Perhatian pemerintah mulai terlihat dari sejumlah pasar yang ada direvitalisasi menjadi pasar tradisional yang semi modern atau justru menjadi modern jika ditilik dari bangunan gedung dan fasilitasnya.

Pasar Bulu Semarang misalnya, yang menunggu giliran untuk revitalisasi. Pemerintah Kota Semarang menjadwalkan pengerjaan fisik pasar yang ada di tengah kota ini ditargetkan dapat digarap Maret 2012.


Tanggung Renteng
Anggaran yang sudah disiapkan untuk revitalisasi Pasar Bulu tidak hanya berasal dari Pemerintah Kota Semarang, tetapi juga berasal dari Pemerintah Pusat dengan total anggaran Rp49,875 miliar.

Pasar Bulu ditargetkan akan menjadi tiga lantai ditambah dengan semi basement. Luas bangunan per lantai sekitar 5.000 meter dan akan ada lift barang dan eskalator yang memudahkan para pembeli untuk berbelanjan.

Tidak hanya menjual sayuran, pakaian, dan kebutuhan dapur lainnya, nantinya Pasar Bulu juga akan dijadikan sebagai pusat oleh-oleh. Para pedagang oleh-oleh yang ada di Jalan Pandanaran akan dipindah ke Pasar Bulu.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa pada akhir tahun 2011 saat meninjau Pasar Bulu menilai bahwa revitalisasi merupakan langkah yang tepat, sehingga menjamin keberadaan pasar yang ada di tengah kota tidak tergusur.

Hatta mengatakan pasar tradisional harus direvitalisasi agar tidak identik dengan kesan kumuh. Selain itu dari sisi kesehatan dan kualitasnya dapat ditingkatkan.

Pasca-revitalisasi, para pedagang masih bisa berjualan karena Pasar Bulu tidak disulap sebagai pasar modern, tetapi tetap menjadi pasar tradisional yang bersih dan nyaman.

Anggaran dari Pemkot Semarang sebesar Rp32,10 juta (Rp31.825.250 ribu di antaranya untuk pengerjaan fisik), kemudian anggaran dari APBN sebesar Rp10 miliar), dan dari Pemprov Jateng sebesar Rp7 miliar (namun Pemkot Semarang berharap akan ada tambahan menjadi Rp8,5 miliar).


Relokasi Sementara
Sejumlah persiapan menuju revitalisasi mulai diawali dengan mengosongkan pasar yang ditempati sekitar 770 pedagang yang dijadwalkan selesai pada bulan pertama tahun ini.

Pedagang direlokasi sementara di sekitar pasar yakni di Jalan HOS Cokroaminoto dan Jayengan. Lokasi relokasi sejak akhir tahun lalu sudah disiapkan oleh Dinas Pasar berupa kios dan lapak yang sudah dipetak-petak.

Masing-masing pedagang telah mengambil undian dan dipersilahkan untuk menempati los atau lapak yang sudah disiapkan Pemkot Semarang.

Meskipun tempat relokasi sementara sudah ada, Dinas Pasar tidak serta merta melakukan relokasi terhadap para pedagang karena Pemerintah Kota Semarang tidak memfasilitasi tempat yang langsung layak huni.

Pedagang harus melengkapi kios dan lapak masing-masing seperti tempat untuk barang dagangan untuk kemudian baru dapat digunakan untuk berjualan.

Terbatasnya tempat relokasi sementara yang disediakan Dinas Pasar Kota Semarang berdampak pada luasan lapak masing-masing pedagang yang tidak selebar yang dimiliki saat menempati Pasar Bulu.

Jika sebelumnya pedagang memiliki tempat untuk berjualan tiga hingga empat meter, di tempat relokasi sementara mereka hanya mendapatkan satu kali satu setengah meter.

Sejumlah pedagang mengaku belum menempati tempat relokasi sementara karena menunggu rekan pedagang yang lain.

"Kalau pindah sudah pasti, tetapi belum tahu kapan pindahnya," kata Solikhati (37) pedagang ikan asin yang telah berjualan lebih dari 14 tahun ini karena meneruskan usaha orang tuanya.

Pedagang lainnya, Ibu Sri (43) yang mengaku soal pindah ke tempat relokasi sementara tergantung dari perintah dinas terkait. Ia mengaku untuk pindah ke tempat relokasi sementara, para pedagang tidak dipungut biaya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pasar Abdul Madjid mengatakan bahwa relokasi pedagang ditarget selesai pada Januari dan minimnya tempat menjadikan pemerintah tidak dapat memenuhi permintaan pedagang untuk menyediakan tempat relokasi yang luas.

"Dulunya pedagang mengaku bersedia mendapatkan tempat sempit, asalkan bisa bersama-sama tidak dipisahkan. Yang terpenting bisa jalan dulu," katanya.

Terkait dengan parkir, Abdul Madjid mengaku saat ini pihaknya masih terus mengupayakan parkir dapat ditempatkan di Museum.


Langkah Tepat
Revitalisasi Pasar Bulu, bagi pengamat ekonomi Universitas Diponegoro FX Sugiyanto merupakan langkah tepat yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengikuti tuntutan konsumen kota.

Revitalisasi diperlukan karena perkembangan zaman, banyaknya pasar modern yang terlihat dari tumbuhnya swalayan dan mal.

"Yang terpenting adalah adanya jaminan untuk pedagang tetap mendapatkan tempat untuk berjualan. Apalagi setelah direvitalisasi kondisi pasar akan lebih baik," kata FX Sugiyanto.

Menurut dia dengan fasilitas lift barang dan eskalator, sehingga akses pembeli akan lebih mudah dan lebih nyaman dengan kondisi yang bersih dan tidak kumuh.

Ia menilai revitalisasi tersebut tidak serta merta kemudian menjadikan Pasar Bulu disebut sebagai pasar modern, karena masih ada tawar menawar. Hanya bangunannya yang modern.

Pasar sebagai pusat pedagang yang memberikan jasa, tentu yang diperlukan tidak hanya ketersediaan barang dagangan tetapi juga memberikan kenyamanan.

Pewarta : Nur Istibsaroh
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025