"Semula, prediksi kita awal musim hujan di wilayah Jateng selatan akan berlangsung pada dasarian (10 hari, red.) pertama bulan Oktober. Akan tetapi dari nilai hujan yang terjadi selama dasarian pertama bulan Oktober, hanya tercatat 10 milimeter dengan tiga hari hujan," kata Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi BMKG Cilacap, Teguh Wardoyo, di Cilacap, Jumat.

Oleh karena itu, kata dia, awal musim hujan di wilayah Jateng selatan dipastikan berlangsung mundur namun belum dapat diketahui sampai kapan mundurnya, apakah mundur satu dasarian atau dua dasarian.

Kendati demikian, dia mengatakan bahwa tanda-tanda akan datangnya musim hujan sudah mulai muncul seperti telah banyak awan hujan dan hujan mulai turun meskipun masih bersifat lokal dengan intensitas ringan.

"Terus, kalau kita amati, perubahan-perubahan atmosfernya sudah tampak kalau awan sudah mulai banyak, tetapi memang untuk hujannya masih agak kurang. Justru saat ini yang perlu diwaspadai adalah masa pancaroba dimana berpeluang terjadi angin puting beliung dan hujan deras secara tiba-tiba," kata dia menjelaskan.

Terkait hal itu, dia mengatakan bahwa saat ini belum bisa dipastikan sudah memasuki awal musim hujan meskipun cuaca dalam dua hari terakhir terlihat mendung dan kadang terjadi hujan ringan.

Selain itu, kata dia, kondisi cuaca di wilayah Jateng selatan juga dipengaruhi oleh tiga badai tropis yang muncul di utara ekuator, yakni badai tropis Wipha di Samudra Pasifik sebelah timur Filipina, topan Nari di perairan sekitar Filipina, dan badai tropis Phailin di Samudra Hindia sebelah barat Thailand.

"Keberadaan tiga badai tropis tersebut memicu kecepatan angin di wilayah selatan ekuator, sehingga awan-awan hujan yang telah tumbuh sering hilang," katanya.

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024