Semarang (ANTARA) - Model pembelajaran teaching factory merupakan pembelajaran berbasis produk yang menggabungkan teori dan praktek secara langsung yang mulai dikembangkan oleh Aloysius Kristiyanto kepada peserta didiknya.

Kepala SMP Negeri 5 Semarang yang juga Fasilitator Program PINTAR Tanoto Foundation ini menilai model pembelajaran tersebut merupakan inisiatif untuk kembali menggugah kemampuan berpikir kreatif, berani mengambil risiko, dan memiliki inisiatif untuk memulai hal baru. 

Model pembelajaran tersebut diterapkan Aloysius setelah melihat kondisi peserta didik yang cenderung menunggu perintah dan mengerjakan sesuatu sebatas yang diperintahkan, serta diperburuk dengan daya juang peserta didik yang rendah dalam menyelesaikan tugas. 

Untuk menerapkan model pembelajaran teaching factory, ada sejumlah langkah yang perlu dilakukan yakni dengan mulai mengidentifikasi jenis program teaching factory yang akan dilaksanakan.

"Proses identifikasi dilakukan oleh tim pengembang kurikulum berdasarkan kearifan lokal. Penentuan jenis program yang akan dilaksanakan disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, sehingga program dapat memberikan manfaat yang maksimal," katanya.

Target program, lanjutnya, juga perlu ditetapkan agar program berjalan sesuai dengan yang diharapkan misal, jumlah peserta didik yang terlibat, durasi program, dan hasil yang diharapkan dari pelaksanaan program.

Langkah kedua dengan menentukan mitra untuk bekerja sama dalam teaching factory yang didasarkan pada keahlian yang dimiliki individu/lembaga untuk memfasilitasi kebutuhan. 

"Sekolah memilih sekolah kejuruan. Sekolah kejuruan yang terlibat harus memiliki komitmen untuk memfasilitasi program dan memberikan dukungan dalam pelaksanaannya misalnya memberikan fasilitas dan sumber daya. Perlu dipastikan bahwa sekolah yang terlibat memiliki kesamaan visi dan misi dalam program teaching factory," katanya.

Langkah ketiga melakukan pelatihan bagi peserta didik sesuai dengan jenis program dan tujuan program yang telah ditetapkan sebelumnya misal, jika program difokuskan pada pengembangan keterampilan teknis, maka pelatihan yang diberikan harus terkait dengan keterampilan tersebut selain pelatihan keterampilan non-teknis seperti kerja tim dan problem solving.

Aloysius menyebutkan untuk langkah keempat melaksanakan praktik teaching factory dengan melibatkan peserta didik dalam proses produksi dengan bimbingan mentor. Peserta didik akan terlibat langsung dalam proses produksi, sehingga mereka dapat belajar secara langsung dalam suasana kerja. 

"Selama pelaksanaan program, peserta didik memperhatikan faktor-faktor keselamatan kerja dan pengawasan yang ketat agar mereka dapat bekerja secara aman dan efektif," katanya.

Langkah terakhir, tambah Aloysius yakni melakukan evaluasi dan analisis hasil teaching factory untuk menilai efektivitas dan pencapaian tujuan serta target program sekaligus sebagai dasar untuk melakukan perbaikan dan peningkatan program teaching factory untuk masa depan.  

"Peserta didik diajak untuk melakukan kegiatan refleksi tentang apa yang sudah berjalan baik dan apa yang belum tercapai dan yang berjalan, mereka menjadi bersemangat dalam belajar karena dilibatkan secara aktif dalam proses belajar. Peserta didik tidak lagi menunggu perintah tetapi berinisiatif menyelesaikan tugas serta tumbuh jiwa gotong royong, kreatif, dan mandiri," tutup Aloysius.

Pewarta : Nur Istibsaroh
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024