Semarang (ANTARA) - Pembagian daging kurban di beberapa wilayah di Kota Semarang mulai meninggalkan pemakaian kantong plastik sebagai bentuk kepedulian terhadap upaya pelestarian lingkungan, seperti di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Semarang.
Koordinator Humas MAJT Semarang Benny Arief Hidayat, di Semarang, Selasa, menyampaikan bahwa pembungkus daging kurban sudah mulai beralih ke wadah bambu atau "besek".
Menurut dia, penggunaan wadah non-plastik itu sebenarnya telah dilakukan sejak MAJT pertama kali didirikan meski belum sepenuhnya.
"Sejak awal diterapkan, artinya tidak hanya plastik. Sebagian besar kami menggunakan wadah dari besek," katanya.
Meski belum sepenuhnya menggunakan wadah non-plastik, Benny menyatakan MAJT terus mendukung gerakan ramah lingkungan yang diwujudkan sebagian besar memakai besek.
"Kami mendukung gerakan non-plastik untuk ramah lingkungan," katanya.
Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Semarang Ahmad Fuad menjelaskan bahwa pembagian daging kurban sekarang ini telah menggunakan wadah ramah lingkungan.
Sebagian besar masjid di Kota Semarang, kata Fuad, telah menerapkan penggunaan wadah non-plastik, seperti besek (dari bambu, red.), daun jati, daun pisang, hingga daun lompong.
"Ini kami mendukung gerakan ramah lingkungan, plastik itu tidak ramah lingkungan karena sulit terurai," katanya.
Diakuinya, gerakan ramah lingkungan itu merupakan dorongan dari Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu yang meminta menghindari penggunaan plastik sekali pakai dalam pembagian daging kurban.
"Kami menginformasikan edaran dari Pemerintah Kota Semarang, dari Bu Wali, yang dulunya pakai plastik sudah banyak pakai besek," katanya.
Para panitia kurban di kampung-kampung juga mulai sadar untuk menekan penggunaannya, dan menggantikan dengan bahan yang lebih ramah lingkungan.
Seperti yang dilakukan warga Kalicari, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang yang lebih memilih untuk menggunakan besek bambu sebagai pembungkus daging kurban yang akan dibagikan ke masyarakat.
Sebelumnya, Wali Kota Semarang, Hevearita Gunarti Rahayu meminta masyarakat menghindari penggunaan plastik sekali pakai untuk wadah daging kurban pada Hari Raya Idul Adha 1445 hijriah.
Perempuan yang akrab disapa Mbak Ita tersebut mengimbau masyarakat Kota Semarang dapat menggunakan wadah yang ramah lingkungan.
"Ini harus disosialisasikan. Kalau bisa wadah daging kurban pakai daun jangan pakai plastik. Bisa pakai daun jati, daun pisang. Kalau tidak, ada daun lompong atau besek bambu," katanya, saat menyerahkan hewan kurban di halaman Balai Kota Semarang, Sabtu (15/6) lalu.
Ita menjelaskan upaya tersebut dilakukan agar Kota Semarang terbebas dari sampah plastik saat perayaan Idul Adha 1445 Hijriah.
"Saya mohon kepada masyarakat yang membagikan daging kurban untuk mengurangi atau mungkin menghilangkan bungkusnya dengan plastik," katanya.
Koordinator Humas MAJT Semarang Benny Arief Hidayat, di Semarang, Selasa, menyampaikan bahwa pembungkus daging kurban sudah mulai beralih ke wadah bambu atau "besek".
Menurut dia, penggunaan wadah non-plastik itu sebenarnya telah dilakukan sejak MAJT pertama kali didirikan meski belum sepenuhnya.
"Sejak awal diterapkan, artinya tidak hanya plastik. Sebagian besar kami menggunakan wadah dari besek," katanya.
Meski belum sepenuhnya menggunakan wadah non-plastik, Benny menyatakan MAJT terus mendukung gerakan ramah lingkungan yang diwujudkan sebagian besar memakai besek.
"Kami mendukung gerakan non-plastik untuk ramah lingkungan," katanya.
Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Semarang Ahmad Fuad menjelaskan bahwa pembagian daging kurban sekarang ini telah menggunakan wadah ramah lingkungan.
Sebagian besar masjid di Kota Semarang, kata Fuad, telah menerapkan penggunaan wadah non-plastik, seperti besek (dari bambu, red.), daun jati, daun pisang, hingga daun lompong.
"Ini kami mendukung gerakan ramah lingkungan, plastik itu tidak ramah lingkungan karena sulit terurai," katanya.
Diakuinya, gerakan ramah lingkungan itu merupakan dorongan dari Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu yang meminta menghindari penggunaan plastik sekali pakai dalam pembagian daging kurban.
"Kami menginformasikan edaran dari Pemerintah Kota Semarang, dari Bu Wali, yang dulunya pakai plastik sudah banyak pakai besek," katanya.
Para panitia kurban di kampung-kampung juga mulai sadar untuk menekan penggunaannya, dan menggantikan dengan bahan yang lebih ramah lingkungan.
Seperti yang dilakukan warga Kalicari, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang yang lebih memilih untuk menggunakan besek bambu sebagai pembungkus daging kurban yang akan dibagikan ke masyarakat.
Sebelumnya, Wali Kota Semarang, Hevearita Gunarti Rahayu meminta masyarakat menghindari penggunaan plastik sekali pakai untuk wadah daging kurban pada Hari Raya Idul Adha 1445 hijriah.
Perempuan yang akrab disapa Mbak Ita tersebut mengimbau masyarakat Kota Semarang dapat menggunakan wadah yang ramah lingkungan.
"Ini harus disosialisasikan. Kalau bisa wadah daging kurban pakai daun jangan pakai plastik. Bisa pakai daun jati, daun pisang. Kalau tidak, ada daun lompong atau besek bambu," katanya, saat menyerahkan hewan kurban di halaman Balai Kota Semarang, Sabtu (15/6) lalu.
Ita menjelaskan upaya tersebut dilakukan agar Kota Semarang terbebas dari sampah plastik saat perayaan Idul Adha 1445 Hijriah.
"Saya mohon kepada masyarakat yang membagikan daging kurban untuk mengurangi atau mungkin menghilangkan bungkusnya dengan plastik," katanya.