Purwokerto (ANTARA) - Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) kembali mengukuhkan lima profesor baru atau guru besar dalam Sidang Senat yang digelar di Auditorium Graha Widyatama Prof Rubijanto Misman, Unsoed, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (9/11).
Lima profesor yang dikukuhkan terdiri atas Prof. Dr. Ir. Heru Adi Djatmiko, M.P. sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Bakteriologi Tanaman, Prof. Dr. Oedjijono, M.Sc. sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Mikrobiologi, Prof. Dr. Dwi Sunu Widyartini, M.Si., sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Fikologi, Prof. Poppy Arsil, S.T.P., M.T., Ph.D., sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Manajemen Pangan, dan Prof. Dr. Sofa Marwah, S.IP., M.Si., sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Analisis Politik Indonesia.
Dalam sambutannya, Rektor Unsoed Prof. Dr. Ir. Akhmad Sodiq, M.Sc., Agr., IPU mengatakan perguruan tinggi diharapkan untuk melakukan transformasi diri sebagai jawaban atas kebutuhan dan tantangan zaman di masa depan.
Menurut dia, kualitas lulusan, kualitas dosen, serta kualitas kurikulum dan pembelajaran menjadi aspek atau indikator yang terukur, sehingga semuanya mengerucut pada mewujudkan sumberdaya manusia yang unggul dan berdaya saing global sekaligus berkarakter kebangsaan.
"Telah menjadi komitmen kami di perguruan tinggi untuk mendorong karier dosen untuk menjadi pendidik profesional dan ilmuwan. Alhamdulillah, tahun ini sungguh menjadi berkah bagi Unsoed di mana terdapat 40 profesor baru yang mendapat kepercayaan yang diberikan oleh negara dan pemerintah kepada para dosen Unsoed tersebut," katanya.
Ia mengatakan pemikiran para profesor yang dikukuhkan telah menunjukkan otentisitas dan cara pandang yang visioner.
Menurut dia, isu-isu yang diangkat seperti penggunaan bakteri pertanian berkelanjutan, pemanfaatan mikroorganisme untuk mengurangi polutan yang ada, potensi alga dalam industri ramah lingkungan, strategisnya konsumsi halal dalam kualitas kehidupan, serta membaca politik dalam dimensi kultural, hakikatnya merupakan gagasan yang konstruktif dalam membangun peradaban dan kualitas kehidupan.
Baca juga: Mahasiswa Unsoed jadi Duta Inspirasi Indonesia Jawa Tengah
"Dengan kata lain, sungguh kami merasa bangga dengan pemikiran para profesor yang baru dikukuhkan ini, karena memiliki kekayaan ide yang solutif dan konstruktif," ungkap Rektor.
Sementara dalam orasi ilmiah berjudul "PGPR (Plant Growth-Promoting Rhizobacteria) Dalam Pertanian Berkelanjutan", Prof. Heru Adi Djatmiko mengatakan PGPR merupakan bakteri rizosfer pemacu pertumbuhan tanaman yang berperan langsung meningkatkan pertumbuhan tanaman dan secara tidak langsung melalui perannya sebagai biokontrol dan mengiduksi ketahanan tanaman.
Menurut dia, peran PGPR terhadap pertanian berkelanjutan adalah sebagai substitusi pupuk dan pestisida kimia sintetik yang ramah lingkungan.
"Selain itu, prospek PGPR dapat dibuat formula yang mudah, praktis, ramah lingkungan, aman bagi kesehatan tanaman dan manusia," katanya.
Saat menyampaikan orasi ilmiah berjudul "Bakteri Tanah Pasir Besi untuk Agensia Biofertilizer dan Bioremediasi Limbah Tercemar Logam Berat", Prof. Oedjijono mengatakan mekanisme isolat bakteri dalam menoleransi dan mereduksi logam berat disebabkan oleh kemampuannya dalam mengakumulasi ion logam baik di dalam sel (absorpsi) maupun di luar sel (adsorpsi).
Menurut dia, mekanisme tersebut di antaranya melalui proses produksi eksopolisakarid, kelasi, presipitasi, pertukaran ion, bioleaching, enzyme-catalysed transformation, dan pompa efflux.
Berdasarkan kajian, kata dia, beberapa genera bakteri asal tanah pasir besi memiliki potensi untuk pemulihan ekosistem yang tercemar logam berat, karena memiliki kemampuan merubah ketersediaan logam di lingkungan menjadi mudah diserap maupun menjadi tidak toksik dan tidak reaktif.
