Petinju dengan rekor bertarung 31 kali menang (23 di antaranya dengan KO) dan tiga kali kalah ketika dihubungi dari Semarang, Rabu, mengatakan, petinju Afrika Selatan ini memiliki gaya bertarung yang mengadopsi gaya bertarung petinju Mexico, yaitu 'fighter'.

"Gaya ini sedikit menguntungkan saya karena saya lebih suka lawan yang memiliki gaya bertarung 'fighter' daripada seorang 'boxer' karena saya lebih mudah menyarangkan pukulan saya ke badan dia," kata petinju dari Sasana Kayong Utara, Kalimantan Barat, tersebut.

Menurut dia, dengan gaya bertarung seorang 'fighter' tersebut dirinya memiliki kemudahan dalam memasukkan pukulan-pukulan keras ke arah badan lawan karena yang bersangkutan berani bertarung dengan jarak yang dekat.

Ia menambahkan, tiga kali kekalahan yang dialami dirinya selama ini adalah melawan petinju yang memiliki gaya yang sama yaitu suka lari-lari menghindar pukulan dan desakan lawan. "Jadi secara umum gaya bertarung petinju Afrika Selatan ini lebih menguntungkan saya dibandingkan petinju yang berlari-lari," katanya.

Selama kariernya di dunia tinju profesional, Daud Yordan mengalami kekalahan tiga kali yaitu saat menghadapi Calestino Caballero (Panama) di Amerika Serikat 10 April 2010 kemudian kalah dari Chris John di Jakarta, 17 April 2011, dan terakhir saat melawan petinju Afrika Selatan Simpiwe Vetyeka di Jakarta, 14 April 2013. Ketiga kekalahan ini saat daud Yordan berkecimpung di kelas bulu (57,1 kilogram).

Tetapi, lanjut petinju kelahiran Sukadana Kalimantan Barat 10 Juni 1987 tersebut, dirinya tetap harus mewaspadai Sipho Taliwe karena yang bersangkutan memiliki pukulan hook kiri yang keras dan pukulan uppercut yang baik.

"Saya harus benar-benar ekstra hati-hati karena ini merupakan pertarungan pertama bagi saya untuk mempertahankan gelar juara saya tetapi saya tetap merasa optimistis," kata petinju yang merebut gelar juara dunia kelas ringan (62,1 kilogram) IBO setelah menang angka atas petinju Argentina Daniel Eduardo Brizuela di Australia beberapa waktu lalu.


Pewarta : Hernawan Wahyudono
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024