Semarang (ANTARA) - Pemerintah Kota Semarang, Jawa Tengah, memastikan harga komoditas cabai di pasaran sampai saat ini masih terkendali meski mengalami kenaikan seiring musim kemarau dampak fenomena El Nino.
Pelaksana Tugas (Plt) Dinas Ketahanan Pangan (Dishanpan) Kota Semarang Bambang Pramusinto, di Semarang, Minggu, menyebutkan bahwa harga cabai masih terkendali.
"Berdasarkan hasil pemantauan harga di beberapa pasar tradisional pada minggu ini rata-rata mengalami kenaikan. Kisaran harga sekitar Rp60.000-75.000 per kilogram," katanya.
Data dari Kementerian Perdagangan bahwa sepanjang Oktober 2023 rata-rata harga cabai rawit merah secara nasional mencapai Rp55.934 per kilogram atau naik 37,8 persen dibanding bulan sebelumnya (month on month-MoM).
Cabai merah keriting naik 11,3 persen (MoM) menjadi Rp45.241 per kg, dan harga cabai merah besar naik 7,8 persen menjadi Rp43.138 per kg.
Diakui Bambang, kemarau panjang dan cuaca panas sebagai dampak fenomena El Nino menyebabkan panen tidak maksimal sehingga mendorong kenaikan harga cabai di pasaran.
Namun, kata dia, belum akan dilakukan intervensi terhadap harga cabai karena kenaikannya belum terlampau ekstrem, kecuali sudah sampai di atas 50 persen.
Kalau kenaikan harga cabai sudah di atas 50 persen, ia mengatakan Dishanpan Kota Semarang akan segera berkoordinasi dengan Dishanpan provinsi untuk melakukan intervensi harga.
Ia mengatakan Pemkot Semarang terus mengupayakan pengendalian inflasi melalui penyelenggaraan pasar murah dan pemantauan harga pasar, sesuai dengan arahan pemerintah pusat.
"Pengawasan telah intensif dilakukan di beberapa pasar tradisional, seperti Pasar Bulu dan Pasar Karangayu. Stok cabai masih aman sampai dua bulan ke depan," katanya.
Menurut dia, upaya yang dilakukan Pemkot Semarang, khususnya melalui Pasar Pangan Rakyat Murah dan Aman (Pak Rahman) cukup membantu menjaga lonjakan harga komoditas di pasaran.
Untuk cabai, misalnya, masyarakat bisa mendapatkan tiga kemasan sayur berbeda jenis cukup dengan harga Rp10.000, termasuk di dalamnya ada cabai yang bisa dipilih.
"Hari ini, ada dua lokasi Pak Rahman. Besok (Senin, 6/11) di dua lokasi lagi. Pagi, di daerah Sembungharjo, siangnya di kawasan Pabrik Sango," katanya.
Selain menyasar kantor kelurahan, kecamatan, dan tempat-tempat ibadah, kata dia, Pak Rahman juga menyasar kawasan pabrik untuk membantu memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.
Di sisi lain, Bambang juga mengajak masyarakat untuk turut menanam cabai melalui urban farming (pertanian perkotaan) untuk menyiasati harga cabai yang mahal di pasaran.
Apalagi, kata dia, pertanian perkotaan juga selaras dengan gerakan penanaman cabai melalui Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) atau menanam cabai di sekitar pekarangan perumahan yang tengah digalakkan Kementerian Pertanian.
"Mari sukseskan urban farming. Mendorong masyarakat mengoptimalkan gerakan menanam dengan memanfaatkan lahan pekarangan," katanya.
Pelaksana Tugas (Plt) Dinas Ketahanan Pangan (Dishanpan) Kota Semarang Bambang Pramusinto, di Semarang, Minggu, menyebutkan bahwa harga cabai masih terkendali.
"Berdasarkan hasil pemantauan harga di beberapa pasar tradisional pada minggu ini rata-rata mengalami kenaikan. Kisaran harga sekitar Rp60.000-75.000 per kilogram," katanya.
Data dari Kementerian Perdagangan bahwa sepanjang Oktober 2023 rata-rata harga cabai rawit merah secara nasional mencapai Rp55.934 per kilogram atau naik 37,8 persen dibanding bulan sebelumnya (month on month-MoM).
Cabai merah keriting naik 11,3 persen (MoM) menjadi Rp45.241 per kg, dan harga cabai merah besar naik 7,8 persen menjadi Rp43.138 per kg.
Diakui Bambang, kemarau panjang dan cuaca panas sebagai dampak fenomena El Nino menyebabkan panen tidak maksimal sehingga mendorong kenaikan harga cabai di pasaran.
Namun, kata dia, belum akan dilakukan intervensi terhadap harga cabai karena kenaikannya belum terlampau ekstrem, kecuali sudah sampai di atas 50 persen.
Kalau kenaikan harga cabai sudah di atas 50 persen, ia mengatakan Dishanpan Kota Semarang akan segera berkoordinasi dengan Dishanpan provinsi untuk melakukan intervensi harga.
Ia mengatakan Pemkot Semarang terus mengupayakan pengendalian inflasi melalui penyelenggaraan pasar murah dan pemantauan harga pasar, sesuai dengan arahan pemerintah pusat.
"Pengawasan telah intensif dilakukan di beberapa pasar tradisional, seperti Pasar Bulu dan Pasar Karangayu. Stok cabai masih aman sampai dua bulan ke depan," katanya.
Menurut dia, upaya yang dilakukan Pemkot Semarang, khususnya melalui Pasar Pangan Rakyat Murah dan Aman (Pak Rahman) cukup membantu menjaga lonjakan harga komoditas di pasaran.
Untuk cabai, misalnya, masyarakat bisa mendapatkan tiga kemasan sayur berbeda jenis cukup dengan harga Rp10.000, termasuk di dalamnya ada cabai yang bisa dipilih.
"Hari ini, ada dua lokasi Pak Rahman. Besok (Senin, 6/11) di dua lokasi lagi. Pagi, di daerah Sembungharjo, siangnya di kawasan Pabrik Sango," katanya.
Selain menyasar kantor kelurahan, kecamatan, dan tempat-tempat ibadah, kata dia, Pak Rahman juga menyasar kawasan pabrik untuk membantu memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.
Di sisi lain, Bambang juga mengajak masyarakat untuk turut menanam cabai melalui urban farming (pertanian perkotaan) untuk menyiasati harga cabai yang mahal di pasaran.
Apalagi, kata dia, pertanian perkotaan juga selaras dengan gerakan penanaman cabai melalui Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) atau menanam cabai di sekitar pekarangan perumahan yang tengah digalakkan Kementerian Pertanian.
"Mari sukseskan urban farming. Mendorong masyarakat mengoptimalkan gerakan menanam dengan memanfaatkan lahan pekarangan," katanya.