Semarang (ANTARA) - Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengajak untuk membumikan kecintaan batik di kalangan generasi muda, apalagi Kota Atlas dikenal sebagai salah satu sentra penghasil batik, yakni Batik Semarangan.
"Melalui peringatan Hari Batik ini, kami berharap mampu membumikan batik pada level generasi muda," kata Ita, sapaan akrab Hevearita, di Semarang, Jawa Tengah, Senin, merefleksikan peringatan Hari Batik Nasional setiap 2 Oktober.
Menurut dia, Pemerintah Kota Semarang juga telah mengeluarkan surat edaran tertanggal 30 September 2023 yang mewajibkan karyawan dan karyawati di lingkup Pemkot Semarang mengenakan pakaian batik pada Senin.
Tidak hanya berhenti di level birokrasi saja, seluruh kepala satuan pendidikan, pegawai kontrak, dan peserta didik, baik sekolah negeri maupun swasta juga diwajibkan untuk mengenakan pakaian batik, mulai PAUD hingga SMP.
"Kalau kawan-kawan di jajaran pemerintahan ini kan sudah biasa mengenakan batik, karena setiap hari Selasa dan Kamis harus mengenakan seragam batik," katanya.
Demi mendukung upaya pelestarian batik, Pemkot Semarang selama ini sudah mewajibkan ASN-nya memakai batik pada Selasa untuk motif tenun dan Kamis untuk motif Batik Semarangan.
"Maka ini yang luar biasa adalah pelajar dari mulai level TK PAUD, SD, SMP kami ajarkan untuk mencintai batik, dengan mewajibkan mereka memakai batik pada hari batik kali ini," katanya.
Bahkan, di beberapa sekolah juga turut menggelar acara bertema batik, seperti di SD Negeri Pekunden yang menggelar kegiatan peragaan busana, mewarnai, hingga menggambar motif batik Semarangan.
"Kebijakan ini sebagai bagian dari upaya Pemerintah Kota Semarang untuk mengenalkan sekaligus menumbuhkan rasa cinta warga masyarakat terhadap batik sejak dini," kata Ita,
Kota Semarang, kata dia, merupakan salah satu kota yang memiliki beberapa sentra pengrajin batik, seperti di Rejomulyo (Semarang Timur), Mangunharjo (Tembalang), dan Malon (Gunungpati).
Tak hanya itu, Semarang juga memiliki motif batik khas yang erat dengan akulturasi budaya, seperti Warak Ngendog, Asem Arang, Tugu Muda, Lawang Sewu hingga Blekok Srondol.
Selain membudayakan kecintaan batik di kalangan generasi muda, Ita berharap peringatan Hari Batik Nasional, sekaligus mampu memberikan dampak positif bagi perkembangan UMKM, khususnya batik di Kota Semarang.
Baca juga: Angkasa Pura I gandeng perajin lokal semarakkan Hari Batik Nasional
"Melalui peringatan Hari Batik ini, kami berharap mampu membumikan batik pada level generasi muda," kata Ita, sapaan akrab Hevearita, di Semarang, Jawa Tengah, Senin, merefleksikan peringatan Hari Batik Nasional setiap 2 Oktober.
Menurut dia, Pemerintah Kota Semarang juga telah mengeluarkan surat edaran tertanggal 30 September 2023 yang mewajibkan karyawan dan karyawati di lingkup Pemkot Semarang mengenakan pakaian batik pada Senin.
Tidak hanya berhenti di level birokrasi saja, seluruh kepala satuan pendidikan, pegawai kontrak, dan peserta didik, baik sekolah negeri maupun swasta juga diwajibkan untuk mengenakan pakaian batik, mulai PAUD hingga SMP.
"Kalau kawan-kawan di jajaran pemerintahan ini kan sudah biasa mengenakan batik, karena setiap hari Selasa dan Kamis harus mengenakan seragam batik," katanya.
Demi mendukung upaya pelestarian batik, Pemkot Semarang selama ini sudah mewajibkan ASN-nya memakai batik pada Selasa untuk motif tenun dan Kamis untuk motif Batik Semarangan.
"Maka ini yang luar biasa adalah pelajar dari mulai level TK PAUD, SD, SMP kami ajarkan untuk mencintai batik, dengan mewajibkan mereka memakai batik pada hari batik kali ini," katanya.
Bahkan, di beberapa sekolah juga turut menggelar acara bertema batik, seperti di SD Negeri Pekunden yang menggelar kegiatan peragaan busana, mewarnai, hingga menggambar motif batik Semarangan.
"Kebijakan ini sebagai bagian dari upaya Pemerintah Kota Semarang untuk mengenalkan sekaligus menumbuhkan rasa cinta warga masyarakat terhadap batik sejak dini," kata Ita,
Kota Semarang, kata dia, merupakan salah satu kota yang memiliki beberapa sentra pengrajin batik, seperti di Rejomulyo (Semarang Timur), Mangunharjo (Tembalang), dan Malon (Gunungpati).
Tak hanya itu, Semarang juga memiliki motif batik khas yang erat dengan akulturasi budaya, seperti Warak Ngendog, Asem Arang, Tugu Muda, Lawang Sewu hingga Blekok Srondol.
Selain membudayakan kecintaan batik di kalangan generasi muda, Ita berharap peringatan Hari Batik Nasional, sekaligus mampu memberikan dampak positif bagi perkembangan UMKM, khususnya batik di Kota Semarang.
Baca juga: Angkasa Pura I gandeng perajin lokal semarakkan Hari Batik Nasional