Purworejo (ANTARA) - Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, sejak zaman dulu sudah terkenal sebagai salah satu daerah penghasil buah durian dengan rasa legit.
Salah satu desa penghasil buah durian di Kabupaten Purworeja adalah Desa Hulusobo, di Kecamatan Kaligesing.
Namun, nama desa di daerah pegunungan ini kurang begitu dikenal oleh masyarakat penyuka buah durian.
Bersamaan dalam acara merti (bersih-bersih) Desa Hulusobo tahun ini menyelenggarakan bazar durian yang kali pertama dilakukan oleh para pemuda setempat.
Dalam kegiatan tersebut, para peserta hanya dengan membayar Rp50 ribu bisa mengikuti acara "mangan duren samareme" atau makan buah durian sepuasnya dalam waktu yang dibatasi 30 menit.
Selain itu, panitia juga menyediakan durian untuk dibawa pulang bagi para pengunjung yang ingin membawa oleh-oleh dengan harga Rp10 ribu, Rp15.000, dan Rp20.000 ribu per buah.
Bazar durian yang diselenggarakan di halaman Gedung SD Hulusodo dan berlangsung selama 2 hari, yakni Minggu (28/1) dan Senin (29/1) itu, mendapat sambutan meriah dari warga.
Mereka kebanyakan berasal dari luar desa setempat, dengan membawa sepeda motor atau bersama keluarga datang membawa mobil.
Seorang peserta "Mangan duren samareme" asal Bagelen Purworejo, Bayu, menyampaikan dalam acara tersebut dirinya berhasil memakan empat buah durian.
Karena memang hobi berat makan durian, saat itu ia bisa menghabiskan empat buah durian berukuran besar.
Bayu menyakui durian itu rasanya enak, khas durian Kaligesing: ada manis dan ada rasa pahit, kombinasi rasa kesukaannya. Ia puas mengikuti acara yang baru pertama digelar di Hulosodo tersebut.
Ketua Panitia Bazar Durian Lokal Desa Hulosobo 2024 Danang menyampaikan kegiatan yang berlangsung selama 2 hari pada Minggu (28/1) dan Senin (29/1) ini merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan merti Desa Hulosobo.
Ada beberapa kegiatan pada acara merti Desa Hulosobo ini salah satunya bazar durian, kemudian ada pementasan kuda lumping, ada kesenian kincling, yang keduanya dari Desa Hulosobo. Selanjutnya ada pengajian, bersihkan makam, kirab budaya, dilanjutkan kesenian wayang kulit.
Bazar durian ini sebenarnya muncul dari para pemuda setempat dengan tujuan menaikkan pamor ataupun nama durian lokal terutama dari Desa Hulosobo.
Jadi, dengan penyelenggaraan kegiatan ini, desa ingin mempromosikan Hulosobo ke khalayak ramai, salah satunya dengan cara "Mangan duren samareme" ini.
Kepala Desa Hulosobo Bangun Tri Utomo menyampaikan tujuan dari kegiatan ini adalah mengenalkan durian lokal dari Hulosobo, karena warga dari luar Kaligesing itu tahu bahwa yang punya durian itu hanya Desa Somongari, Jatirejo, Kalikono, dan Kaliharjo.
Para penikmat durian ini belum tahu kalau durian yang dijual di pinggir-pinggir jalan itu juga berasal dari Hulosobo.
Oleh karena itu ada dua jenis durian lokal yang disertifikatkan dari desanya yakni durian basar dan durian timbun karena jenis inilah yang menjadi unggulan durian lokal Hulosobo. Kedua jenis durian ini diharapkan bisa mengangkat jenis lokal yang lain.
Karena jenis durian lokal dari Hulosobo ini banyak macamnya, ada yang rasa pahit, manis, dan sebagainya, tetapi rata-rata para penikmat durian belum tahu kalau di Hulosobo ini juga produsen durian.
Dengan adanya kegiatan semacam ini diharapkan makin mengangkat durian Hulosobo sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani dan warga.
Melalui bazar durian tersebut, para pendatang langsung bisa menikmati durian lokal Hulosobo. Mereka juga bisa memilih sendiri mau rasa yang seperti apa untuk membuktikan bahwa durian ini juga tidak kalah lezat dengan durian-durian yang lain.
