Ritual minta turun hujan tersebut, diawali dengan kirab budaya yang diikuti ratusan warga desa setempat.
Setiap peserta kirab, menampilkan potensi wilayahnya masing-masing, seperti kerajinan pandai besi, hasil bumi, kesenian barong sai, rebana, dan usaha krupuk.
Usai menggelar kirab, masyarakat desa setempat memperebutkan gunungan yang berisi hasil bumi masyarakat desa setempat usai mengikuti ritual keagamaan yang dipimpin pemuka agama setempat.
Selanjutnya, dilakukan ritual meminta turun hujan dengan menyiramkan minuman dawet yang merupakan campuran santan, air gula jawa dan cendol kepada masyarakat yang berada di dekat panggung utama.
Menurut Kepala Desa Tanjungrejo, Kristian Hardianto mengungkapkan, ritual minta turun hujan dengan menyiramkan dawet tersebut merupakan tradisi yang sudah lama ada.
Tradisi tersebut, kata dia, sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu, terutama saat berdirinya Pabrik Gula di Kudus yang saat ini pindah ke Desa Rendeng, Kecamatan Kota, Kudus.
Sebelum pindah ke Desa Rendeng, katanya, pabrik gula yang saat ini dikenal dengan PG Rendeng dibangun di Desa Tanjungrejo.
Untuk mengingatkan kembali tradisi minta turun hujan tersebut, katanya, pemerintah desa setempat sepakat mengadakan ritual minta turun hujan tersebut bertepatan dengan sedekah bumi yang digelar hari ini (29/9).