"Kami masih menyelidikinya. Namun untuk sementara sumber api diduga dari lilin persembahyangan," kata Kepala Polres Banyumas Ajun Komisaris Besar Polisi Dwiyono didampingi Kepala Kepolisian Sektor Banyumas Ajun Komisaris Polisi Wahyono di Banyumas, Rabu.

Ia mengatakan, kebakaran tersebut pertama kali diketahui seorang teman penjaga malam, Indra, yang sedang menonton televisi di kelenteng, sekitar pukul 01.30 WIB.

Indra segera membangunkan tiga remaja penjaga malam kelenteng, yakni Eko, Likun, dan Dhian.

Mereka dibantu warga sekitar lokasi kejadian segera mengeluarkan perlengkapan sembahyang dari dalam ruangan yang baru terbakar sebagian.

Api yang membakar bangunan kelenteng dapat dipadamkan sekitar pukul 04.30 WIB setelah empat mobil pemadam kebakaran milik Pemerintah Kabupaten Banyumas dikerahkan untuk membantu proses pemadaman.

"Kerugian diperkirakan mencapai Rp100 juta," kata Wahyono.

Juru bicara Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas Sobitananda mengatakan, api yang membakar kelenteng itu pertama kali terlihat dari Ruang Buddha.

Api, katanya, merambat dengan cepat ke seluruh ruang persembahyangan yang merupakan gedung utama bangunan berukuran 10x24 meter itu.

"Saat ini kami bersama warga bekerja bakti menyingkirkan puing-puing sisa kebakaran," katanya.

Bangunan Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas merupakan salah satu situs cagar budaya di wilayah Banyumas.

Kendati belum diketahui secara pasti kapan pembangunannya, berdasarkan sertifikat tanah bangunan kelenteng yang dikeluarkan semasa pemerintahan penjajah Belanda bertuliskan 1826.

Bangunan tua tersebut mulai digunakan sebagai kelenteng sejak 1960, seiring dengan dimasukkannya Kiem Sien (patung leluhur) yakni Kongco Hok Tek Tjeng Sin ke dalam gedung.

Sebelumnya, Kiem Sien Kongco Hok Tek Tjeng Sin berpindah dari rumah ke rumah.

Sebelum digunakan sebagai kelenteng, bangunan itu pernah dipakai sebagai gedung Sekolah Dwi Tunggal, SMP Negeri 1 Banyumas, dan SD Kristen Banyumas.

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024