"Namun, diperlukan strategi komunikasi yang lebih merakyat serta mesin politik yang lebih produktif," kata Ketua Umum Federasi LSM Indonesia (FELSMI) H.M. Jusuf Rizal melalui surat elektroniknya kepada ANTARA di Semarang, Senin.
Jusuf Rizal mengemukakan hal itu terkait dengan peluang Foke-Nara pada putaran kedua, mengingat pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (Jokowi-Ahok) sudah merasa di atas angin, padahal mereka baru menang pada putaran pertama di Jakarta, 11 Juli lalu.
"Meski pasangan Foke-Nara hanya berada di urutan kedua pada putaran pertama, potensi menang masih terbuka luas," kata pria penggagas Relawan Orange dan Jakarta Center (pendukung Adang Daradjatun pada Pemilukada 2007 dengan perolehan 46 persen dari total pemilih).
"Swing voter" (suara pindah) dari pendukung pasangan yang kalah, menurut dia, masih relatif cukup besar serta suara golput yang mencapai 36 persen. "Suara pendukung pasangan yang kalah tidak secara otomatis dapat dialihkan ke pasangan Jokowi-Ahok," katanya menegaskan.
Ia lantas menganalogikan PKS secara ideologis lebih dekat kepada Foke-Nara daripada Jokowi-Ahok. Begitu juga suara dukungan pasangan lain, termasuk Alex-Nono, Faisal-Biem, dan Hendarji-Ariza. "Artinya, tidak ada jaminan bahwa Jokowi-Ahok bisa menang," tutur Jusuf Rizal
Namun, lanjut dia, untuk memenangi putaran kedua pasangan Foke-Nara perlu berjuang keras, dan membutuhkan strategi komunikasi yang lebih merakyat, menyampaikan berbagai prestasi dengan bahasa yang merakyat, serta mendorong mesin politik partai agar lebih produktif.
Jika gaya komunikasi Foke-Nara yang terkesan arogan, lebih tahu, atau lebih ahli, serta tidak melihat realitas sosial di bawah, Jusuf Rizal yakin pasangan Foke-Nara bisa menelan pil pahit di putaran kedua.
"Masih ada waktu untuk mendulang suara untuk memenangi Pemilihan Gubernur DKI Jakarta jika mereka mau introspeksi diri," katanya mengingatkan.