"Berdasarkan studi yang sudah dilakukan, beberapa genera bakteri asal tanah pasir besi berpotensi baik sebagai agensia biofertilizer (pupuk hayati) maupun agensia bioremediasi lingkungan tercemar logam berat," jelasnya.
Selanjutnya, Prof. Dwi Sunu Widyartini memaparkan orasi ilmiah berjudul "Potensi Alga Cokelat Sargassum Dalam Industri Batik yang Ramah Lingkungan".
Menurut dia, rumput laut Sargassum memiliki prospek untuk dikembangkan sebagai bahan penghasil alginat. Meskipun tumbuh melimpah dan banyak keanekaragaman spesiesnya, dia mengatakan keberadaannya melimpah hanya pada musim tertentu, perlu budi daya yang intensif sehingga berkelanjutan.
"Alginat yang terkandung dalam Sargassum berperan penting dalam berbagai industri, termasuk dalam pencapan batik. Penelitian lanjutan diperlukan untuk pengujian mutu kain batik dan pewarnaan yang tepat, tidak luntur, tetapi tetap ramah lingkungan dan berkelanjutan," katanya.
Baca juga: Mahasiswa FISIP Unsoed jadi Duta Pemuda Provinsi Jawa Tengah
Sementara Prof. Poppy Arsil menyampaikan orasi ilmiah judul "Enhancing Quality of Life: The Benefits of Halal and Locally Sourced Foods" yang menjelaskan tentang atribut pangan lokal di antaranya murah, kualitas baik sehat dan unik, serta mendukung petani dan ekositem lokal.
Menurut dia, kualitas produk meliputi nilai gizi, lebih sehat, natural, dan segar menjadi pertimbangan utama konsumer dalam membeli pangan lokal.
"Kebanggaan pada pangan lokal (ethnocentrims) juga menjadi indikator preferensi pangan lokal di pasar modern. Selain itu kemudahan dalam proses dan pengolahan pangan merupakan pertimbangan penting bagi konsumer karena gaya hidup yang lebih simpel dengan karakteristik pendapatan dan pendidikan yang lebih tinggi,” ungkapnya.
Dia mengatakan sistem pangan lokal memiliki efek berganda terhadap nilai sosial dan ekonomi antara petani sebagai produser dan konsumen sebagai pengguna.
Bagi konsumen, kata dia, membeli pangan lokal berarti memperkuat ekonomi lokal dan hal itu menunjukkan bahwa pangan lokal mampu memberikan efek positif terhadap perekonomian lokal.
Menurut dia, salah satu strategi yang bisa dikembangkan untuk mendekatkan masyarakat kota dengan pangan lokal adalah membuat "direct market", misalnya penjualan langsung dari petani ke konsumen melalui saluran pemasaran "Pasar Petani" (farmer market), mengembangkan komunitas masyarakat kota yang mendukung pertanian lokal, dan mempromosikan pangan lokal secara lebih terarah dan tepat sasaran.
Prof. Sofa Marwah dalam orasi ilmiah berjudul "Politik Indonesia Dalam Dimensi Kultural: Membingkai Keterwakilan Politik Berbasis Keragaman Kelompok" mengatakan politik Indonesia hendaknya dipahami dalam spektrum yang luas, berlangsung dalam konteks politik yang beragam, baik dalam lingkup nasional, daerah maupun desa.
Menurut dia, kesadaran terhadap keragaman tersebut akan berkontribusi pada penguatan agenda demokrasi, untuk menipiskan isu kesenjangan antarkelompok.
Dia mengatakan era kebijakan desentralisasi menjadi ruang politik yang terbuka bagi para pengambil kebijakan untuk mendesain kebijakan relevan.
"Partai politik diharapkan dapat secara peka memahami hal tersebut dan mengawalnya, sesuai fitrah partai politik yang sesungguhnya. Model keterwakilan politik berbasis keragaman kelompok yang disajikan disini barangkali menjadi awalan untuk merajut setiap keragaman yang kita miliki di nusantara ini. Hal itu dapat menggambarkan politik Indonesia yang sesungguhnya," jelasnya.
