Renovasi pasar tradisional modern tersebut dianggarkan sebesar Rp9 miliar, tetapi dalam pelaksanaannya menelan dana sekitar Rp8,4 miliar melalui anggaran 2011.
Pasar tradisional Cokro Kembang tidak kalah dengan pasar modern saat ini dan terdapat 398 kios dan los yang dikelompokkan sesuai barang dagangannya.
Kondisi pasar tradisional sangat bersih, rapi, dan difasilitasi dengan poliklinik, mushola, MCK, tempat parkir luas, air bersih dan dipasangi CCTV.
Menteri Perdagangan memberikan apresiasi atas pembangunan pasar tradisional yang dinilai termegah di Indonesia.
Ia berharap dengan mulai beroperasinya pasar Cokro Kembang di Klaten ini, mampu meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dan meningkatkan omzet para pedagang.
Ia menjelaskan, kegiatan pembangunan atau revitalisasi pasar tradisional merupakan upaya pemerintah yang ingin menjadikan pasar di Indonesia kembali ke fungsinya sejak turun temurun, baik dalam segi ekonomi, maupun dalam rangka mendorong berkembangnya kegiatan perekonomian.
Pasar tradisional Cokro Kembang ini, kata dia, satu-satunya yang sudah selesai dari 10 pasar percontohan nasional di Indonesia.
Selain Pasar Cokro Kembang Klaten, program pasar percontohan lainnya 2011 adalah Pasar Pangururan, Kabupaten Samosir (Sumatera Utara); Lambocca, Kabupaten Bantaeng (Sulawesi Selatan); Pattallassang, Kabupaten Takalar (Sulawesi Selatan); Minulyo, Kabupaten Pacitan (Jawa Timur); Panorama (Bengkulu); Agung, Kota Denpasar; Kewapante, Kabupaten Sikka (NTT); dan Skow, Kabupaten Jayapura.
Kementerian Perdagangan pada 2012 juga berencana membangun 20 pasar tradisional sebagai percontohan nasional dengan anggaran sekitar Rp400 miliar untuk sekitar 11 provinsi.
Menurut menteri, pasar tradisional ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah kabupaten dan kota lainnya untuk meniru pasar ini.
Hadir pada acara peresmian Pasar Cokro Kembang tersebut antara lain Gubernur Jateng Bibit Waluyo, Bupati Klaten Sunarna dan Wali Kota serta kepala daerah lain di Jateng.