Semarang (ANTARA) - Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Abdul Hakam menyarankan masyarakat untuk memperbanyak konsumsi air putih sebagai antisipasi cuaca panas ekstrem yang berdampak terhadap kondisi kesehatan.
"Jangan sampai dehidrasi. Harus merehidrasi tubuh. Kalau normalnya (konsumsi air putih) kan dua liter per hari," katanya di Semarang, Senin.
Ketika cuaca panas ekstrem seperti sekarang ini, kata dia, konsumsi air putih bisa ditambah setidaknya setengah sampai satu liter per hari sehingga menjadi tiga liter dalam sehari.
Bahkan, ia juga meminta masyarakat yang sedang menjalani diet untuk menghentikannya untuk sementara waktu, mengingat kondisi cuaca sedang panas ekstrem yang dikhawatirkan berdampak pada kesehatan.
"Kalau seperti ini, ndak boleh diet-diet dulu. Kalau makan ya tiga kali sehari, yang biasanya dua kali sehari, ya dua kali. Bila perlu, tambah vitamin untuk meningkatkan kekebalan tubuh," katanya.
Hakam mengatakan, sebaiknya aktivitas di luar ruangan dikurangi jika tidak diperlukan dan lebih banyak melakukan aktivitas di dalam ruangan saat cuaca terik seperti sekarang.
Kalaupun harus beraktivitas di luar ruangan, ia menyarankan untuk menggunakan pakaian panjang dan tertutup, topi, kaca mata hitam, dan memakai krim tabir surya untuk mengurangi dampak paparan sinar matahari.
Seiring dengan cuaca panas, ia juga tidak memungkiri banyak masyarakat yang mengambil peluang untuk berjualan es atau minuman dingin, tetapi sebaiknya menghindari es saat cuaca panas.
"Kalau kemudian cuaca panas begini, es masuk maka akan mengubah mukosa dalam dinding tenggorokan, bikin radang. Pertama, gatal, kemudian mulai batuk. Kalau sudah radang akan demam," katanya.
Kondisi dehidrasi, kata dia, juga berakibat sangat berbahaya bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit tertentu, seperti diabetes atau kencing manis jika tidak mengatur konsumsi makanan dan minuman.
Bagi masyarakat yang merasakan keluhan kesehatan, Hakam meminta untuk segera memeriksakan diri ke pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) atau dokter agar bisa segera ditangani.
"Risiko untuk anak-anak sama. Saya pernah sampaikan kalau saat seperti ini akan resisten atau sensitif terhadap penyakit ISPA (infeksi saluran pernafasan atas) dan diare," katanya.
Baca juga: BMKG: Curah hujan di wilayah Jateng masih rendah
"Jangan sampai dehidrasi. Harus merehidrasi tubuh. Kalau normalnya (konsumsi air putih) kan dua liter per hari," katanya di Semarang, Senin.
Ketika cuaca panas ekstrem seperti sekarang ini, kata dia, konsumsi air putih bisa ditambah setidaknya setengah sampai satu liter per hari sehingga menjadi tiga liter dalam sehari.
Bahkan, ia juga meminta masyarakat yang sedang menjalani diet untuk menghentikannya untuk sementara waktu, mengingat kondisi cuaca sedang panas ekstrem yang dikhawatirkan berdampak pada kesehatan.
"Kalau seperti ini, ndak boleh diet-diet dulu. Kalau makan ya tiga kali sehari, yang biasanya dua kali sehari, ya dua kali. Bila perlu, tambah vitamin untuk meningkatkan kekebalan tubuh," katanya.
Hakam mengatakan, sebaiknya aktivitas di luar ruangan dikurangi jika tidak diperlukan dan lebih banyak melakukan aktivitas di dalam ruangan saat cuaca terik seperti sekarang.
Kalaupun harus beraktivitas di luar ruangan, ia menyarankan untuk menggunakan pakaian panjang dan tertutup, topi, kaca mata hitam, dan memakai krim tabir surya untuk mengurangi dampak paparan sinar matahari.
Seiring dengan cuaca panas, ia juga tidak memungkiri banyak masyarakat yang mengambil peluang untuk berjualan es atau minuman dingin, tetapi sebaiknya menghindari es saat cuaca panas.
"Kalau kemudian cuaca panas begini, es masuk maka akan mengubah mukosa dalam dinding tenggorokan, bikin radang. Pertama, gatal, kemudian mulai batuk. Kalau sudah radang akan demam," katanya.
Kondisi dehidrasi, kata dia, juga berakibat sangat berbahaya bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit tertentu, seperti diabetes atau kencing manis jika tidak mengatur konsumsi makanan dan minuman.
Bagi masyarakat yang merasakan keluhan kesehatan, Hakam meminta untuk segera memeriksakan diri ke pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) atau dokter agar bisa segera ditangani.
"Risiko untuk anak-anak sama. Saya pernah sampaikan kalau saat seperti ini akan resisten atau sensitif terhadap penyakit ISPA (infeksi saluran pernafasan atas) dan diare," katanya.
Baca juga: BMKG: Curah hujan di wilayah Jateng masih rendah