Baca juga: Dua tim karya tulis ilmiah Fabio Unsoed raih medali di Bali
Baca juga: Influencer Felicia Putri Tjiasaka ramaikan Soedirman Investment Week (SIW) 2023
Baca juga: Pasangan suami-istri ini raih gelar Guru Besar Unsoed
Lima profesor yang dikukuhkan terdiri atas Prof. Dr. Ir. Heru Adi Djatmiko, M.P. sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Bakteriologi Tanaman, Prof. Dr. Oedjijono, M.Sc. sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Mikrobiologi, Prof. Dr. Dwi Sunu Widyartini, M.Si., sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Fikologi, Prof. Poppy Arsil, S.T.P., M.T., Ph.D., sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Manajemen Pangan, dan Prof. Dr. Sofa Marwah, S.IP., M.Si., sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Analisis Politik Indonesia.
Dalam sambutannya, Rektor Unsoed Prof. Dr. Ir. Akhmad Sodiq, M.Sc., Agr., IPU mengatakan perguruan tinggi diharapkan untuk melakukan transformasi diri sebagai jawaban atas kebutuhan dan tantangan zaman di masa depan.
Menurut dia, kualitas lulusan, kualitas dosen, serta kualitas kurikulum dan pembelajaran menjadi aspek atau indikator yang terukur, sehingga semuanya mengerucut pada mewujudkan sumberdaya manusia yang unggul dan berdaya saing global sekaligus berkarakter kebangsaan.
"Telah menjadi komitmen kami di perguruan tinggi untuk mendorong karier dosen untuk menjadi pendidik profesional dan ilmuwan. Alhamdulillah, tahun ini sungguh menjadi berkah bagi Unsoed di mana terdapat 40 profesor baru yang mendapat kepercayaan yang diberikan oleh negara dan pemerintah kepada para dosen Unsoed tersebut," katanya.
Ia mengatakan pemikiran para profesor yang dikukuhkan telah menunjukkan otentisitas dan cara pandang yang visioner.
Menurut dia, isu-isu yang diangkat seperti penggunaan bakteri pertanian berkelanjutan, pemanfaatan mikroorganisme untuk mengurangi polutan yang ada, potensi alga dalam industri ramah lingkungan, strategisnya konsumsi halal dalam kualitas kehidupan, serta membaca politik dalam dimensi kultural, hakikatnya merupakan gagasan yang konstruktif dalam membangun peradaban dan kualitas kehidupan.
Baca juga: Mahasiswa Unsoed jadi Duta Inspirasi Indonesia Jawa Tengah
"Dengan kata lain, sungguh kami merasa bangga dengan pemikiran para profesor yang baru dikukuhkan ini, karena memiliki kekayaan ide yang solutif dan konstruktif," ungkap Rektor.
Sementara dalam orasi ilmiah berjudul "PGPR (Plant Growth-Promoting Rhizobacteria) Dalam Pertanian Berkelanjutan", Prof. Heru Adi Djatmiko mengatakan PGPR merupakan bakteri rizosfer pemacu pertumbuhan tanaman yang berperan langsung meningkatkan pertumbuhan tanaman dan secara tidak langsung melalui perannya sebagai biokontrol dan mengiduksi ketahanan tanaman.
Menurut dia, peran PGPR terhadap pertanian berkelanjutan adalah sebagai substitusi pupuk dan pestisida kimia sintetik yang ramah lingkungan.
"Selain itu, prospek PGPR dapat dibuat formula yang mudah, praktis, ramah lingkungan, aman bagi kesehatan tanaman dan manusia," katanya.
Saat menyampaikan orasi ilmiah berjudul "Bakteri Tanah Pasir Besi untuk Agensia Biofertilizer dan Bioremediasi Limbah Tercemar Logam Berat", Prof. Oedjijono mengatakan mekanisme isolat bakteri dalam menoleransi dan mereduksi logam berat disebabkan oleh kemampuannya dalam mengakumulasi ion logam baik di dalam sel (absorpsi) maupun di luar sel (adsorpsi).
Menurut dia, mekanisme tersebut di antaranya melalui proses produksi eksopolisakarid, kelasi, presipitasi, pertukaran ion, bioleaching, enzyme-catalysed transformation, dan pompa efflux.
Berdasarkan kajian, kata dia, beberapa genera bakteri asal tanah pasir besi memiliki potensi untuk pemulihan ekosistem yang tercemar logam berat, karena memiliki kemampuan merubah ketersediaan logam di lingkungan menjadi mudah diserap maupun menjadi tidak toksik dan tidak reaktif.
