Sukoharjo (ANTARA) - Produsen gitar dari Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Imam Masuri mengoptimalkan penjualan melalui daring dengan memanfaatkan sejumlah platform digital.
"Awalnya hanya dari rumahan, saya coba satu gitar, dua gitar. Kemudian seminggu bisa lepas 12 gitar," kata pemilik Jogja Guitar Shop, di Solo, Jawa Tengah, Selasa.
Ia mengatakan awalnya hanya menggunakan modal uang Rp2.000.000 untuk membuat prototipe gitar. Selanjutnya, secara bertahap ia memasarkan produknya melalui beberapa platform penjualan.
"Dulu zamannya Kaskus dan ada beberapa platform penjualan lainnya. Kemudian pengiriman menggunakan JNE," katanya lagi.
Dia mengaku menjalankan bisnisnya secara perlahan namun konsisten, hingga akhirnya saat ini dia memiliki rumah produksi atau bengkel produksi di Baki, Kabupaten Sukoharjo serta tiga toko di Yogyakarta dan Jakarta.
"Selain itu untuk penjualan online juga terus kami lakukan," katanya lagi.
Sementara itu, untuk menjaga kepercayaan pelanggan, ia tidak mau menjual produknya dengan merek orang lain. Ia memilih untuk membuat merek sendiri sekaligus untuk menguatkan ciri dan identitas produknya.
"Dari awal berdiri kami tidak menggunakan merek lain. Jadi dari blank label kami terus mengutamakan dari sisi kualitas barang," katanya pula.
Selanjutnya, pada tahun 2021 ia mulai menggunakan merek dagang JGS untuk membedakan produk buatannya dengan buatan orang lain.
Selama menjalankan usaha, ia selalu memastikan produk yang dibuat memiliki kualitas yang baik. Selain itu, ia juga menjaga idealismenya dalam membuat produk.
Oleh karena itu, ia merasa percaya diri produknya bisa diterima oleh pasar.
"Kami sudah tes bertahun-tahun produk kami layak untuk dijual ke pasar. Kami tidak ragu bahwa produk ini akan diterima pasar. Walaupun brand kami adalah brand lokal, namun kami ingin mencerminkan bahwa brand lokal tidak semuanya tidak serius, artinya kami garap serius untuk memenuhi kebutuhan pasar," katanya pula.
Bahkan, melalui timnya, ia terus mengembangkan produk dengan literasi internasional yang dibuat dengan bahan-bahan lokal.
"Selain itu, untuk mendapatkan gitar dengan suara yang diminati pasar, kami juga melakukan riset dan mendengar masukan dari beberapa pemain gitar, terutama di wilayah Yogyakarta," katanya lagi.
Baca juga: ACT Jateng bagikan 500 paket iftar gratis di sejumlah warung Kota Semarang
"Awalnya hanya dari rumahan, saya coba satu gitar, dua gitar. Kemudian seminggu bisa lepas 12 gitar," kata pemilik Jogja Guitar Shop, di Solo, Jawa Tengah, Selasa.
Ia mengatakan awalnya hanya menggunakan modal uang Rp2.000.000 untuk membuat prototipe gitar. Selanjutnya, secara bertahap ia memasarkan produknya melalui beberapa platform penjualan.
"Dulu zamannya Kaskus dan ada beberapa platform penjualan lainnya. Kemudian pengiriman menggunakan JNE," katanya lagi.
Dia mengaku menjalankan bisnisnya secara perlahan namun konsisten, hingga akhirnya saat ini dia memiliki rumah produksi atau bengkel produksi di Baki, Kabupaten Sukoharjo serta tiga toko di Yogyakarta dan Jakarta.
"Selain itu untuk penjualan online juga terus kami lakukan," katanya lagi.
Sementara itu, untuk menjaga kepercayaan pelanggan, ia tidak mau menjual produknya dengan merek orang lain. Ia memilih untuk membuat merek sendiri sekaligus untuk menguatkan ciri dan identitas produknya.
"Dari awal berdiri kami tidak menggunakan merek lain. Jadi dari blank label kami terus mengutamakan dari sisi kualitas barang," katanya pula.
Selanjutnya, pada tahun 2021 ia mulai menggunakan merek dagang JGS untuk membedakan produk buatannya dengan buatan orang lain.
Selama menjalankan usaha, ia selalu memastikan produk yang dibuat memiliki kualitas yang baik. Selain itu, ia juga menjaga idealismenya dalam membuat produk.
Oleh karena itu, ia merasa percaya diri produknya bisa diterima oleh pasar.
"Kami sudah tes bertahun-tahun produk kami layak untuk dijual ke pasar. Kami tidak ragu bahwa produk ini akan diterima pasar. Walaupun brand kami adalah brand lokal, namun kami ingin mencerminkan bahwa brand lokal tidak semuanya tidak serius, artinya kami garap serius untuk memenuhi kebutuhan pasar," katanya pula.
Bahkan, melalui timnya, ia terus mengembangkan produk dengan literasi internasional yang dibuat dengan bahan-bahan lokal.
"Selain itu, untuk mendapatkan gitar dengan suara yang diminati pasar, kami juga melakukan riset dan mendengar masukan dari beberapa pemain gitar, terutama di wilayah Yogyakarta," katanya lagi.
Baca juga: ACT Jateng bagikan 500 paket iftar gratis di sejumlah warung Kota Semarang