Solo (ANTARA) - Pura Mangkunegaran Surakarta, Jawa Tengah mengkirabkan enam pusaka berupa lima tombak dan satu pusaka yang berada di dalam jodang pada malam 1 Sura, Minggu.
Pantauan di Solo, pusaka-pusaka tersebut keluar dari ruang pusaka bernama Dalem Agung untuk kemudian dibawa ke pendopo Pura Mangkunegaran.
Selanjutnya, pusaka-pusaka tersebut dipanggul oleh para abdi dalem. Masing-masing pusaka tombak yang memiliki lebar lebih dari dua meter tersebut dipanggul oleh dua orang abdi dalem.
Sebelumnya, pusaka-pusaka tersebut dibersihkan atau dijamasi dengan menggunakan air kembang.
Bertindak sebagai cucuk lampah atau pemimpin kirab yakni kakak KGPAA Mangkunegara X, Pangeran Sepuh GPH Paundrakarna Jiwo Suryonegoro.
Di belakang Paundra ada sejumlah tokoh yang ikut kirab atau disebut juga tapa bisu. Beberapa di antaranya ada Wakil Wali Kota Surakarta Teguh Prakosa, anggota DPR RI Aria Bima, serta putra Presiden Jokowi Kaesang Pangarep serta istrinya Erina Gudono.
Selain itu, ada pula sejumlah tokoh lain seperti Ketua Kadin Surakarta Ferry Septha Indrianto.
Di belakang rombongan tersebut, diikuti oleh pusaka dan peserta kirab lain. Sebagai rute kirab yakni mengelilingi tembok Pura Mangkunegaran hingga sebagian kecil Jalan Slamet Riyadi untuk kemudian masuk kembali ke Mangkunegaran dengan melewati Ngarsopuro.
Sementara itu, sesuai dengan aturan Pura Mangkunegaran, maka Mangkunegara X atau Gusti Bhre tidak diperbolehkan ikut kirab sehingga hanya melepas rombongan tersebut. Gusti Bhre hanya menyampaikan doa agar para peserta kirab mengikuti kirab dengan lancar dan selamat.
"Tak sangoni puji pandonga rahayu kanti wilujeng (aku beri doa agar selamat)," katanya.
Usai seluruh peserta kirab meninggalkan halaman Pura Mangkunegaran, puluhan masyarakat berebut air kembang. Sebagian orang mempercayai air kembang membawa berkah.
Salah satu warga dari Kabupaten Karanganyar, Kusumawati, sengaja datang dan berebut air kembang. Ia mengatakan ingin mendapatkan lebih banyak berkah. "Biar berkah, ini cuma saya simpan," katanya.
Acara kirab diakhiri dengan menyebar udik-udik atau uang dari keluarga Mangkunegara kepada peserta kirab.
Baca juga: Disdikbud Boyolali gelar pameran pusaka untuk edukasi anak-anak
Pantauan di Solo, pusaka-pusaka tersebut keluar dari ruang pusaka bernama Dalem Agung untuk kemudian dibawa ke pendopo Pura Mangkunegaran.
Selanjutnya, pusaka-pusaka tersebut dipanggul oleh para abdi dalem. Masing-masing pusaka tombak yang memiliki lebar lebih dari dua meter tersebut dipanggul oleh dua orang abdi dalem.
Sebelumnya, pusaka-pusaka tersebut dibersihkan atau dijamasi dengan menggunakan air kembang.
Bertindak sebagai cucuk lampah atau pemimpin kirab yakni kakak KGPAA Mangkunegara X, Pangeran Sepuh GPH Paundrakarna Jiwo Suryonegoro.
Di belakang Paundra ada sejumlah tokoh yang ikut kirab atau disebut juga tapa bisu. Beberapa di antaranya ada Wakil Wali Kota Surakarta Teguh Prakosa, anggota DPR RI Aria Bima, serta putra Presiden Jokowi Kaesang Pangarep serta istrinya Erina Gudono.
Selain itu, ada pula sejumlah tokoh lain seperti Ketua Kadin Surakarta Ferry Septha Indrianto.
Di belakang rombongan tersebut, diikuti oleh pusaka dan peserta kirab lain. Sebagai rute kirab yakni mengelilingi tembok Pura Mangkunegaran hingga sebagian kecil Jalan Slamet Riyadi untuk kemudian masuk kembali ke Mangkunegaran dengan melewati Ngarsopuro.
Sementara itu, sesuai dengan aturan Pura Mangkunegaran, maka Mangkunegara X atau Gusti Bhre tidak diperbolehkan ikut kirab sehingga hanya melepas rombongan tersebut. Gusti Bhre hanya menyampaikan doa agar para peserta kirab mengikuti kirab dengan lancar dan selamat.
"Tak sangoni puji pandonga rahayu kanti wilujeng (aku beri doa agar selamat)," katanya.
Usai seluruh peserta kirab meninggalkan halaman Pura Mangkunegaran, puluhan masyarakat berebut air kembang. Sebagian orang mempercayai air kembang membawa berkah.
Salah satu warga dari Kabupaten Karanganyar, Kusumawati, sengaja datang dan berebut air kembang. Ia mengatakan ingin mendapatkan lebih banyak berkah. "Biar berkah, ini cuma saya simpan," katanya.
Acara kirab diakhiri dengan menyebar udik-udik atau uang dari keluarga Mangkunegara kepada peserta kirab.
Baca juga: Disdikbud Boyolali gelar pameran pusaka untuk edukasi anak-anak