Salah seorang panitia Dies Natalis ke-54 UMS, Honggo Utomo, di Solo, Rabu, mengatakan Ki Enthus Susmono yang akan menggawangi proses ekplorasi dan pementasannya akan mengambil tema pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan.

Berbeda dengan penggarapan pada film Sang Pencerah, lanjutnya, dalam pertunjukan Wayang Santri yang berdurasi dua jam akan menghadirkan sosok KH. AR. Fakhrudin dalam alur-alur pertunjukannya layaknya sebuah dialog imaginer yang segar namun penuh makna.

Ia mengatakan penataan alur yang tumpang tindih melintas batas kurun waktu yang berbeda, akan diramu menjadi sebuah konstruksi pertunjukan yang utuh, sangat linear dan akan menghadirkan sosok-sosok tokoh utama seperti KH. Ahmad Dahlan, KH. AR.Fakhrudin dan tokoh-tokoh lainnya dalam media wayang tiga dimensi yang akan bergerak dinamis dan sangat hidup yang dibingkai dalam balutan musik pengiring yang sangat bernuansa Islami meskipun dominasi musik gamelan sangatlah kental.

"Kerinduan masyarakat akan sosok KH. AR. Fakhrudin akan sedikit terobati ketika pertunjukan dimulai," katanya.

Ki Enthus Susmono, lanjutnya, sengaja menempatkan awal dialog imaginer dengan KH. AR.Fakhrudin agar pertunjukan wayang santri ini tidak "terjebak" merekonstruksi masa pendirian organisasi Muhammadiyah saja, namun dapat pula merepresentasikan secara implisit kondisi dinamika organisasi Muhammadiyah pascapendirian dan kepemimpinan KH. Ahmad Dahlan.

Ia mengatakan garis besar penggarapan alur cerita "Sang Pencerah" versi wayang santri adalah rangkain konstruksi perjalanan dan perjuangan KH. Ahmad Dahlan dalam melakukan pembahuruan Islam di Indonesia.

Dikatakan, gambaran situasi dan kondisi umat Islam pada saat itu di mana secara fakta banyak sekali masyarakat yang terlantar dan seakan-akan dibiarkan oleh para pemuka agama. Tidak ada yang tergerak hatinya untuk memperbaiki hidup dan kehidupan mereka. Para pemuka agama dan pengikutnya tidak terusik dan sibuk dengan ritual keagamaan. Situasi demikian kontras, dan dari hari ke hari semakin banyak jumlahnya. Pemahaman agama juga bercampur aduk dengan kepercayaan mistik berlebih-lebihan.

Muhammad Darwisy (nama kecil KH.Ahmad Dahlan ) selalu bertanya di dalam hatinya. Mengapa agama yang diyakininya sebagai rahmatan lilalamin (rahmat atau kebaikan bagi seluruh alam) justru tidak nampak. Dari sinilah cerita akan mengalir menyusuri jejak-jejak perjalanan spiritual dan perjuangan konkret seorang Ahmad Dahlan, hingga organisasi Muhammadiyah lahir dan tumbuh berkembang.

Kehadiran sosok dan dialog imaginer dalam penggalan alurnya akan sangat memberikan nuansa lain dalam pertunjukan "Sang Pencerah" versi Wayang Santri karya Ki Enthus Susmono ini, tambahnya.

Setelah pertunjukan "Sang Pencerah" usai, demi memberikan kepuasan penonton atau masyarakat umum yang hadir akan dilanjutkan dengan pergelaran wayang kulit dengan cerita "Dewa Ruci" dengan dalang Ki Enthus Susmono lakon, semalam suntuk, demikian Honggo Utomo.



Pewarta : Joko Widodo
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024