Kalimat berbahasa Jawa yang diucapkan Pak Penthul yang nama sebenarnya Sidik Permono (57) itu, saat membuka performa tradisi "Wiwit" di areal pertanian sayuran milik kelompok tani lestari "Ngudi Makmur" Desa Sumber, Kecamatan Dukun, di kawasan barat daya puncak Gunung Merapi.

Arti kalimat itu kira-kira, "Saya secara sederhana menerima wisik, bahwa Dewi Sri (Dewi Kesuburan dalam kepercayaan masyarakat desa di Jawa, red) datang memberikan panenan buncis Prancis, dari arah barat laut".

Tabuhan musik truntung oleh pengelola Sanggar Bangun Budaya Desa Sumber, Untung Pribadi, diikuti penabuh sejumlah bende dan drum mulai terdengar, mengiring belasan perempuan tani yang masing-masing bertutup kepala, caping, berjalan melewati pematang areal hortikultura setempat.

Para perempuan tani itu memulai petik buncis Prancis di areal seluas 2.500 meter persegi milik kelompok tani tersebut, sedangkan sejumlah orang lainnya menyaksikan performa itu dari satu gubug dari bambu di tengah lahan tersebut.

Istri Pak Penthul, Darlastri (54), sambil membawa nampan, ikut berjoget bersama suaminya itu, saat rombongan pelaku performa melewati pematang buncis Prancis dengan iringan tabuhan musik tradisional tersebut.

Seorang perempuan lainnya, Ardani, meletakkan sesaji yang dibawanya, di pancuran di tepi areal pertanian setempat. Sesaji itu antara lain tumpeng yang pucuknya tertancap cabai, bawang merah, kembang mawar warna merah dan putih, kembang kantil, daun sirih, injet, kepala ayam, lauk pauk, dan jajan pasar. Seorang tokoh masyarakat setempat, Rusdiyanto, memimpin doa di tempat itu.

Mereka yang hadir mengikuti performa sebagai penanda panenan petani setempat itu, antara lain Moderator Panitia Sosial Ekonomi Kevikepan Kedu Romo Lambertus Isri Purnomo, Kepala Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Dukun Sriyana dengan tiga petugas penyuluh pertanian lainnya.

Selain itu, Kepala Gereja Paroki Santa Maria Lourdes Desa Sumber Romo Aloysius Martoyoto Wiyono dan rohaniwan Romo Yoseph Nugroho Tri Sumartono, pegiat lingkungan Gunung Merapi dari Paroki Roh Kudus Kecamatan Kebonarum, Kabupaten Klaten Romo Vincentius Kirjito, dan Direktur Bumi Sari Lestari Agus Yuwono DW. Bumi Sari Lestari adalah satu perusahaan ekspor sayuran yang berkantor di Soropadan Agro Ekspo Kabupaten Temanggung.

Beberapa kali terdengar suara guntur dan kilatan "thathit" seakan membelah langit yang sedang mendung di atas kawasan pertanian hortikultura berjarak sekitar 12 kilometer, barat daya puncak Gunung Merapi, saat mereka menjalani performa tradisi "Wiwit" tersebut.

Para perempuan tani itu pun lalu memetik buncis Prancis untuk panenan keempat dari sekitar satu bulan masa panen pertama mereka. Panenan buncis Prancis itu bagian dari produksi Kelompok Wanita Tani "Merapi Asri" Desa Sengi, Kecamatan Dukun, pimpinan Srini (53), untuk memenuhi pasaran ekspor ke Singapura melalui BSL. Pada kesempatan itu, Srini dan Agus Yuwono turut panen buncis prancis di areal Desa Sumber.

Panen Perdana
Sejak sekitar 40 hari terakhir, kelompok tani itu membudidayakan buncis Prancis untuk ekspor. Diperkirakan masa panen berlangsung sebulan ke depan, dengan setiap hari panen yang diperkirakan totalnya mencapai sekitar 765 kilogram per "kesok" (satu "kesok" sekitar 1.000 meter persegi).

