Pekalongan (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan, Jawa Tengah, mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kebersihan diri dan pemenuhan asupan gizi tubuh sebagai upaya mencegah penularan penyakit cacar monyet yang disebabkan oleh virus Monkey Pox (Mpox).
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Pekalongan Slamet Budiyanto di Pekalongan, Kamis, mengatakan cacar monyet merupakan penyakit zoonosis yang awalnya ditularkan dari hewan pada manusia serta sebaliknya.
"Oleh karena itu kami mengimbau masyarakat tidak perlu panik, namun tetap waspada dengan menjaga kebersihan diri, lingkungan, dan menerapkan pola hidup sehat," katanya.
Menurut dia, penyakit ini ditemukan pertama kali di Afrika pada tahun 1958 pada hewan dan kemudian pada 1970 ditemukan menular pada manusia. Selanjutnya pada 2023 hingga Juni 2024 terjadi perkembangan yang luar biasa sehingga Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan untuk waspada terhadap penyakit tersebut.
"Sepanjang waktu itu sudah mengakibatkan 99.178 orang dengan 208 angka kematian di dunia. Di Indonesia pada 2022 ada 74 kasus dan pada 2024 ada 14 kasus," katanya.
Baca juga: Cegah Mpox, Indonesia kembali terapkan sistem deteksi dini bagi pendatang dari luar negeri
Didampingi Epidemiolog Kesehatan Muda Opik Taufik, ia mengatakan penyebaran kasus cacar monyet di Indonesia antara lain Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Riau, dan DI Yogyakarta.
"Untuk di wilayah Jawa Tengah, belum ditemukan kasus itu. Namun demikian kami mengimbau masyarakat tetap waspada terhadap penyebaran penyakit itu," katanya.
Ia menjelaskan masa inkubasi virus itu sekitar 6-13 hari dengan menunjukkan gejala awal seperti cacar yaitu demam, sakit kepala, nyeri otot persendian, lesi kulit makula papula berisi nanah dan darah di telapak tangan, kaki, muka, sekitar alat kelamin atau bagian tubuh lain dan gejala khas dari Mpox yang berbeda dengan cacar air yakni adanya pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak.
Cairan dari lesi kulit yang pecah tersebut, kata dia, menjadi penularan jika terjadi kontak kulit infeksi dengan kulit sehat dan bisa juga droplet.
"Penularan dapat terjadi jika orang tersebut memiliki daya tahan tubuh yang lemah. Sebenarnya penyebaran ini tidak semudah COVID-19 yang dipengaruhi udara sekitar, cacar monyet bisa menular ketika ada kontak erat kulit dan daya tahan tubuh rendah," katanya.
Baca juga: Dispertan Kudus lakukan vaksinasi ternak unggas antisipasi flu burung
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Pekalongan Slamet Budiyanto di Pekalongan, Kamis, mengatakan cacar monyet merupakan penyakit zoonosis yang awalnya ditularkan dari hewan pada manusia serta sebaliknya.
"Oleh karena itu kami mengimbau masyarakat tidak perlu panik, namun tetap waspada dengan menjaga kebersihan diri, lingkungan, dan menerapkan pola hidup sehat," katanya.
Menurut dia, penyakit ini ditemukan pertama kali di Afrika pada tahun 1958 pada hewan dan kemudian pada 1970 ditemukan menular pada manusia. Selanjutnya pada 2023 hingga Juni 2024 terjadi perkembangan yang luar biasa sehingga Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan untuk waspada terhadap penyakit tersebut.
"Sepanjang waktu itu sudah mengakibatkan 99.178 orang dengan 208 angka kematian di dunia. Di Indonesia pada 2022 ada 74 kasus dan pada 2024 ada 14 kasus," katanya.
Baca juga: Cegah Mpox, Indonesia kembali terapkan sistem deteksi dini bagi pendatang dari luar negeri
Didampingi Epidemiolog Kesehatan Muda Opik Taufik, ia mengatakan penyebaran kasus cacar monyet di Indonesia antara lain Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Riau, dan DI Yogyakarta.
"Untuk di wilayah Jawa Tengah, belum ditemukan kasus itu. Namun demikian kami mengimbau masyarakat tetap waspada terhadap penyebaran penyakit itu," katanya.
Ia menjelaskan masa inkubasi virus itu sekitar 6-13 hari dengan menunjukkan gejala awal seperti cacar yaitu demam, sakit kepala, nyeri otot persendian, lesi kulit makula papula berisi nanah dan darah di telapak tangan, kaki, muka, sekitar alat kelamin atau bagian tubuh lain dan gejala khas dari Mpox yang berbeda dengan cacar air yakni adanya pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak.
Cairan dari lesi kulit yang pecah tersebut, kata dia, menjadi penularan jika terjadi kontak kulit infeksi dengan kulit sehat dan bisa juga droplet.
"Penularan dapat terjadi jika orang tersebut memiliki daya tahan tubuh yang lemah. Sebenarnya penyebaran ini tidak semudah COVID-19 yang dipengaruhi udara sekitar, cacar monyet bisa menular ketika ada kontak erat kulit dan daya tahan tubuh rendah," katanya.
Baca juga: Dispertan Kudus lakukan vaksinasi ternak unggas antisipasi flu burung