Ciri khas durian Hulosobo ini dari bentuknya tidak terlalu besar, tetapi dari rasanya itu khas ada rasa sedikit pahit yang membedakan dengan durian dari tempat-tempat lain.
Rata-rata warga Hulosobo mempunyai tanaman durian di kebun. Jadi tanaman durian di desa ini sebenarnya durian peninggalan yang umurnya sudah ratusan tahun jadi dan yang menanam siapa pun juga tidak tahu.
Untuk mengetahui jumlah durian saja juga susah untuk mendeteksi berapa jumlahnya, karena semua pasti punya pohon durian dan selama ini belum pernah ada yang mendata populasi buah berduri itu.
Dalam program kerjanya dari desa, setiap tahun pasti menanam durian untuk warga, dengan cara membagikan bibit untuk warga. Pada tahun 2023, pihaknya menanam 1.000 durian dan 1.000 pohon manggis, dan tahun ini juga mempunyai program yang sama.
Secara kontinu setiap tahun ditanam durian lokal untuk warga. Andai sejak dulu sering menanam pohon seperti ini, dia yakin semua warga mempunyai pohon durian.
"Sebelumnya memang tidak masif atau sedikit menanam pohon, namun setelah itu kami intens menanam durian lokal. Banyak keuntungannya karena, sekali tanam pohon bisa dinikmati sampai anak cucu," katanya.
Keberadaan kelompok tani juga membantunya untuk melakukan sosialisasi. Di Desa Hulosobo terdapat tujuh kelompok tani, yang masing-masing diminta aktif menanam durian lokal.
Letak geografis Desa Hulosobo ini agak di tengah, tidak di pinggir jalan provinsi, jadi kalah penjenamaan atau branding. Padahal yang masuk desa ini para pedagang dari luar daerah.
Pada puncak panen tahap pertama itu setiap hari ribuan durian keluar dari desa ini untuk dipasarkan ke berbagai daerah.
Pada musim durian ini merupakan awal dari tahap kedua dan nanti masih ada tahap ketiga.
Kemungkinan hingga Lebaran 2024 masih ada durian.
Yang pasti, melalui bazar durian tersebut bakal makin banyak orang mengenal durian dari Desa Hulosobo yang berasa legit itu.
Baca juga: Kisah sukses pembudi daya durian kromo organik Banyumas
Salah satu desa penghasil buah durian di Kabupaten Purworeja adalah Desa Hulusobo, di Kecamatan Kaligesing.
Namun, nama desa di daerah pegunungan ini kurang begitu dikenal oleh masyarakat penyuka buah durian.
Bersamaan dalam acara merti (bersih-bersih) Desa Hulusobo tahun ini menyelenggarakan bazar durian yang kali pertama dilakukan oleh para pemuda setempat.
Dalam kegiatan tersebut, para peserta hanya dengan membayar Rp50 ribu bisa mengikuti acara "mangan duren samareme" atau makan buah durian sepuasnya dalam waktu yang dibatasi 30 menit.
Selain itu, panitia juga menyediakan durian untuk dibawa pulang bagi para pengunjung yang ingin membawa oleh-oleh dengan harga Rp10 ribu, Rp15.000, dan Rp20.000 ribu per buah.
Bazar durian yang diselenggarakan di halaman Gedung SD Hulusodo dan berlangsung selama 2 hari, yakni Minggu (28/1) dan Senin (29/1) itu, mendapat sambutan meriah dari warga.
Mereka kebanyakan berasal dari luar desa setempat, dengan membawa sepeda motor atau bersama keluarga datang membawa mobil.
Seorang peserta "Mangan duren samareme" asal Bagelen Purworejo, Bayu, menyampaikan dalam acara tersebut dirinya berhasil memakan empat buah durian.
Karena memang hobi berat makan durian, saat itu ia bisa menghabiskan empat buah durian berukuran besar.
Bayu menyakui durian itu rasanya enak, khas durian Kaligesing: ada manis dan ada rasa pahit, kombinasi rasa kesukaannya. Ia puas mengikuti acara yang baru pertama digelar di Hulosodo tersebut.
Ketua Panitia Bazar Durian Lokal Desa Hulosobo 2024 Danang menyampaikan kegiatan yang berlangsung selama 2 hari pada Minggu (28/1) dan Senin (29/1) ini merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan merti Desa Hulosobo.
