Pemilik Usaha "Refresh Laundry" Semarang Teguh Prasetyo di Semarang, Jumat, mengakui memasuki musim hujan ini mulai banyak konsumen yang mengorderkan jasa mencuci pakaian, mayoritas konsumen dari kalangan mahasiswa.

"Beberapa hari terakhir ada kenaikan permintaan cuci pakaian. Ya, kenaikannya sekitar 5--10 persen dibandingkan saat musim kemarau lalu. Belakangan ini kan sudah mulai sering turun hujan di Kota Semarang," katanya.

Berbeda saat musim kemarau, kata dia, jumlah konsumen sempat menurun karena cuaca panas kering, terlebih lagi pihaknya juga kesulitan mendapatkan air bersih karena volume air di sumur miliknya berkurang.

"Selama musim kemarau lalu kami memang sempat kesulitan mendapatkan air bersih. Untungnya, sekarang ini sudah mulai turun hujan, konsumen yang meminta jasa mencuci pakaian juga ikut meningkat," katanya.

Usaha "laundry" yang dibuka Teguh memang berada di kawasan Tembalang dekat dengan kampus Universitas Diponegoro Semarang sehingga sangat strategis dan memiliki pelanggan yang mayoritas merupakan kalangan mahasiswa.

"Lebih banyak (pelanggan, red.) memang mahasiswa. Biasanya, mahasiswa memilih mencucikan pakaian ke 'laundry', berbeda dengan kalangan rumah tangga. Apalagi, pada musim hujan seperti sekarang ini," katanya.

Ia mengakui saat ini semakin banyak wirausahawan yang membuka usaha serupa di kawasan Tembalang Semarang, tetapi dirinya tetap optimistis dengan usahanya dengan mengandalkan layanan yang memuaskan terhadap konsumen.

"Kami selalu berupaya menjaga kepercayaan konsumen. Meski banyak usaha 'laundry' yang juga buka di daerah ini, saya pikir konsumen akan memilih mana 'laundry' yang pelayanannya lebih baik," kata Teguh.

Senada dengan itu, Utami, karyawan "Syaima Fresh Laundry" Semarang juga mengakui memasuki musim hujan sekarang ini terjadi peningkatan jumlah konsumen mencapai 30--40 persen dibandingkan saat musim kemarau lalu.

"Kebanyakan pelanggan kami, ya, mahasiswa. Kita tahu kalau mahasiswa kan memiliki aktivitas cukup tinggi, akhirnya mencuci pakaian tidak sempat. Apalagi musim hujan seperti ini, mereka memilih menggunakan jasa 'laundry'," katanya.

Selama musim kemarau, dia mengakui konsumen yang menggunakan jasa "laundry" di tempatnya tidak seramai sekarang ini, ditambah kesulitan mencari sumber air bersih karena sumur-sumur juga banyak yang mengering.

"Namun, musim hujan juga menimbulkan kendala bagi usaha 'laundry'. Kalau musim panas, pakaian bisa kering dalam sehari. Sementara pada musim hujan baru kering 2--3 hari meski mesin cuci sudah dilengkapi pengering," katanya.

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Nur Istibsaroh
Copyright © ANTARA 2024