Harga buncis Prancis untuk kategori ekspor (panjang antara 10-14 centimeter) Rp9.000 per kilogram, sedangkan buncis lokal di pasaran setempat fluktuatif antara Rp1.250 hingga Rp2.000 per kilogram.

"Kami sedang gembira, kami buat panen perdana ini sebaik mungkin sesuai kemampuan kami. Budi daya ini selain inovasi pertanian juga memberikan peluang penghasilan perempuan petani," kata Pak Penthul yang saat ini memiliki anggota sekitar 30 orang petani, khususnya kalangan perempuan setempat.

Ia juga menjelaskan bahwa proses budi daya buncis prancis itu secara organik, yang bukan sekadar menyangkut pengolahan jenis hortikultura tersebut tanpa penggunaan pupuk kimia, akan tetapi juga pola hidup keseharian petani kelompok tersebut yang juga organik.

Kegembiraan atas panenan buncis prancis mereka, juga disimbolkan dengan santap siang bersama dengan menu nasi tumpeng, sayuran, dan lauk pauk oleh semua yang hadir pada performa tradisi "Wiwit" oleh kelompok tani "Ngudi Makmur" di gubug bambu itu.

"Peluang untuk ekspor ke Singapura untuk buncis prancis dan sayuran lainnya masih terbuka. Kami siap menampung berapapun," kata Agus Yuwono yang juga pensiunan pejabat eselon III di Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah itu.

Ia mengatakan petani saat ini sudah harus bisa menanam komoditas yang bisa dijual dengan harga yang baik. Pasokan panenan petani untuk ekspor, dijamin mendapatkan harga yang stabil karena sesuai dengan perjanjian tentang syarat-syarat produk yang diekspor.

Kebutuhan Singapura terhadap sayuran dan buah-buahan mencapai 1.000 ton per hari dengan kemampuan mereka memasok dari negara sendiri hingga saat ini hanya lima persen, sedangkan 95 persen lainnya dari luar negeri itu.

"Kuncinya itu petani disiplin. Kalau sudah waktu panen maka tidak bisa ditunda agar mendapat buncis 10-14 centimeter, selain itu tenaga panen harus cukup. Untuk satu 'kesok' paling tidak butuh lima orang karena harus cepat dipanen agar tidak 'modot' (cepat memanjang, red.)," katanya.

Hingga saat ini, pihaknya mendorong petani untuk membudidayakan buncis Prancis di beberapa daerah, antara lain Getasan, Kabupaten Semarang, Selopampang (Temanggung), Ketudan dan Dukun, (Magelang), dan Selo (Boyolali).

Sriyana menyambut positif panenan buncis Prancis oleh kelompok tani itu dengan harapan pada masa mendatang terus dikembangkan budi daya jenis hortikultura tersebut karena pasar ekspor masih terbuka dan memiliki peluang penjualan dengan harga yang lebih baik ketimbang buncis lokal.

"Budi daya buncis Prancis tidak seperti buncis lokal, antara lain harus dipanen setiap hari dan dijaga kualitasnya agar memenuhi kriteria ekspor. Kami siap membantu untuk penyuluhannya kalau ada kesulitan atau pertanyaan tentang budi daya ini. Gratis," katanya.

Hingga saat ini, di Kecamatan Dukun terdapat 119 kelompok tani khususnya pembudidaya hortikultura dengan 12 tenaga penyuluh di bawah koordinasi Balai Penyuluh Pertanian setempat.

Romo Isri Purnomo juga menyatakan gembira atas hasil budi daya pertanian organik oleh kelompok tani tersebut.

Ia mengharapkan upaya serius kelompok tani "Ngudi Makmur" Desa Sumber tersebut bisa menjadi teladan kebaikan dan kearifan untuk kelompok-kelompok lainnya.

"'Estu bingah sanget, wonten kelompok tani gesang tetanen ingkang sae. Mugi-mugi dados conto kangge papan-papan sanes-sanesipun'. (Sungguh gembira sekali, di sini ada kelompok tani yang hidup dengan pertanian yang baik. Semoga bisa menjadi contoh tempat-tempat lainnya, red.)," katanya.

Pewarta : M Hari Atmoko
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2025