"Saya terpaksa harus mencari pupuk urea ke Ajibarang atau Wangon, meskipun harganya sangat tinggi," kata salah seorang petani, Kasan (45), di Desa Tlaga, Kecamatan Gumelar, Banyumas, Kamis.

Menurut dia, harga pupuk urea di pasaran saat ini mencapai Rp110 ribu per karung isi 50 kilogram.

Padahal, kata dia, HET urea hanya sebesar Rp90 ribu per karung.

Petani lainnya, Karto (48) mengaku terpaksa mencari pupuk lebih dini meskipun pemupukan terhadap tanaman padi di sawahnya baru akan dilakukan pertengahan pekan depan.

"Saya lebih baik beli pupuk sekarang daripada saat dibutuhkan, harganya sudah semakin melambung dan sulit mendapatkannya," katanya.

Salah seorang petugas penyuluh lapangan (PPL) Kecamatan Gumelar, Saprapto mengatakan bahwa pihaknya menerima informasi jika ada pengurangan alokasi pupuk bersubsidi.

"Itu (pengurangan alokasi pupuk) baru sebatas kabar, kami belum menerima informasi secara resmi," katanya.

Dia memperkirakan kelangkaan pupuk di pasaran sebagai dampak dari pengurangan alokasi pupuk urea bersubsidi.

Akibat kesulitan memperoleh urea, kata dia, petani terpaksa pergi ke daerah lain untuk mencari pupuk meskipun harganya sangat mahal.

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (Dinpertanbunhut) Banyumas, Tjutjun Sunarti mengatakan bahwa pihaknya belum mengetahui secara pasti alokasi pupuk urea bersubsidi untuk kabupaten ini pada tahun 2014.

"Kami belum mengetahui berapa alokasi pupuk urea untuk Kabupaten Banyumas di tahun 2014, hari ini sedang dirapatkan di Semarang. Kalau tahun 2013, alokasinya mencapai 26.200 ton," katanya.

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Zaenal A.
Copyright © ANTARA 2024