"Kami sengaja masuk ke kamera saku tanpa kaca (mirrorless) segmen pasar premium yang lensanya dapat diganti (interchangeable lens)," kata Manajer Pemasaran Olympus Customer Care Indonesia (OCCI), Sandy Chandra, selepas jumpa pers di Jakarta, Jumat.

Sandy mengatakan perangkat kamera yang mampu menghasilkan gambar dengan resolusi tinggi dan prosesor canggih masih mampu bertahan di pasar.

"Kamera saku seharga kurang dari Rp1 juta cenderung mati di pasar meskipun kualitas gambarnya lebih bagus dibanding kamera ponsel atau tablet," kata Sandy.

Kamera-kamera seharga kurang dari Rp1 juta itu, lanjut Sandy, kalah pamor di pasar karena tidak mempunyai kemampuan berbagi gambar di media jejaring sosial atau Internet.

"Tapi, untuk kamera-kamera seharga Rp2,5 juta belum mampu disaingi oleh 'smartphone'," kata Sandy.

Kamera-kamera "mirrorless" Olympus seharga lebih dari Rp6 juta mempunyai pangsa 25 persen dari aspek kuantitas dan 50 persen dari aspek nilai terhadap pasar "mirrorless".

"Kendala justru ada pada kamera saku di bawah harga Rp6 juta karena konsumen tidak anggap kamera itu segmen premium jika bentuk bukan seperti Digital SLR," katanya.

Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024