Kudus (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, berupaya menjaga inflasi tetap terkendali dengan memberikan kemudahan tempat berjualan maupun akses bagi pedagang komoditas pokok masyarakat dari luar daerah, sehingga stok kebutuhan pokok masyarakat juga tersedia.
"Komoditas pokok masyarakat, seperti bawang merah, bawang putih, cabai, telur, dan masih banyak lagi bukanlah dari Kabupaten Kudus, melainkan berasal dari luar Kudus. Untuk itu, perlu ada upaya agar komoditas pokok masyarakat tersedia cukup," kata Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Kudus Djatmiko Muhardi saat menghadiri rilis inflasi di kantor BPS Kudus, Jumat.
Karena Kabupaten Kudus bukanlah penghasil sejumlah komoditas pokok masyarakat, kata dia, perlu memberikan kemudahan akses dan tempat berjualan para pedagang besar dari luar daerah.
"Pasar Bitingan Kudus yang berada di pintu masuk kota, ternyata menjadi daya tarik pemasok berbagai komoditas pokok masyarakat untuk menjajakannya. Meskipun sedikit mengganggu akses lalu lintas kendaraan, tetapi kehadiran mereka ternyata ikut menjadi andil ketersediaan komoditas kebutuhan pokok masyarakat," ujarnya.
Sementara aktivitas mereka, kata dia, juga hanya malam hari, mulai pukul 23.00 WIB hingga pukul 06.00 WIB. Sedangkan jalur alternatif untuk menghindari kemacetan di kompleks Pasar Bitingan juga tersedia.
Ia mengungkapkan, selama ini andil komoditas pokok masyarakat, mulai dari bawang merah, bawang putih, cabai, tomat, telur, kubis, dan aneka sayur mayur terhadap tingkat inflasi di Kudus cukup tinggi.
"Sehingga upaya yang bisa dilakukan Pemkab Kudus melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dengan memberikan kemudahan tempat berjualan, suasana yang aman, dan nyaman bagi pelaku usaha luar daerah untuk berjualan di Kudus," ujarnya.
Ia mencatat suplai sejumlah bahan kebutuhan pokok masyarakat ada yang berasal dari Semarang, Grobogan, hingga Kediri, Jawa Timur.
Sementara itu, Fungsional Statistik Madya BPS Kabupaten Kudus Kusuma Agung Handaka menambahkan bahwa pada Juli 2024 Kudus mengalami deflasi sebesar 0,15 persen.
Penyumbang utama deflasi Juli 2024, yakni kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil -0,86 persen. Sedangkan komoditas penyumbang utama deflasi antara lain bawang merah, cabai merah, tomat, telur ayam ras, dan kol putih.
Untuk komoditas penyumbang inflasi, yakni beras, perguruan tinggi, emas perhiasan, gula pasir, dan sigaret kretek mesin (SKM).
Menurut dia, upaya Pemkab Kudus menjaga tingkat inflasi tetap terjaga cukup banyak, termasuk dalam mengupayakan ketersediaan pupuk bersubsidi bagi petani juga bagian dari upaya mengendalikan inflasi.
"Ketika pupuk tersedia, tentunya harga jual komoditas yang dihasilkan petani juga stabil. Berbeda, ketika tidak ada jaminan kelancaran pasokan pupuk bersubsidi, tentunya mengakibatkan biaya produksinya juga mahal sehingga ujung-ujungnya harga jual komoditas petani juga naik," ujarnya.
"Komoditas pokok masyarakat, seperti bawang merah, bawang putih, cabai, telur, dan masih banyak lagi bukanlah dari Kabupaten Kudus, melainkan berasal dari luar Kudus. Untuk itu, perlu ada upaya agar komoditas pokok masyarakat tersedia cukup," kata Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Kudus Djatmiko Muhardi saat menghadiri rilis inflasi di kantor BPS Kudus, Jumat.
Karena Kabupaten Kudus bukanlah penghasil sejumlah komoditas pokok masyarakat, kata dia, perlu memberikan kemudahan akses dan tempat berjualan para pedagang besar dari luar daerah.
"Pasar Bitingan Kudus yang berada di pintu masuk kota, ternyata menjadi daya tarik pemasok berbagai komoditas pokok masyarakat untuk menjajakannya. Meskipun sedikit mengganggu akses lalu lintas kendaraan, tetapi kehadiran mereka ternyata ikut menjadi andil ketersediaan komoditas kebutuhan pokok masyarakat," ujarnya.
Sementara aktivitas mereka, kata dia, juga hanya malam hari, mulai pukul 23.00 WIB hingga pukul 06.00 WIB. Sedangkan jalur alternatif untuk menghindari kemacetan di kompleks Pasar Bitingan juga tersedia.
Ia mengungkapkan, selama ini andil komoditas pokok masyarakat, mulai dari bawang merah, bawang putih, cabai, tomat, telur, kubis, dan aneka sayur mayur terhadap tingkat inflasi di Kudus cukup tinggi.
"Sehingga upaya yang bisa dilakukan Pemkab Kudus melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dengan memberikan kemudahan tempat berjualan, suasana yang aman, dan nyaman bagi pelaku usaha luar daerah untuk berjualan di Kudus," ujarnya.
Ia mencatat suplai sejumlah bahan kebutuhan pokok masyarakat ada yang berasal dari Semarang, Grobogan, hingga Kediri, Jawa Timur.
Sementara itu, Fungsional Statistik Madya BPS Kabupaten Kudus Kusuma Agung Handaka menambahkan bahwa pada Juli 2024 Kudus mengalami deflasi sebesar 0,15 persen.
Penyumbang utama deflasi Juli 2024, yakni kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil -0,86 persen. Sedangkan komoditas penyumbang utama deflasi antara lain bawang merah, cabai merah, tomat, telur ayam ras, dan kol putih.
Untuk komoditas penyumbang inflasi, yakni beras, perguruan tinggi, emas perhiasan, gula pasir, dan sigaret kretek mesin (SKM).
Menurut dia, upaya Pemkab Kudus menjaga tingkat inflasi tetap terjaga cukup banyak, termasuk dalam mengupayakan ketersediaan pupuk bersubsidi bagi petani juga bagian dari upaya mengendalikan inflasi.
"Ketika pupuk tersedia, tentunya harga jual komoditas yang dihasilkan petani juga stabil. Berbeda, ketika tidak ada jaminan kelancaran pasokan pupuk bersubsidi, tentunya mengakibatkan biaya produksinya juga mahal sehingga ujung-ujungnya harga jual komoditas petani juga naik," ujarnya.