Bersama timnya, Tor Wager dari University of Colorado Boulder menggunakan teknik penggalian data komputer untuk menyisir 114 citra otak yang diambil saat subyek penelitian menghadapi tingkatan paparan panas dari hangat hingga menyakitkan.

Dengan bantuan komputer, para peneliti mengidentifikasi pembedaan pertanda neurologis untuk rasa sakit dan menemukan bahwa pertanda itu dapat dipindahkan kepada orang yang berbeda, memungkinkan mereka memperkirakan seberapa besar sakit yang dirasakan seseorang dengan tingkat akurasi 90 persen-100 persen.

Para ilmuwan terkejut saat menemukan bahwa pertanda itu isyarat khusus untuk sakit fisik.

Mereka lantas melakukan pengujian untuk melihat apakah pertanda neurologis itu bisa mendeteksi saat analgesik digunakan untuk mengurangi rasa sakit. Hasilnya menunjukkan, pertanda rasa sakit itu berkurang pada subyek yang diberi penghilang rasa sakit.

Hasil penelitian itu belum memungkinkan para ilmuwan mengukur kuantitas rasa sakit fisik, tetapi bisa menjadi dasar kerja masa mendatang untuk menguji rasa sakit oleh dokter di rumah sakit.

"Saya pikir ada banyak cara untuk memperluas penelitian ini, dan kami sedang mencari pola pengujian yang sudah kami kembangkan untuk memperkirakan rasa sakit pada kondisi yang berbeda. Apakah pertanda itu berbeda jika Anda mengalami tekanan sakit, atau rasa sakit pada bagian tubuh yang berbeda," jelas Wager.

"Memahami kontribusi yang berbeda dari sistem berbeda atas sakit kronis dan bentuk penderitaan lain adalah langkah penting untuk memahami dan meredakan penderitaan manusia," kata Wager seperti dikutip Kantor Berita Xinhua.

Wagner, penulis utama hasil studi tersebut, mengatakan bahwa sampai sekarang belum ada metode klinik yang bisa diterima untuk mengukur rasa sakit dan emosi yang lain tanpa menanyakan langsung kepada yang bersangkutan apa yang mereka rasakan.

Pewarta : Antaranews
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024