Batang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menawarkan setidaknya 17 peluang investasi di berbagai bidang kepada investor, di antaranya lewat keberadaan kawasan industri.
"Kami menawarkan ada 17 peluang investasi di sektor manufaktur, infrastruktur, agrikultur, energi, dan pariwisata," kata Penjabat Gubernur Jateng Nana Sudjana, di sela kegiatan Central Java Investment Business Forum (CJIBF) 2024 di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), Batang, Selasa.
Untuk menunjang masuknya investasi, kata dia, Pemprov Jateng telah menyiapkan sejumlah fasilitas, di antaranya lima kawasan industri yang ada di wilayah tersebut.
Lima kawasan industri itu, meliputi Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal, Kawasan Industri Wijayakusuma di Kota Semarang, Jatengland Industrial Park di Demak, dan Aviarna Industrial Park, kawasan industri baru di Kota Semarang.
"Saat ini memang lebih banyak di wilayah Pantura. Ke depan kami akan mencoba mengembangkan agar para investor berinvestasi di Jawa Tengah bagian selatan," katanya.
Ia menyebutkan target investasi Jateng pada 2024 sebesar Rp64,18 triliun yang hingga triwulan III telah tercapai Rp55,11 triliun atau sebesar 79,64 persen sehingga optimistis target tersebut dapat dipenuhi, mengingat ada sejumlah investor baru mulai masuk ke Jateng.
"Jateng punya daya saing yang kuat seperti infrastruktur, tenaga kerja berkualitas, kebijakan pro-investasi yang inovatif, pelayanan perizinan yang mudah, cepat dan terintegrasi," katanya.
Ia mencontohkan KITB yang belum lama ini diresmikan sudah ada total 21 investor yang berinvestasi, dan bahkan lima perusahaan sudah beroperasi.
"Kemudian, 10 perusahaan masih tahap pembangunan dan lainnya bersiap mulai pembangunan. Belum lagi investasi di kawasan industri lainnya di Jawa Tengah," katanya.
Menurut dia, keberadaan kawasan industri yang berada di sejumlah daerah tersebut berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Jateng.
Selain itu, kata dia, kawasan industri tersebut mampu menyerap banyak tenaga kerja, meningkatkan ekonomi warga sekitar, dan mendorong peningkatan target investasi.
Untuk menyiapkan tenaga kerja yang siap pakai, ia mengatakan Pemprov Jateng terus meningkatkan pendidikan vokasi dan balai latihan kerja di masing-masing kabupaten/kota.
“Kami juga mendorong bupati/ walikota untuk aktif dalam setiap kegiatan promosi investasi, dengan menyediakan fasilitas, kemudahan, dan insentif agar calon investor tertarik menanamkan modalnya," katanya.
Berkaitan dengan kegiatan CJIBF 2024 yang bertema "Enhancing Sustainable Growth Through Green and Circular Economy", Nana mengatakan sebagai salah satu bentuk komitmen Jateng dalam mendorong transformasi ekonomi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah Rahmat Dwisaputra menambahkan tema CJIBF 2024 dipilih karena sesuai dengan rencana pembangunan jangka panjang daerah Provinsi Jateng.
Dalam rencana itu, Provinsi Jateng ditetapkan sebagai daerah penumpu pangan dan industri nasional.
"Temanya hampir sama dengan tahun 2022 tentang 'green energy' dan 'circular economy'. Jawa Tengah sebagai penumpu pangan dan industri, jadi keduanya harus seimbang," katanya.
"Kami menawarkan ada 17 peluang investasi di sektor manufaktur, infrastruktur, agrikultur, energi, dan pariwisata," kata Penjabat Gubernur Jateng Nana Sudjana, di sela kegiatan Central Java Investment Business Forum (CJIBF) 2024 di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), Batang, Selasa.
Untuk menunjang masuknya investasi, kata dia, Pemprov Jateng telah menyiapkan sejumlah fasilitas, di antaranya lima kawasan industri yang ada di wilayah tersebut.
Lima kawasan industri itu, meliputi Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal, Kawasan Industri Wijayakusuma di Kota Semarang, Jatengland Industrial Park di Demak, dan Aviarna Industrial Park, kawasan industri baru di Kota Semarang.
"Saat ini memang lebih banyak di wilayah Pantura. Ke depan kami akan mencoba mengembangkan agar para investor berinvestasi di Jawa Tengah bagian selatan," katanya.
Ia menyebutkan target investasi Jateng pada 2024 sebesar Rp64,18 triliun yang hingga triwulan III telah tercapai Rp55,11 triliun atau sebesar 79,64 persen sehingga optimistis target tersebut dapat dipenuhi, mengingat ada sejumlah investor baru mulai masuk ke Jateng.
"Jateng punya daya saing yang kuat seperti infrastruktur, tenaga kerja berkualitas, kebijakan pro-investasi yang inovatif, pelayanan perizinan yang mudah, cepat dan terintegrasi," katanya.
Ia mencontohkan KITB yang belum lama ini diresmikan sudah ada total 21 investor yang berinvestasi, dan bahkan lima perusahaan sudah beroperasi.
"Kemudian, 10 perusahaan masih tahap pembangunan dan lainnya bersiap mulai pembangunan. Belum lagi investasi di kawasan industri lainnya di Jawa Tengah," katanya.
Menurut dia, keberadaan kawasan industri yang berada di sejumlah daerah tersebut berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Jateng.
Selain itu, kata dia, kawasan industri tersebut mampu menyerap banyak tenaga kerja, meningkatkan ekonomi warga sekitar, dan mendorong peningkatan target investasi.
Untuk menyiapkan tenaga kerja yang siap pakai, ia mengatakan Pemprov Jateng terus meningkatkan pendidikan vokasi dan balai latihan kerja di masing-masing kabupaten/kota.
“Kami juga mendorong bupati/ walikota untuk aktif dalam setiap kegiatan promosi investasi, dengan menyediakan fasilitas, kemudahan, dan insentif agar calon investor tertarik menanamkan modalnya," katanya.
Berkaitan dengan kegiatan CJIBF 2024 yang bertema "Enhancing Sustainable Growth Through Green and Circular Economy", Nana mengatakan sebagai salah satu bentuk komitmen Jateng dalam mendorong transformasi ekonomi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah Rahmat Dwisaputra menambahkan tema CJIBF 2024 dipilih karena sesuai dengan rencana pembangunan jangka panjang daerah Provinsi Jateng.
Dalam rencana itu, Provinsi Jateng ditetapkan sebagai daerah penumpu pangan dan industri nasional.
"Temanya hampir sama dengan tahun 2022 tentang 'green energy' dan 'circular economy'. Jawa Tengah sebagai penumpu pangan dan industri, jadi keduanya harus seimbang," katanya.