Jepara (ANTARA) - Pengusaha mebel di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, tidak begitu terpengaruh dengan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, karena permintaan produk mebel dari luar negeri tetap mengalir.
Muhammad Haidar Zaqi Umar, pemilik usaha mebel Furncraft.id di Jepara, Kamis, mengakui memiliki strategi agar bisnisnya tetap stabil ketika terjadi pelemahan nilai tukar rupiah.
"Kami sudah terbiasa menghadapi fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar. Hal terpenting menjaga kualitas produk dan kepuasan pelanggan," ujarnya.
Selain itu, kata dia, pihaknya juga lebih memilih kemitraan dengan agen ekspor yang handal, mengingat pembayaran dilakukan dengan metode keluar gudang dibayar lunas oleh agen tersebut.
"Model kerja sama seperti itu, lebih aman karena pembayaran sudah terjamin. Risiko gagal bayar dapat diminimalkan," ungkap Muhammad Haidar Zaqi Umar yang juga Wakil Ketua PPP Jepara.
Dengan menjalin kerja sama dengan agen ekspor tersebut, maka permintaan untuk ekspor mebel dari Jepara juga tetap stabil. Bahkan, order ekspor yang diterimanya tidak mengalami penurunan meskipun di tengah kenaikan nilai tukar kurs dolar.
"Order dari luar negeri masih lancar, tidak ada penurunan signifikan. Ini sangat menggembirakan," ujarnya.
Terkait dengan segmen pasar, ia mengakui fokus menyasar konsumen kelas menengah ke atas karena cenderung tidak terpengaruh oleh kenaikan harga, sehingga permintaan terhadap produk mebel tetap tinggi.
Pengusaha mebel lainnya, Sahli Rais sebagai Direktur Jepara Ethnic Furniture mengakui fluktuasi nilai tukar rupiah merupakan hal biasa, sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap pesanan mebel ukir asal Jepara karena pesanan untuk ekspor masih tetap jalan.
"Dampaknya dimungkinkan adanya kenaikan biaya kontainer. Sedangkan pembeli yang nilai pembayarannya ada selisih, biasanya juga dikomunikasikan. Demikian halnya ketika nilai kurs dolar turun juga dikomunikasikan untuk negosiasi ulang," ujarnya.
Ia mengakui sebelum fluktuasi kurs rupiah terhadap dolar, secara keseluruhan transaksi penjualan mebel ke luar negeri memang ada kecendrungan turun sejak adanya perang di luar negeri.
Meskipun demikian, kata dia, pasar ekspor di Asia, Timur Tengah, dan Eropa tetap ada transaksi. Sedangkan untuk pasar Amerika sedikit mengalami kelesuan.
Untuk menggenjot penjualan produk mebel dan ukir, maka dirinya juga gencar melakukan promosi dengan mengikuti kegiatan promosi di luar negeri.
Upaya lainnya, yakni dengan memasarkan ke pasar lokal karena pemerintah juga mulai mengutamakan produk lokal. Terutama, dengan adanya pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) banyak produk mebel dan ukir yang dibutuhkan.
"Agar bisa menjual ke pemerintah, maka kami harus masuk ke katalog elektronik agar mendapat kesempatan menjual produk mebel dan ukir," ujarnya.
Muhammad Haidar Zaqi Umar, pemilik usaha mebel Furncraft.id di Jepara, Kamis, mengakui memiliki strategi agar bisnisnya tetap stabil ketika terjadi pelemahan nilai tukar rupiah.
"Kami sudah terbiasa menghadapi fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar. Hal terpenting menjaga kualitas produk dan kepuasan pelanggan," ujarnya.
Selain itu, kata dia, pihaknya juga lebih memilih kemitraan dengan agen ekspor yang handal, mengingat pembayaran dilakukan dengan metode keluar gudang dibayar lunas oleh agen tersebut.
"Model kerja sama seperti itu, lebih aman karena pembayaran sudah terjamin. Risiko gagal bayar dapat diminimalkan," ungkap Muhammad Haidar Zaqi Umar yang juga Wakil Ketua PPP Jepara.
Dengan menjalin kerja sama dengan agen ekspor tersebut, maka permintaan untuk ekspor mebel dari Jepara juga tetap stabil. Bahkan, order ekspor yang diterimanya tidak mengalami penurunan meskipun di tengah kenaikan nilai tukar kurs dolar.
"Order dari luar negeri masih lancar, tidak ada penurunan signifikan. Ini sangat menggembirakan," ujarnya.
Terkait dengan segmen pasar, ia mengakui fokus menyasar konsumen kelas menengah ke atas karena cenderung tidak terpengaruh oleh kenaikan harga, sehingga permintaan terhadap produk mebel tetap tinggi.
Pengusaha mebel lainnya, Sahli Rais sebagai Direktur Jepara Ethnic Furniture mengakui fluktuasi nilai tukar rupiah merupakan hal biasa, sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap pesanan mebel ukir asal Jepara karena pesanan untuk ekspor masih tetap jalan.
"Dampaknya dimungkinkan adanya kenaikan biaya kontainer. Sedangkan pembeli yang nilai pembayarannya ada selisih, biasanya juga dikomunikasikan. Demikian halnya ketika nilai kurs dolar turun juga dikomunikasikan untuk negosiasi ulang," ujarnya.
Ia mengakui sebelum fluktuasi kurs rupiah terhadap dolar, secara keseluruhan transaksi penjualan mebel ke luar negeri memang ada kecendrungan turun sejak adanya perang di luar negeri.
Meskipun demikian, kata dia, pasar ekspor di Asia, Timur Tengah, dan Eropa tetap ada transaksi. Sedangkan untuk pasar Amerika sedikit mengalami kelesuan.
Untuk menggenjot penjualan produk mebel dan ukir, maka dirinya juga gencar melakukan promosi dengan mengikuti kegiatan promosi di luar negeri.
Upaya lainnya, yakni dengan memasarkan ke pasar lokal karena pemerintah juga mulai mengutamakan produk lokal. Terutama, dengan adanya pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) banyak produk mebel dan ukir yang dibutuhkan.
"Agar bisa menjual ke pemerintah, maka kami harus masuk ke katalog elektronik agar mendapat kesempatan menjual produk mebel dan ukir," ujarnya.