Semarang (ANTARA) - Sekretaris Daerah Jawa Tengah Sumarno mengatakan pemantauan harga komoditas pangan strategis akan tetap diintensifkan meski sejauh ini pemerintah daerah berhasil mengendalikan laju inflasi.
"Alhamdulillah untuk Mei 2024 kita (Jateng) untuk 'month to month' deflasi 0,22 persen. Sedangkan angka inflasi 'year on year' juga mengalami penurunan menjadi 2,66 persen," katanya di Semarang, Senin.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah, angka inflasi year on year Provinsi pada periode Mei 2024 tercatat 2,66 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,446.
Sumarno mengakui bahwa penyumbang inflasi di Jateng lebih banyak berasal dari kelompok makanan, terutama komoditas beras, sementara Jateng dikenal sebagai salah satu sentra penghasil beras.
"Jateng sebagai penghasil beras, tetapi sering diombang-ambing oleh inflasi dari beras. Kondisi ini juga menjadi PR (pekerjaan rumah) bersama supaya saat musim panen maupun belum panen tidak terjadi gejolak harga," katanya.
Sumarno mengapresiasi semua pemangku kepentingan terkait, terutama pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota atas berbagai upaya pengendalian inflasi yang dilakukan sehingga inflasi di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota dalam rentang target yang ditentukan.
Oleh karena itu, ia mengingatkan pentingnya pantauan harga komoditas di pasar-pasar tradisional dan pusat perbelanjaan dilakukan rutin agar laju inflasi tetap terjaga dan terkendali.
"Untuk menjaga inflasi di Jateng tetap terkendali, harus melakukan pemantauan rutin supaya tahu mana-mana yang butuh tindak lanjut dan langkah-langkah upayanya," katanya.
Sementara itu, Kepala BPS Jateng Dadang Hardiwan menjelaskan bahwa komoditas yang dominan memberikan andil atau sumbangan inflasi antara lain beras, daging ayam ras, tomat, angkutan antarkota, cabai rawit, tarif kereta api, bayam, pisang.
Sedangkan komoditas yang memberikan andil deflasi yaitu cabai merah, telur ayam ras, bawang merah, emas, dan sigaret kretek mesin (SKM).
Baca juga: Pemkab Cilacap dukung UPI ekspor komoditas perikanan secara langsung
"Alhamdulillah untuk Mei 2024 kita (Jateng) untuk 'month to month' deflasi 0,22 persen. Sedangkan angka inflasi 'year on year' juga mengalami penurunan menjadi 2,66 persen," katanya di Semarang, Senin.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah, angka inflasi year on year Provinsi pada periode Mei 2024 tercatat 2,66 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,446.
Sumarno mengakui bahwa penyumbang inflasi di Jateng lebih banyak berasal dari kelompok makanan, terutama komoditas beras, sementara Jateng dikenal sebagai salah satu sentra penghasil beras.
"Jateng sebagai penghasil beras, tetapi sering diombang-ambing oleh inflasi dari beras. Kondisi ini juga menjadi PR (pekerjaan rumah) bersama supaya saat musim panen maupun belum panen tidak terjadi gejolak harga," katanya.
Sumarno mengapresiasi semua pemangku kepentingan terkait, terutama pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota atas berbagai upaya pengendalian inflasi yang dilakukan sehingga inflasi di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota dalam rentang target yang ditentukan.
Oleh karena itu, ia mengingatkan pentingnya pantauan harga komoditas di pasar-pasar tradisional dan pusat perbelanjaan dilakukan rutin agar laju inflasi tetap terjaga dan terkendali.
"Untuk menjaga inflasi di Jateng tetap terkendali, harus melakukan pemantauan rutin supaya tahu mana-mana yang butuh tindak lanjut dan langkah-langkah upayanya," katanya.
Sementara itu, Kepala BPS Jateng Dadang Hardiwan menjelaskan bahwa komoditas yang dominan memberikan andil atau sumbangan inflasi antara lain beras, daging ayam ras, tomat, angkutan antarkota, cabai rawit, tarif kereta api, bayam, pisang.
Sedangkan komoditas yang memberikan andil deflasi yaitu cabai merah, telur ayam ras, bawang merah, emas, dan sigaret kretek mesin (SKM).
Baca juga: Pemkab Cilacap dukung UPI ekspor komoditas perikanan secara langsung