsu makannya berkurang, sehingga keluarga membawanya berobat di sebuah klinik dan diperiksa oleh salah seorang dokter spesialis anak.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, lanjut dia, dokter tersebut menyimpulkan jika Alifiandra mengalami gejala radang tenggorokan karena akan terkena flu dan batuk sehingga nafsu makannya berkurang.

Oleh karena kondisinya tidak mengalami perubahan, Debi akhirnya kembali membawa anaknya ke klinik tersebut pada Jumat (25/4) pagi.

"Dokter selanjutnya merujuk anak saya ke RSU St. Elizabeth. Saat baru masuk IGD RSU St. Elizabeth, sekitar pukul 10.00 WIB, anak saya masih dalam kondisi segar dan ceria," katanya.

Bahkan, kata dia, Alifiandra juga berjalan sendiri menuju timbangan saat berat badannya hendak ditimbang.

Setelah ditimbang, lanjut dia, dokter jaga IGD segera memasang selang oksigen ke hidung Alifiandra termasuk memasang infus pada tubuh putrinya itu, dan selanjutnya seorang perawat menyuntikkan obat ke dalam selang infus.

"Namun lima kemudian, bibir anak saya langsung biru-biru. Saya langsung menggendongnya dan memanggil dokter jaga, hingga akhirnya dilakukan tindakan menggunakan alat pemacu jantung," katanya.

Akan tetapi, kata dia, upaya tersebut tidak mampu menyelamatkan Alifiandra.

"Anak saya akhirnya meninggal dunia," katanya.

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Zaenal A.
Copyright © ANTARA 2024