Boyolali (ANTARA) - Ratusan warga memiliki tradisi unik dengan mengarak ratusan sapi yang dikalungi ketupat keliling kampung menyambut Lebaran Ketupat di Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Rabu.
Bahkan ratusan warga yang membawa ratusan sapi dan kambing di Desa Sruni atau di kawasan lereng Gunung Merapi sebelah timur tersebut sebagian hewan ternaknya diberi kalung ketupat serta minyak wangi sebelum diarak keliling kampung.
Menurut Abdul Somad selaku tokoh masyarakat Desa Sruni Boyolali, tradisi tersebut dilakukan sejak dahulu bertepatan Lebaran Ketupat atau Lebaran sapi. Tradisi menggembala sapi ini, kata dia, melanjutkan budaya dari nenek moyang dan sampai sekarang masih dilestarikan oleh warga Desa Sruni.
"Tradisi menggembala sapi yang sudah berlangsung turun-temurun ini, merupakan tradisi tahunan. Digelar pada akhir perayaan Lebaran atau di H+7 Lebaran, bertepatan dengan Lebaran Ketupat atau Syawalan, sehingga masyarakat setempat juga biasa menyebut Bakdo Kupat dan Bakdo Sapi," katanya.
Menurut Ketua RW 04 Desa Sruni Boyolali Jaman, kepercayaan warga pada tradisi syawalan dengan membawa hewan ternak keliling kampung karena pada hari itu Kanjeng Nabi Sulaiman memeriksa hewan-hewan ternak milik warga, sehingga warga juga mengikuti mengeluarkan sapi mereka dari kandang dan dibawa keliling kampung sebelum diberi makan ketupat.
"Kebudayaan ini mengikuti Kanjeng Nabi Sulaiman yang dahulu diperintah oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala (SWT) untuk mengurusi hewan peliharaan baik berkaki dua maupun empat. Jadi tradisi ini sudah berlangsung turun-temurun sejak zaman dahulu. Tradisi ini juga diawali dengan kenduri menggunakan ketupat berikut sayur dan lauknya oleh warga," katanya.
Pada kegiatan arak-arakan diawali dengan gunungan sayur-mayur dan ketupat, kemudian kelompok kesenian reog, lalu siswa-siswi SMP dengan pakaian kebaya dan di belakangnya arak-arakan sapi keliling kampung.
"Tradisi ini sebagai wujud syukur kepala Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezekinya melalui hewan ternak sapi. Sekaligus memohon kepada Tuhan YME agar hewan-hewan ternak yang dipelihara warga dapat berkembang biak dengan baik," katanya.
Sementara itu Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disbudpar) Kabupaten Boyolali Eko Sumardiyanto mengatakan pihaknya mengapresiasi kegiatan tradisi budaya yang sudah dilakukan setiap tahun di Desa Sruni Kecamatan Musuk bersamaan Lebaran Ketupat di daerah tersebut.
Menurutnya, ternak sapi untuk masyarakat Boyolali pada umumnya dan Desa Sruni pada khusus merupakan bagian dari hidup dan kehidupan. Masyarakat hidup secara keseluruhan tidak bisa dipisahkan dengan keberadaan sapi. Untuk itu, kata dia, momen Hari Raya Lebaran Ketupat masyarakat memperlakukan ternak sapi bagian dari hidupnya.
Disdikbud Boyolali memiliki tugas pokoknya salah satunya pemajuan kebudayaan, kata dia, tentu mengapresiasi kegiatan ini. Dengan harapan masyarakat lebih maksimal dalam mengelola ternak sapi mereka sehingga menjadi motivasi masyarakat untuk terus hidup bersama ternak demi kesejahteraannya.
Baca juga: Airnav catat 15 laporan penerbangan balon udara selama periode Lebaran 2024
Bahkan ratusan warga yang membawa ratusan sapi dan kambing di Desa Sruni atau di kawasan lereng Gunung Merapi sebelah timur tersebut sebagian hewan ternaknya diberi kalung ketupat serta minyak wangi sebelum diarak keliling kampung.
Menurut Abdul Somad selaku tokoh masyarakat Desa Sruni Boyolali, tradisi tersebut dilakukan sejak dahulu bertepatan Lebaran Ketupat atau Lebaran sapi. Tradisi menggembala sapi ini, kata dia, melanjutkan budaya dari nenek moyang dan sampai sekarang masih dilestarikan oleh warga Desa Sruni.
"Tradisi menggembala sapi yang sudah berlangsung turun-temurun ini, merupakan tradisi tahunan. Digelar pada akhir perayaan Lebaran atau di H+7 Lebaran, bertepatan dengan Lebaran Ketupat atau Syawalan, sehingga masyarakat setempat juga biasa menyebut Bakdo Kupat dan Bakdo Sapi," katanya.
Menurut Ketua RW 04 Desa Sruni Boyolali Jaman, kepercayaan warga pada tradisi syawalan dengan membawa hewan ternak keliling kampung karena pada hari itu Kanjeng Nabi Sulaiman memeriksa hewan-hewan ternak milik warga, sehingga warga juga mengikuti mengeluarkan sapi mereka dari kandang dan dibawa keliling kampung sebelum diberi makan ketupat.
"Kebudayaan ini mengikuti Kanjeng Nabi Sulaiman yang dahulu diperintah oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala (SWT) untuk mengurusi hewan peliharaan baik berkaki dua maupun empat. Jadi tradisi ini sudah berlangsung turun-temurun sejak zaman dahulu. Tradisi ini juga diawali dengan kenduri menggunakan ketupat berikut sayur dan lauknya oleh warga," katanya.
Pada kegiatan arak-arakan diawali dengan gunungan sayur-mayur dan ketupat, kemudian kelompok kesenian reog, lalu siswa-siswi SMP dengan pakaian kebaya dan di belakangnya arak-arakan sapi keliling kampung.
"Tradisi ini sebagai wujud syukur kepala Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezekinya melalui hewan ternak sapi. Sekaligus memohon kepada Tuhan YME agar hewan-hewan ternak yang dipelihara warga dapat berkembang biak dengan baik," katanya.
Sementara itu Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disbudpar) Kabupaten Boyolali Eko Sumardiyanto mengatakan pihaknya mengapresiasi kegiatan tradisi budaya yang sudah dilakukan setiap tahun di Desa Sruni Kecamatan Musuk bersamaan Lebaran Ketupat di daerah tersebut.
Menurutnya, ternak sapi untuk masyarakat Boyolali pada umumnya dan Desa Sruni pada khusus merupakan bagian dari hidup dan kehidupan. Masyarakat hidup secara keseluruhan tidak bisa dipisahkan dengan keberadaan sapi. Untuk itu, kata dia, momen Hari Raya Lebaran Ketupat masyarakat memperlakukan ternak sapi bagian dari hidupnya.
Disdikbud Boyolali memiliki tugas pokoknya salah satunya pemajuan kebudayaan, kata dia, tentu mengapresiasi kegiatan ini. Dengan harapan masyarakat lebih maksimal dalam mengelola ternak sapi mereka sehingga menjadi motivasi masyarakat untuk terus hidup bersama ternak demi kesejahteraannya.
Baca juga: Airnav catat 15 laporan penerbangan balon udara selama periode Lebaran 2024