Solo (ANTARA) - Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Ilkom) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) membangun ruang publik inklusif dan menggaungkan kampanye Kawan Netra. 

Ketua Tim Fita Azzahra Ulya di Solo, Jawa Tengah, Selasa mengatakan upaya tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menumbuhkan empati, pemahaman serta kesetaraan bagi penyandang disabilitas Tunanetra. 

Dalam hal ini, mahasiawa Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika (FKI) UMS menggelar kampanye sosial bertajuk Kawan Netra yang berlangsung di Car Free Day (CFD) Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

Ia mengatakan kegiatan kampanye Kawan Netra ini hadir untuk mengedukasi masyarakat sekaligus mematahkan stigma negatif yang masih melekat terhadap penyandang disabilitas, khususnya tunanetra. 

"Melalui kampanye ini, kami ingin menggeser dan mengubah persepsi masyarakat dari rasa kasihan menjadi sikap menghargai terhadap kemandirian, produktivitas, serta kemampuan yang dimiliki oleh penyandang disabilitas tunanetra," katanya. 

Kampanye Kawan Netra mengusung tagline Dengarkan, Rasakan, Setara yang memberikan makna bahwa setiap manusia memiliki kedudukan yang setara tanpa memandang keterbatasan satu sama lain.

Dalam pelaksanaan kampanye ini, Kawan Netra bekerja sama dengan komunitas Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia (ITMI) Sukoharjo. Keterlibatan ini dinilai penting karena memberikan pemahaman praktis kepada masyarakat, mulai dari cara berinteraksi, berkomunikasi hingga memberikan bantuan di ruang publik. 

Kampanye ini dikemas menjadi dua sesi menarik. Sesi pertama berupa kegiatan sharing mengenai disabilitas tunanetra, mulai dari jenis-jenis tunanetra hingga cara berkomunikasi dengan penyandang disabilitas tunanetra.

Sesi sharing ini disampaikan oleh Eko Heru Prihatin yang merupakan anggota komunitas ITMI sekaligus penyandang disabilitas tunanetra. Ia menyampaikan apresiasinya atas kampanye ini karena memberikan ruang pemahaman baru bagi masyarakat.

"Terima kasih kepada adik-adik mahasiswa yang sudah menyelenggarakan kampanye ini. Melalui kampanye ini, masyarakat jadi lebih tahu dan paham bagaimana kondisi penyandang disabilitas tunanetra, sehingga dapat menumbuhkan empati dan memberikan bantuan dengan cara yang tepat ketika bertemu kami di ruang publik," katanya. 

Dalam sesi sharing tersebut, Eko menjelaskan kondisi tunanetra terbagi menjadi dua jenis yaitu tunanetra total dan tunanetra tidak total atau low vision. Penyebab kondisi tunanetra tidak hanya dialami sejak lahir, tetapi juga dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit, kecelakaan, penggunaan narkoba dan lainnya. 

"Kalau saya pribadi, saya mengalami gangguan tunanetra ini akibat faktor kesehatan. Pada masa kecil saya pernah mengalami sakit demam tinggi yang berdampak pada penglihatan saya," katanya.

Kemudian pada sesi kedua diisi dengan kegiatan praktik mengaji Al-Quran menggunakan Al-Quran Braille. Pengunjung CFD Kartasura diajak langsung untuk ikut mempraktikkan cara mengaji Al-Quran. Kegiatan ini dibimbing langsung oleh Eko Heru Prihatin yang dimulai dari perkenalan huruf arab pada Braille dan juga cara membacanya dengan menggunakan indra peraba.

"Senang bisa ikut kegiatan kampanye ini, jujur ini pertama kali nya saya tau dan belajar cara mengaji Al-Quran dengan menggunakan Al-Quran Braille, ternyata cukup susah untuk mempelajarinya karena ia memiliki pola tersendiri, tapi ini membuat saya ingin mempelajarinya lebih dalam lagi," ungkap Noval salah satu pengunjung CFD Kartasura.

Melalui kampanye yang digelar pada Minggu, (14/12) itu mahasiswa Ilkom UMS berharap masyarakat makin memahami kondisi penyandang disabilitas tunanetra dan mampu menciptakan ruang publik yang lebih inklusif.
 


Pewarta : Aris Wasita
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2025