Banjarnegara (ANTARA) - Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banjarnegara Andri Sulistyo mengatakan sebanyak enam keluarga yang terdiri atas 17 jiwa warga Desa Punggelan mengungsi akibat bencana tanah bergerak atau longsor.
"Mereka mengungsi di dua rumah warga, yakni rumah Pak Putut sebanyak empat keluarga yang terdiri atas 11 jiwa dan rumah Pak Suyanto sebanyak dua keluarga yang terdiri atas enam jiwa," kata Andri di Banjarnegara, Jawa Tengah, Sabtu.
Ia mengatakan kejadian pergerakan tanah yang mengakibatkan longsor di Dusun Jebug RT O2 RW 10, Desa Punggelan, Kecamatan Pungelan, terjadi dua kali, yakni pada Rabu (3/4) yang menyebabkan dua rumah rusak berat akibat tertimbun material longsoran dan satu rumah rusak sedang.
Selanjutnya pada hari Rabu (10/4), kata dia, kembali terjadi pergerakan tanah yang mengakibatkan dua rumah tertimbun material longsoran dan dua rumah lainnya rusak berat sehingga tidak bisa dihuni.
Selain itu, lanjut dia, sebanyak 14 keluarga yang terdiri atas 39 jiwa melakukan pengungsian secara tentatif terutama ketika terjadi hujan lebat karena rumahnya terancam pergerakan tanah.
"Hingga saat ini belum dibutuhkan dapur umum karena enam keluarga yang mengungsi masih bisa melakukan aktivitas memasak sendiri di lokasi pengungsian. Demikian pula dengan 14 keluarga yang rumahnya terancam, masih bisa memasak sendiri," katanya.
Menurut dia, bantuan logistik permakanan untuk enam keluarga yang mengungsi telah didistribusikan oleh BPBD, Dinas Sosial, PMI Kabupaten Banjarnegara, dan para donatur sehingga masih mencukupi kebutuhan hingga beberapa hari ke depan.
Lebih lanjut Andri mengatakan pihaknya telah melakukan pengecekan kembali lokasi kejadian bencana pergerakan tanah dan longsor serta meminta Pemerintah Desa Pungelan untuk mengimbau masyarakat agar waspada dan mencari tempat aman ketika terjadi hujan.
"Kami juga telah meminta untuk segera dilakukan penutupan terhadap rekahan atau retakan tanah yang muncul. Material longsoran yang menutup akses jalan penghubung Desa Punggelan dengan Desa Jembangan telah disingkirkan, sehingga bisa dilalui kembali," katanya.
Di samping itu, kata dia, Pemdes Punggelan bersama Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) setempat telah mendirikan pos pantau pergerakan tanah maupun pengaturan lalu lintas secara mandiri.
Terkait dengan penanganan lanjutan, dia mengatakan dalam waktu dekat akan dilakukan kajian geologi terhadap lokasi pergerakan tanah maupun lahan untuk relokasi warga yang rumahnya mengalami kerusakan.
"Penanganan lokasi terdampak sebaiknya menunggu cuaca cerah atau musim kemarau, karena dimungkinkan masih bisa terjadi longsor susulan ketika turun hujan," kata Andri.
"Mereka mengungsi di dua rumah warga, yakni rumah Pak Putut sebanyak empat keluarga yang terdiri atas 11 jiwa dan rumah Pak Suyanto sebanyak dua keluarga yang terdiri atas enam jiwa," kata Andri di Banjarnegara, Jawa Tengah, Sabtu.
Ia mengatakan kejadian pergerakan tanah yang mengakibatkan longsor di Dusun Jebug RT O2 RW 10, Desa Punggelan, Kecamatan Pungelan, terjadi dua kali, yakni pada Rabu (3/4) yang menyebabkan dua rumah rusak berat akibat tertimbun material longsoran dan satu rumah rusak sedang.
Selanjutnya pada hari Rabu (10/4), kata dia, kembali terjadi pergerakan tanah yang mengakibatkan dua rumah tertimbun material longsoran dan dua rumah lainnya rusak berat sehingga tidak bisa dihuni.
Selain itu, lanjut dia, sebanyak 14 keluarga yang terdiri atas 39 jiwa melakukan pengungsian secara tentatif terutama ketika terjadi hujan lebat karena rumahnya terancam pergerakan tanah.
"Hingga saat ini belum dibutuhkan dapur umum karena enam keluarga yang mengungsi masih bisa melakukan aktivitas memasak sendiri di lokasi pengungsian. Demikian pula dengan 14 keluarga yang rumahnya terancam, masih bisa memasak sendiri," katanya.
Menurut dia, bantuan logistik permakanan untuk enam keluarga yang mengungsi telah didistribusikan oleh BPBD, Dinas Sosial, PMI Kabupaten Banjarnegara, dan para donatur sehingga masih mencukupi kebutuhan hingga beberapa hari ke depan.
Lebih lanjut Andri mengatakan pihaknya telah melakukan pengecekan kembali lokasi kejadian bencana pergerakan tanah dan longsor serta meminta Pemerintah Desa Pungelan untuk mengimbau masyarakat agar waspada dan mencari tempat aman ketika terjadi hujan.
"Kami juga telah meminta untuk segera dilakukan penutupan terhadap rekahan atau retakan tanah yang muncul. Material longsoran yang menutup akses jalan penghubung Desa Punggelan dengan Desa Jembangan telah disingkirkan, sehingga bisa dilalui kembali," katanya.
Di samping itu, kata dia, Pemdes Punggelan bersama Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) setempat telah mendirikan pos pantau pergerakan tanah maupun pengaturan lalu lintas secara mandiri.
Terkait dengan penanganan lanjutan, dia mengatakan dalam waktu dekat akan dilakukan kajian geologi terhadap lokasi pergerakan tanah maupun lahan untuk relokasi warga yang rumahnya mengalami kerusakan.
"Penanganan lokasi terdampak sebaiknya menunggu cuaca cerah atau musim kemarau, karena dimungkinkan masih bisa terjadi longsor susulan ketika turun hujan," kata Andri.