Magelang (ANTARA) - Pembatasan pengunjung naik bangunan Candi Borobudur selain sebagai upaya konservasi juga demi memperlihatkan kesuciannya kata Koordinator Museum dan Cagar Budaya (MCB) Warisan Dunia Borobudur Wiwit Kasiyati.

"Dengan pembatasan pengunjung naik ke Candi Borobudur sehingga marwah Candi Borobudur, kesuciannya lebih terlihat sekarang," katanya di Magelang, Selasa.

Ia menyampaikan hal tersebut usai acara bincang pelestarian dalam perayaan ulang tahun ke-73 Sucoro, yang merupakan inisiator Ruwat Rawat Borobudur.

Wiwit menyampaikan kalau dulu sebelum ada pembatasan pengunjung naik bangunan candi mereka manjat stupa seenaknya, kemudian bajunya juga kurang sopan.

"Sekarang kalau pakai kurang sopan PT TWC sudah memberikan sarung , pemandu wisata wajib mengamati wisatawan, misalnya wisatawan mau manjat mereka harus melarang. Sekarang ini tampaknya lebih bagus, lebih bisa dibilang untuk tingkat dunia sudah bisa mewakili dari aspek pariwisata," katanya.

Ia menyampaikan Candi Borobudur dari aspek spiritualitas menjadi milik bersama semua umat beragama, kemudian juga masyarakat dan juga dunia di sana memang ajaran-ajaran dari relief itu bersifat universal.

Menurut dia kalau dari aspek kemanfaatan sebenarnya Candi Borobudur bisa dilihat dari aspek agama, kebudayaan, pariwisata , ilmu pengetahuan, teknologi, sosial.

"Kami mendampingi, melayani kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang ingin melakukan sesuatu di Borobudur, agama , spiritualitas karena yang sekarang spiritualitas itu dari aspek Buddha sudah terlihat ada kegiatan filgrim, kami fasilitasi," katanya.

Namun, katanya ada masyarakat bukan dari agama Buddha, tetapi dari penghayat ketika mereka mau berdoa di stupa itu juga difasilitasi, untuk kepentingan penelitian juga difasilitasi, pariwisata juga difasilitasi.

Inisiator kegiatan Ruwat Rawat Borobudur Sucoro menyampaikan Borobudur selalu menyimpan kisah, tidak hanya tentang candi tetapi masyarakat juga punya cerita.

Ia menuturkan Candi Borobudur sebagai warisan warisan budaya mengandung nilai agung di tubuhnya, yaitu nilai etika dan moral spiritual.

Baca juga: Nana Sudjana tinjau Kampung Seni Borobudur

Pewarta : Heru Suyitno
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024