"Berdasarkan studi yang sudah dilakukan, beberapa genera bakteri asal tanah pasir besi berpotensi baik sebagai agensia biofertilizer (pupuk hayati) maupun agensia bioremediasi lingkungan tercemar logam berat," jelasnya.
Selanjutnya, Prof. Dwi Sunu Widyartini memaparkan orasi ilmiah berjudul "Potensi Alga Cokelat Sargassum Dalam Industri Batik yang Ramah Lingkungan".
Menurut dia, rumput laut Sargassum memiliki prospek untuk dikembangkan sebagai bahan penghasil alginat. Meskipun tumbuh melimpah dan banyak keanekaragaman spesiesnya, dia mengatakan keberadaannya melimpah hanya pada musim tertentu, perlu budi daya yang intensif sehingga berkelanjutan.
"Alginat yang terkandung dalam Sargassum berperan penting dalam berbagai industri, termasuk dalam pencapan batik. Penelitian lanjutan diperlukan untuk pengujian mutu kain batik dan pewarnaan yang tepat, tidak luntur, tetapi tetap ramah lingkungan dan berkelanjutan," katanya.
Baca juga: Mahasiswa FISIP Unsoed jadi Duta Pemuda Provinsi Jawa Tengah
Sementara Prof. Poppy Arsil menyampaikan orasi ilmiah judul "Enhancing Quality of Life: The Benefits of Halal and Locally Sourced Foods" yang menjelaskan tentang atribut pangan lokal di antaranya murah, kualitas baik sehat dan unik, serta mendukung petani dan ekositem lokal.
Menurut dia, kualitas produk meliputi nilai gizi, lebih sehat, natural, dan segar menjadi pertimbangan utama konsumer dalam membeli pangan lokal.
"Kebanggaan pada pangan lokal (ethnocentrims) juga menjadi indikator preferensi pangan lokal di pasar modern. Selain itu kemudahan dalam proses dan pengolahan pangan merupakan pertimbangan penting bagi konsumer karena gaya hidup yang lebih simpel dengan karakteristik pendapatan dan pendidikan yang lebih tinggi,” ungkapnya.
Dia mengatakan sistem pangan lokal memiliki efek berganda terhadap nilai sosial dan ekonomi antara petani sebagai produser dan konsumen sebagai pengguna.
Bagi konsumen, kata dia, membeli pangan lokal berarti memperkuat ekonomi lokal dan hal itu menunjukkan bahwa pangan lokal mampu memberikan efek positif terhadap perekonomian lokal.
Menurut dia, salah satu strategi yang bisa dikembangkan untuk mendekatkan masyarakat kota dengan pangan lokal adalah membuat "direct market", misalnya penjualan langsung dari petani ke konsumen melalui saluran pemasaran "Pasar Petani" (farmer market), mengembangkan komunitas masyarakat kota yang mendukung pertanian lokal, dan mempromosikan pangan lokal secara lebih terarah dan tepat sasaran.
Prof. Sofa Marwah dalam orasi ilmiah berjudul "Politik Indonesia Dalam Dimensi Kultural: Membingkai Keterwakilan Politik Berbasis Keragaman Kelompok" mengatakan politik Indonesia hendaknya dipahami dalam spektrum yang luas, berlangsung dalam konteks politik yang beragam, baik dalam lingkup nasional, daerah maupun desa.
Menurut dia, kesadaran terhadap keragaman tersebut akan berkontribusi pada penguatan agenda demokrasi, untuk menipiskan isu kesenjangan antarkelompok.
Dia mengatakan era kebijakan desentralisasi menjadi ruang politik yang terbuka bagi para pengambil kebijakan untuk mendesain kebijakan relevan.
"Partai politik diharapkan dapat secara peka memahami hal tersebut dan mengawalnya, sesuai fitrah partai politik yang sesungguhnya. Model keterwakilan politik berbasis keragaman kelompok yang disajikan disini barangkali menjadi awalan untuk merajut setiap keragaman yang kita miliki di nusantara ini. Hal itu dapat menggambarkan politik Indonesia yang sesungguhnya," jelasnya.
Baca juga: Dua tim karya tulis ilmiah Fabio Unsoed raih medali di Bali
Baca juga: Influencer Felicia Putri Tjiasaka ramaikan Soedirman Investment Week (SIW) 2023
Baca juga: Pasangan suami-istri ini raih gelar Guru Besar Unsoed