"Masuk dan terbentuknya kekuatan partai politik tertentu ke kampus IPB tentu harus ditolak semua pihak, sedangkan proses penolakannya juga tidak boleh bersifat kontra produktif dengan pentingnya kesadaran untuk menegakkan 'ukhuwah' dan rasa guyub di antara warga IPB secara keseluruhan di masa kini, maupun di masa panjang," katanya di Bogor, Jawa Barat, Ahad.

Untuk itu, kata dia, sejalan dengan semakin kuatnya kegelisahan warga IPB tentang ditengarainya hegemoni parpol tertentu dalam pemilihan Rektor IPB periode 2012-2017, maka suatu proses "penyelamatan IPB" perlu dilakukan semua pihak.

Saat ini, katanya, proses pemilihan Rektor di IPB telah masuk tahap akhir, di mana tiga nama calon rektor telah dikeluarkan melalui proses pemilihan raya maupun proses pemilihan oleh senat akademik (SA).

Mereka adalah calon petahana Prof Herry Suhardiyanto, Prof Zairin Junior dan Dr Asep Saefuddin.

Munculnya salah satu nama calon rekor yang ditengarai sebagai bagian dari hegemoni parpol tertentu, kata dia, bagi sebagian orang mereka jadikan sebagai indikator kurang sensitif dan kurang strategisnya warga IPB dalam merajut masa depannya.

Sedangkan bagi sebagian orang lainnya, malah dijadikan sebagai indikator dan bukti dari eksistensi kekuatan hegemoni Parpol itu sendiri.

Ia menyatakan, timbulnya persepsi-persepsi warga IPB tersebut adalah tidak dapat dielakkan sejalan dengan proses pemilihan yang bukan hanya jauh dari tatacara yang madani, melainkan adalah juga penuh dengan "nila yang merusak susu di belanga".

Kondisi itu, kata dia, dapat dilihat mulai dari kasus "mencuri-start" yang tampak pada baliho-baliho yang terpampang sampai dengan kasus integritas moral menyangkut NIDN (nomor induk dosen nasional) salah satu anggota majelis wali amanat (MWA) yang menjadi wakil tenaga kependidikan (bukan dosen).

"Semua itu, sampai saat ini tidak pernah dihiraukan oleh panitia pemilihan rektor (PPR). Entahlah, apakah para petinggi sedang tidak sensitif atau para petinggi sedang terpasung oleh hegemoni yang ditengarai banyak pihak," kata doktor lulusan Universitas Goettingen, Jerman itu.

(A035)

Pewarta : -
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024