Solo (ANTARA) - Masyarakat Desa Tegalmulyo Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten, Jawa Tengah memanfaatkan air Embung Tirta Mulya untuk memberi minum ternak dan menyiram tanaman sayur-mayur saat musim kemarau panjang tahun 2023 ini.
Kepala Desa Tegalmulyo Sutarno di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Rabu, mengatakan keberadaan embung tersebut membantu masyarakat mengatasi masalah kekurangan air saat musim kering.
"Air dari embung itu sangat membantu masyarakat di desa kami. Masyarakat biasanya menggunakan air dari embung untuk kebutuhan air ternak atau ngombor (membuat makanan ternak) dan menyirami tanaman sayur-sayuran," katanya.
Ia mengatakan setiap musim kemarau, desa-desa di kecamatan yang terletak di lereng Gunung Merapi termasuk Desa Tegalmulyo selalu mengalami krisis air.
Jarak Desa Tegalmulyo dari puncak Gunung Merapi hanya sekitar 4 kilometer sehingga menjadikannya desa tertinggi di Kabupaten Klaten.
"Mayoritas lapisan tanah atasnya yang berupa pasir menyebabkan air hujan jatuh langsung masuk ke lapisan tanah di bawahnya. Akibatnya, tidak ada cadangan air yang disimpan untuk musim kemarau sehingga warga mengalami kesulitan mendapatkan air," katanya.
Ia mengatakan Embung Tirta Mulya ini bermanfaat untuk menampung air hujan agar bisa digunakan sebagai sumber air baku masyarakat, terutama saat musim kemarau.
"Embung ini menahan limpahan air dari lereng Merapi saat musim hujan dan lapisan embungnya menahan air sebagai persediaan air selama musim kemarau seperti saat ini. Dengan kedalaman 5 meter mampu menampung sekitar 12.000 meter kubik air," katanya.
Menurut dia, selama ini air di Embung Tirta Mulya tidak pernah kering sehingga sangat membantu warga Desa Tegalmulyo. Meski demikian, diakuinya, beberapa waktu terakhir stok air di embung menipis karena terjadinya kekeringan.
Sementara itu, dikatakannya, Embung Tirta Mulya dibangun bersama antara Pemerintah Kabupaten Klaten, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan AQUA Klaten.
"Berawal dari kebutuhan masyarakat, bersama para relawan Merapi didukung tim riset UGM Yogyakarta di bawah bimbingan DR Ir Heru Indrayana dan juga bantuan CSR PT Tirta Investama, serta izin dari Balai Taman Nasional Gunung Merapi Magelang dibangunlah embung ini," katanya.
Baca juga: Kudus pertimbangkan naikkan status jadi tanggap darurat kekeringan
Kepala Desa Tegalmulyo Sutarno di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Rabu, mengatakan keberadaan embung tersebut membantu masyarakat mengatasi masalah kekurangan air saat musim kering.
"Air dari embung itu sangat membantu masyarakat di desa kami. Masyarakat biasanya menggunakan air dari embung untuk kebutuhan air ternak atau ngombor (membuat makanan ternak) dan menyirami tanaman sayur-sayuran," katanya.
Ia mengatakan setiap musim kemarau, desa-desa di kecamatan yang terletak di lereng Gunung Merapi termasuk Desa Tegalmulyo selalu mengalami krisis air.
Jarak Desa Tegalmulyo dari puncak Gunung Merapi hanya sekitar 4 kilometer sehingga menjadikannya desa tertinggi di Kabupaten Klaten.
"Mayoritas lapisan tanah atasnya yang berupa pasir menyebabkan air hujan jatuh langsung masuk ke lapisan tanah di bawahnya. Akibatnya, tidak ada cadangan air yang disimpan untuk musim kemarau sehingga warga mengalami kesulitan mendapatkan air," katanya.
Ia mengatakan Embung Tirta Mulya ini bermanfaat untuk menampung air hujan agar bisa digunakan sebagai sumber air baku masyarakat, terutama saat musim kemarau.
"Embung ini menahan limpahan air dari lereng Merapi saat musim hujan dan lapisan embungnya menahan air sebagai persediaan air selama musim kemarau seperti saat ini. Dengan kedalaman 5 meter mampu menampung sekitar 12.000 meter kubik air," katanya.
Menurut dia, selama ini air di Embung Tirta Mulya tidak pernah kering sehingga sangat membantu warga Desa Tegalmulyo. Meski demikian, diakuinya, beberapa waktu terakhir stok air di embung menipis karena terjadinya kekeringan.
Sementara itu, dikatakannya, Embung Tirta Mulya dibangun bersama antara Pemerintah Kabupaten Klaten, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan AQUA Klaten.
"Berawal dari kebutuhan masyarakat, bersama para relawan Merapi didukung tim riset UGM Yogyakarta di bawah bimbingan DR Ir Heru Indrayana dan juga bantuan CSR PT Tirta Investama, serta izin dari Balai Taman Nasional Gunung Merapi Magelang dibangunlah embung ini," katanya.
Baca juga: Kudus pertimbangkan naikkan status jadi tanggap darurat kekeringan