Temanggung (ANTARA) - Program inovasi "Bersama untuk membangun ekonomi masyarakat unggul, petani sejahtera dan berkelanjutan" (Bumi Mutiara) di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, mengembangkan pembibitan melalui stek berakar tanaman kopi.
Kabid Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Bappeda Kabupaten Temanggung Wisnu Widoyoko, di Temanggung, Kamis, mengatakan latar belakangnya adalah Temanggung kaya sumber daya alam, ada tembakau, kopi, peternakan, pertanian umum banyak sekali.
Ia menyampaikan, inovasi dalam dokumen perencanaan pembangunan tahunan, ada inovasi yang diangkat untuk tahun depan, yaitu Bumi Mutiara.
"Dalam hal ini yang akan kami angkat itu tanaman kopi di bagian hulunya, di pembibitan atau pembenihan, kalau kemarin yang pernah diangkat Sekolah Kopi Gemawang (hilirnya), di hulunya kebetulan di Dinas Pertanian itu ada Kebun Benih Medari dan mereka berinovasi stek berakar tanaman kopi," katanya lagi.
Ia menyampaikan sebenarnya bukan ilmu yang baru, tetapi sudah dilaksanakan dan mungkin baru di Kebun Benih Medari itu yang pertama diujicobakan dalam dua tahun ini dan sudah ada yang menanam.
"Coba kami angkat untuk inovasi 2025, karena memang permasalahannya meskipun kopi sekarang sedang bagus harganya, tetapi terkait luas tanaman per hektarenya juga masih kurang produktivitasnya, benihnya itu juga susah dicari," katanya lagi.
Dia menuturkan ini sebagai alternatif untuk pembenihan kopi tersebut, jadi ini inovasi yang coba diangkat karena itu baru pertama kalinya dicoba dan berhasil.
Kepala Bappeda Kabupaten Temanggung Hendra Sumaryana menyampaikan Bumi Mutiara pembibitan Medari itu memang satu-satunya yang ada di Jawa Tengah.
"Kenapa itu menjadi produk unggulan, kita semua sudah mengetahui bahwa memang Temanggung terkenal akan penghasil kopi yang berkualitas tinggi, yang ada di masyarakat selama ini itu rata-rata masih memakai sistem konvensional yaitu nyambung, pakai entres, dengan stek berakar ini diharapkan ada kualitas bibit dapat menghasilkan bibit kopi dengan kualitas yang konsisten karena selalu F1 atau keturunan pertama," katanya pula.
Menurut dia, kemudian tanaman kopi hasil stek mampu menghasilkan hasil panen yang sama banyak sesuai dengan kualitas dan ini berakar dan tidak memerlukan waktu yang lama karena untuk panen perdana sekitar 3 tahun dari tanam, kalau sambung entres itu perlu waktu yang sangat lama.
Kabid Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Bappeda Kabupaten Temanggung Wisnu Widoyoko, di Temanggung, Kamis, mengatakan latar belakangnya adalah Temanggung kaya sumber daya alam, ada tembakau, kopi, peternakan, pertanian umum banyak sekali.
Ia menyampaikan, inovasi dalam dokumen perencanaan pembangunan tahunan, ada inovasi yang diangkat untuk tahun depan, yaitu Bumi Mutiara.
"Dalam hal ini yang akan kami angkat itu tanaman kopi di bagian hulunya, di pembibitan atau pembenihan, kalau kemarin yang pernah diangkat Sekolah Kopi Gemawang (hilirnya), di hulunya kebetulan di Dinas Pertanian itu ada Kebun Benih Medari dan mereka berinovasi stek berakar tanaman kopi," katanya lagi.
Ia menyampaikan sebenarnya bukan ilmu yang baru, tetapi sudah dilaksanakan dan mungkin baru di Kebun Benih Medari itu yang pertama diujicobakan dalam dua tahun ini dan sudah ada yang menanam.
"Coba kami angkat untuk inovasi 2025, karena memang permasalahannya meskipun kopi sekarang sedang bagus harganya, tetapi terkait luas tanaman per hektarenya juga masih kurang produktivitasnya, benihnya itu juga susah dicari," katanya lagi.
Dia menuturkan ini sebagai alternatif untuk pembenihan kopi tersebut, jadi ini inovasi yang coba diangkat karena itu baru pertama kalinya dicoba dan berhasil.
Kepala Bappeda Kabupaten Temanggung Hendra Sumaryana menyampaikan Bumi Mutiara pembibitan Medari itu memang satu-satunya yang ada di Jawa Tengah.
"Kenapa itu menjadi produk unggulan, kita semua sudah mengetahui bahwa memang Temanggung terkenal akan penghasil kopi yang berkualitas tinggi, yang ada di masyarakat selama ini itu rata-rata masih memakai sistem konvensional yaitu nyambung, pakai entres, dengan stek berakar ini diharapkan ada kualitas bibit dapat menghasilkan bibit kopi dengan kualitas yang konsisten karena selalu F1 atau keturunan pertama," katanya pula.
Menurut dia, kemudian tanaman kopi hasil stek mampu menghasilkan hasil panen yang sama banyak sesuai dengan kualitas dan ini berakar dan tidak memerlukan waktu yang lama karena untuk panen perdana sekitar 3 tahun dari tanam, kalau sambung entres itu perlu waktu yang sangat lama.