Ada beberapa kegiatan pada acara merti Desa Hulosobo ini salah satunya bazar durian, kemudian ada pementasan kuda lumping, ada kesenian kincling, yang keduanya dari Desa Hulosobo. Selanjutnya ada pengajian, bersihkan makam, kirab budaya, dilanjutkan kesenian wayang kulit.
Bazar durian ini sebenarnya muncul dari para pemuda setempat dengan tujuan menaikkan pamor ataupun nama durian lokal terutama dari Desa Hulosobo.
Jadi, dengan penyelenggaraan kegiatan ini, desa ingin mempromosikan Hulosobo ke khalayak ramai, salah satunya dengan cara "Mangan duren samareme" ini.
Kepala Desa Hulosobo Bangun Tri Utomo menyampaikan tujuan dari kegiatan ini adalah mengenalkan durian lokal dari Hulosobo, karena warga dari luar Kaligesing itu tahu bahwa yang punya durian itu hanya Desa Somongari, Jatirejo, Kalikono, dan Kaliharjo.
Para penikmat durian ini belum tahu kalau durian yang dijual di pinggir-pinggir jalan itu juga berasal dari Hulosobo.
Oleh karena itu ada dua jenis durian lokal yang disertifikatkan dari desanya yakni durian basar dan durian timbun karena jenis inilah yang menjadi unggulan durian lokal Hulosobo. Kedua jenis durian ini diharapkan bisa mengangkat jenis lokal yang lain.
Karena jenis durian lokal dari Hulosobo ini banyak macamnya, ada yang rasa pahit, manis, dan sebagainya, tetapi rata-rata para penikmat durian belum tahu kalau di Hulosobo ini juga produsen durian.
Dengan adanya kegiatan semacam ini diharapkan makin mengangkat durian Hulosobo sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani dan warga.
Melalui bazar durian tersebut, para pendatang langsung bisa menikmati durian lokal Hulosobo. Mereka juga bisa memilih sendiri mau rasa yang seperti apa untuk membuktikan bahwa durian ini juga tidak kalah lezat dengan durian-durian yang lain.
Ciri khas durian Hulosobo ini dari bentuknya tidak terlalu besar, tetapi dari rasanya itu khas ada rasa sedikit pahit yang membedakan dengan durian dari tempat-tempat lain.
Rata-rata warga Hulosobo mempunyai tanaman durian di kebun. Jadi tanaman durian di desa ini sebenarnya durian peninggalan yang umurnya sudah ratusan tahun jadi dan yang menanam siapa pun juga tidak tahu.
Untuk mengetahui jumlah durian saja juga susah untuk mendeteksi berapa jumlahnya, karena semua pasti punya pohon durian dan selama ini belum pernah ada yang mendata populasi buah berduri itu.
Dalam program kerjanya dari desa, setiap tahun pasti menanam durian untuk warga, dengan cara membagikan bibit untuk warga. Pada tahun 2023, pihaknya menanam 1.000 durian dan 1.000 pohon manggis, dan tahun ini juga mempunyai program yang sama.
Secara kontinu setiap tahun ditanam durian lokal untuk warga. Andai sejak dulu sering menanam pohon seperti ini, dia yakin semua warga mempunyai pohon durian.
"Sebelumnya memang tidak masif atau sedikit menanam pohon, namun setelah itu kami intens menanam durian lokal. Banyak keuntungannya karena, sekali tanam pohon bisa dinikmati sampai anak cucu," katanya.
Keberadaan kelompok tani juga membantunya untuk melakukan sosialisasi. Di Desa Hulosobo terdapat tujuh kelompok tani, yang masing-masing diminta aktif menanam durian lokal.
Letak geografis Desa Hulosobo ini agak di tengah, tidak di pinggir jalan provinsi, jadi kalah penjenamaan atau branding. Padahal yang masuk desa ini para pedagang dari luar daerah.
Pada puncak panen tahap pertama itu setiap hari ribuan durian keluar dari desa ini untuk dipasarkan ke berbagai daerah.
Pada musim durian ini merupakan awal dari tahap kedua dan nanti masih ada tahap ketiga.
Kemungkinan hingga Lebaran 2024 masih ada durian.
Yang pasti, melalui bazar durian tersebut bakal makin banyak orang mengenal durian dari Desa Hulosobo yang berasa legit itu.
Baca juga: Kisah sukses pembudi daya durian kromo organik Banyumas