Korban luka-luka itu ada tujuh warga Desa Lewonara dan 11 lainnya berasal dari Desa Lewobunga, kata Masan Bali, anggota tim sembilan yang bertugas membantu memediasi dua kelompok yang bertikai memperebutkan lahan di Adonara.

"Ini data korban sementara. Belum diketahui apakah ada korban yang meninggal atau tidak karena situasi di lapangan cukup tegang," katanya.

Dia mengatakan, pertikaian terjadi setelah warga Desa Lewonara memasang patok pembatas wilayah yang diklaim sebagai tanah milik mereka.

Selesai melakukan pematokan, warga Desa Lewonara yang hendak kembali ke desa mereka yang berjarak sekitar tiga kilometer dari lokasi diserang warga warga Desa Lewobunga.

Kedua belah pihak kemudian saling menyerang dengan anak panah dan senjata dan bom rakitan.

"Kita sedang berupaya menyelesaikan masalah ini, tetapi warga tidak bisa menahan diri sehingga konflik kembali terjadi. Kita harapkan dua pihak yang bertikai menghormati proses yang sedang berjalan menuju perdamaian," kata Masan.

Mantan Kepala Polsek Waiwerang, Abdul Rahman, yang saat ini sedang bertugas di daerah itu mengatakan petugas masih mengumpulkan informasi untuk mengetahui berapa persis jumlah korban dalam insiden itu.

Perang antarwarga di Adonara yang dipicu masalah tanah ulayat pertama meletus pada 2 Oktober 2012 dini hari dan berlangsung selama sepekan.

Banyak rumah penduduk serta pondokan milik warga Desa Lewobunga dibakar massa dari Desa Lewonara. Satu orang warga Desa Lewonara tewas dalam pertikaian tersebut.

Pada 8 Oktober 2012, Gubernur Nusa Tenggara Timur, Frans Lebu Raya, turun dan menemui masyarakat di dua desa yang sedang berseteru dan sepakat untuk meletakan senjata berupa parang, tombak, busur dan anak panah dan memulai perundingan secara damai.

Saat ini, tim sembilan yang dibentuk Gubernur NTT sedang berada di lapangan untuk mengumpulkan data guna mengungkap kebenaran sejarah tanah yang sedang disengketakan, tetapi perang kembali meletus.

Pewarta : -
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024