Semarang (ANTARA) - Pemerintah Kota Semarang mendorong kelompok-kelompok tani untuk mengembangkan dan membudidayakan bawang merah, khususnya varietas Bima secara lebih masif di lahan pertanian yang dimiliki.

"Kami mendorong jika di beberapa wilayah bisa ditanam bawang merah, tentu kebutuhan di Kota Semarang bisa terpenuhi dari wilayah sendiri," kata Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, di Semarang, Minggu.

Ita, sapaan akrab Hevearita menceritakan beberapa waktu lalu telah panen bawang merah Bima bersama Kelompok Tani Sumber Rezeki di Kelurahan Purwosari, Kecamatan Mijen, Semarang.

"Kami panen bawang merah yang berumur 62 hari. Bawangnya gede-gede, sangat luar biasa. Semua harus tahu bahwa di Kota Semarang pun bawang merah bisa ditanam dan tumbuh baik," katanya.

Menurut dia, Dinas Pertanian Kota Semarang sebenarnya telah menanam bawang merah Bima di Kelurahan Wates, Kecamatan Ngaliyan, Semarang, dengan hasil panen yang juga sangat memuaskan.

"Bawang merahnya di Kelurahan Wates, Kecamatan Ngaliyan, juga hasilnya 'gede-gede' (besar-besar-red). Dan saat ini panen di wilayah Purwosari, Kecamatan Mijen besar-besar juga bawangnya," katanya.

Ia ingin bawang merah Bima dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Semarang, apalagi saat ini sudah mendekati Ramadhan dan Lebaran dengan kebutuhan konsumsi bawang merah yang tinggi.

Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Sumber Rezeki Marzuqi mengaku hanya menanam bawang merah Bima 10 kilogram sebagai bahan edukasi dan penelitian bagi pelajar atau mahasiswa.

"Kami di kelompok tani, mengedukasi mahasiswa dan pelajar yang ingin mengambil skripsi atau penelitian. Bahkan, bawang merah ini sengaja kami tanam untuk edukasi para mahasiswa," katanya.

Budi daya bawang merah miliknya menggunakan sistem semi organik, kata dia, karena bawang merah tersebut masih butuh pupuk kalium yang sangat tinggi jika memakai sistem organik penuh.

Meski demikian, Marzuqi menyebutkan bahwa hasil dari satu sampel tanaman bawang merah bisa menghasilkan 35 rumpun dengan perkiraan produksi per hektare sebanyak 19,65 ton. 

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024