Purwokerto (ANTARA) - Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Banyumas dan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, sepakat melakukan langkah-langah untuk menanggulangi HIV/AIDS di wilayah itu.
Kesepakatan tersebut tertuang dalam Komitmen Bersama yang ditandatangani Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Banyumas Ibnu Asaduddin, Kepala Sekretariat KPA Kabupaten Banyumas Suwondo, dan Penjabat (Pj) Bupati Banyumas Iwanuddin Iskandar di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Selasa.
Ditemui setelah penandatangan Komitmen Bersama, Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Banyumas Ibnu Asaduddin mengatakan berdasarkan data kasus HIV/AIDS di Banyumas menempati peringkat kedua se-Jawa Tengah.
"Maka semua harus bergerak. Kementerian Agama dan KPA harus hadir melalui penandatanganan komitmen pengentasan HIV/AIDS di Banyumas," katanya.
Ia mengatakan salah satu langkah yang akan dilakukan Kemenag Kabupaten Banyumas berupa penyelenggaraan sosialisasi di pondok pesantren secara terjadwal, termasuk sosialisasi ke muslimat terutama ibu-ibu.
Menurut dia, hal itu karena penularan HIV/AIDS banyak terjadi melalui penyimpangan orientasi seksual berupa lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).
"Jadi jangan sampai anak-anak dibiarkan berkomunikasi melalui WhatsApp, Facebook, dan sebagainya karena ada grup tersendiri tentang LGBT itu, sehingga orang tua harus hadir," katanya.
Terkait dengan hal itu, dia menekankan pentingnya sosialisasi tentang HIV/AIDS kepada para orang tua, pondok pesantren, masyarakat umum, madrasah, dan sebagainya.
"Kita berjuang agar Banyumas terbebas dari HIV/AIDS," kata Ibnu.
Sementara itu, Kepala Sekretariat KPA Kabupaten Banyumas Suwondo mengatakan pihaknya sudah cukup lama berkoordinasi dengan Kantor Kemenag Kabupaten Banyumas untuk bersama-sama menanggulangi HIV/AIDS di Banyumas terutama bagi para santri.
Menurut dia, hal itu sesuai dengan tema peringatan Hari Santri Nasional 2024 berupa "Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan".
"Jangan sampai masa depan santri-santri kita itu nanti terjerumus ke hal-hal yang negatif," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya sudah mulai melakukan sosialisasi terkait dengan penanggulangan HIV/AIDS tersebut ke sekolah-sekolah dan pesantren maupun masyarakat melalui kerja sama dengan penyuluh agama, Fatayat Nahdlatul Ulama, dan organisasi keagamaan lainnya.
Ia mengharapkan, materi sosialisasi yang diberikan KPA Kabupaten Banyumas kepada para penyuluh agama dapat diteruskan kepada masyarakat.
"Tapi yang jelas, kami, KPA Kabupaten Banyumas berkomitmen, jangan sampai korban-korban yang terkena HIV/AIDS utamanya di lingkup pondok pesantren dan anak-anak kita, para santri, itu bertambah lagi," katanya.
Terkait dengan kasus HIV/AIDS di Banyumas yang menempati peringkat kedua se-Jateng, dia mengatakan hal itu turut dipengaruhi oleh tingginya mobilitas masyarakat serta tempat hiburan di wilayah itu.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, kata dia, jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Banyumas tergolong tinggi karena mencapai lebih dari 4.000 orang.
"Dan pertambahannya sudah hampir mencapai 40 orang per bulan, sehingga mau tidak mau kita harus bergerak bersama untuk menangani itu. Oleh karena itu, kami menandatangani komitmen bersama dengan Kemenag Banyumas agar jangan sampai di pondok-pondok pesantren yang merupakan tempat sakral, ada yang terkena HIV/AIDS," kata Suwondo.
Baca juga: Masukan Ditjen Pendidikan Islam sempurnakan Sisdalak P5RA
Kesepakatan tersebut tertuang dalam Komitmen Bersama yang ditandatangani Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Banyumas Ibnu Asaduddin, Kepala Sekretariat KPA Kabupaten Banyumas Suwondo, dan Penjabat (Pj) Bupati Banyumas Iwanuddin Iskandar di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Selasa.
Ditemui setelah penandatangan Komitmen Bersama, Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Banyumas Ibnu Asaduddin mengatakan berdasarkan data kasus HIV/AIDS di Banyumas menempati peringkat kedua se-Jawa Tengah.
"Maka semua harus bergerak. Kementerian Agama dan KPA harus hadir melalui penandatanganan komitmen pengentasan HIV/AIDS di Banyumas," katanya.
Ia mengatakan salah satu langkah yang akan dilakukan Kemenag Kabupaten Banyumas berupa penyelenggaraan sosialisasi di pondok pesantren secara terjadwal, termasuk sosialisasi ke muslimat terutama ibu-ibu.
Menurut dia, hal itu karena penularan HIV/AIDS banyak terjadi melalui penyimpangan orientasi seksual berupa lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).
"Jadi jangan sampai anak-anak dibiarkan berkomunikasi melalui WhatsApp, Facebook, dan sebagainya karena ada grup tersendiri tentang LGBT itu, sehingga orang tua harus hadir," katanya.
Terkait dengan hal itu, dia menekankan pentingnya sosialisasi tentang HIV/AIDS kepada para orang tua, pondok pesantren, masyarakat umum, madrasah, dan sebagainya.
"Kita berjuang agar Banyumas terbebas dari HIV/AIDS," kata Ibnu.
Sementara itu, Kepala Sekretariat KPA Kabupaten Banyumas Suwondo mengatakan pihaknya sudah cukup lama berkoordinasi dengan Kantor Kemenag Kabupaten Banyumas untuk bersama-sama menanggulangi HIV/AIDS di Banyumas terutama bagi para santri.
Menurut dia, hal itu sesuai dengan tema peringatan Hari Santri Nasional 2024 berupa "Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan".
"Jangan sampai masa depan santri-santri kita itu nanti terjerumus ke hal-hal yang negatif," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya sudah mulai melakukan sosialisasi terkait dengan penanggulangan HIV/AIDS tersebut ke sekolah-sekolah dan pesantren maupun masyarakat melalui kerja sama dengan penyuluh agama, Fatayat Nahdlatul Ulama, dan organisasi keagamaan lainnya.
Ia mengharapkan, materi sosialisasi yang diberikan KPA Kabupaten Banyumas kepada para penyuluh agama dapat diteruskan kepada masyarakat.
"Tapi yang jelas, kami, KPA Kabupaten Banyumas berkomitmen, jangan sampai korban-korban yang terkena HIV/AIDS utamanya di lingkup pondok pesantren dan anak-anak kita, para santri, itu bertambah lagi," katanya.
Terkait dengan kasus HIV/AIDS di Banyumas yang menempati peringkat kedua se-Jateng, dia mengatakan hal itu turut dipengaruhi oleh tingginya mobilitas masyarakat serta tempat hiburan di wilayah itu.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, kata dia, jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Banyumas tergolong tinggi karena mencapai lebih dari 4.000 orang.
"Dan pertambahannya sudah hampir mencapai 40 orang per bulan, sehingga mau tidak mau kita harus bergerak bersama untuk menangani itu. Oleh karena itu, kami menandatangani komitmen bersama dengan Kemenag Banyumas agar jangan sampai di pondok-pondok pesantren yang merupakan tempat sakral, ada yang terkena HIV/AIDS," kata Suwondo.
Baca juga: Masukan Ditjen Pendidikan Islam sempurnakan Sisdalak P5RA