Kudus (ANTARA) - Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Islam Kudus, Jawa Tengah, menggelar peringatan Hari Ibu dengan lomba kreasi daur ulang sampah yang diikuti wali murid sebagai upaya kampanye peduli sampah.
Menurut Kepala SDIT Al Islam Kudus Susi Utami di Kudus, Kamis, lomba kreasi daur ulang sampah ini memang bertujuan untuk membangun kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah melalui pola 3R (reduce, reuse, dan recycle) sehingga memiliki nilai ekonomis.
Apalagi, kata dia, selama ini semua siswa setiap hari Jumat memang diwajibkan membawa sampah, sebagai bentuk sedekah sampah. Hal ini, juga bagian dari upaya kampanye peduli sampah terhadap anak didik.
"Bahwa, beberapa jenis sampah masih bisa didaur ulang dan bisa bernilai ekonomis," ujarnya.
Untuk itulah, imbuh dia, bertepatan dengan Hari Ibu, maka orang tua siswa dari kelas 1-6, terutama ibu-ibu diikutkan dalam lomba kreasi daur ulang sampah secara berkelompok.
Dari 24 kelas yang ada di SDIT Al Islam, terdapat 24 peserta yang ikut dalam lomba. Sedangkan kreasinya disesuaikan ide masing-masing kelompok.
Tuti Hariyati, salah satu wali murid kelas 6C mengakui bersama kelompoknya memiliki ide membuat gaun dari bahan styrofoam yang dibuat untuk membungkus buah impor.
"Bahannya tidak membeli, karena kami meminta dari penjual buah yang ada di Kabupaten Kudus," ujarnya.
Untuk mengerjakan pembuatan gaun untuk usia anak, kata dia, dibutuhkan waktu satu bulan, karena sebelumnya harus membuat gaun dari bahan kain untuk bagian dalam, berikutnya untuk bagian luar dipasang hiasan dari styrofoam.
Masing-masing peserta lomba memang menampilkan kreasi yang berbeda-beda, mulai dari hiasan jam dinding yang terbuat dari CD bekas, gaun dari plastik bekas dan kabel tis, bunga hias dari botol plastik bekas minuman, hiasan meja dari stik es krim, bingkai kaca cermin dari sendok plastik bekas, alas lantai dari bungkus plastik minuman kemasan, dan tas dari plastik bekas kemasan detergen maupun kemasan minuman serbuk.
Mawar Anggraeni, salah satu wali murid kelompok kelas IVB mengakui membuat sabun cuci tangan dan baju dari bahan minyak goreng bekas.
Untuk membuatnya, kata dia, membutuhkan waktu selama empat pekan. Produknya juga bisa dijual ke masyarakat.
"Tentunya, masyarakat yang memiliki minyak goreng tak terpakai bisa dikumpulkan sehingga mencemari lingkungan, karena bisa dimanfaatkan untuk bahan pembuatan sabun," ujarnya.
Menurut Kepala SDIT Al Islam Kudus Susi Utami di Kudus, Kamis, lomba kreasi daur ulang sampah ini memang bertujuan untuk membangun kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah melalui pola 3R (reduce, reuse, dan recycle) sehingga memiliki nilai ekonomis.
Apalagi, kata dia, selama ini semua siswa setiap hari Jumat memang diwajibkan membawa sampah, sebagai bentuk sedekah sampah. Hal ini, juga bagian dari upaya kampanye peduli sampah terhadap anak didik.
"Bahwa, beberapa jenis sampah masih bisa didaur ulang dan bisa bernilai ekonomis," ujarnya.
Untuk itulah, imbuh dia, bertepatan dengan Hari Ibu, maka orang tua siswa dari kelas 1-6, terutama ibu-ibu diikutkan dalam lomba kreasi daur ulang sampah secara berkelompok.
Dari 24 kelas yang ada di SDIT Al Islam, terdapat 24 peserta yang ikut dalam lomba. Sedangkan kreasinya disesuaikan ide masing-masing kelompok.
Tuti Hariyati, salah satu wali murid kelas 6C mengakui bersama kelompoknya memiliki ide membuat gaun dari bahan styrofoam yang dibuat untuk membungkus buah impor.
"Bahannya tidak membeli, karena kami meminta dari penjual buah yang ada di Kabupaten Kudus," ujarnya.
Untuk mengerjakan pembuatan gaun untuk usia anak, kata dia, dibutuhkan waktu satu bulan, karena sebelumnya harus membuat gaun dari bahan kain untuk bagian dalam, berikutnya untuk bagian luar dipasang hiasan dari styrofoam.
Masing-masing peserta lomba memang menampilkan kreasi yang berbeda-beda, mulai dari hiasan jam dinding yang terbuat dari CD bekas, gaun dari plastik bekas dan kabel tis, bunga hias dari botol plastik bekas minuman, hiasan meja dari stik es krim, bingkai kaca cermin dari sendok plastik bekas, alas lantai dari bungkus plastik minuman kemasan, dan tas dari plastik bekas kemasan detergen maupun kemasan minuman serbuk.
Mawar Anggraeni, salah satu wali murid kelompok kelas IVB mengakui membuat sabun cuci tangan dan baju dari bahan minyak goreng bekas.
Untuk membuatnya, kata dia, membutuhkan waktu selama empat pekan. Produknya juga bisa dijual ke masyarakat.
"Tentunya, masyarakat yang memiliki minyak goreng tak terpakai bisa dikumpulkan sehingga mencemari lingkungan, karena bisa dimanfaatkan untuk bahan pembuatan sabun," ujarnya.