Magelang (ANTARA) - Pemerintah Kota Magelang bekerja sama dengan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) memberikan bantuan pinjaman modal bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di daerah itu guna meningkatkan produktivitas usaha ekonomi mereka.
"Ini (bantuan pinjaman PNM, red.) adalah salah satu jalan bagi warga Kota Magelang untuk mendapatkan modal dengan cara bekerja bareng, bergotong royong," kata Wali Kota Magelang Muchamad Nur Aziz dalam rilis Bagian Prokompim Pemkot Magelang di Magelang, Selasa (12/9).
Program bantuan itu disosialisasikan Pemkot Magelang melalui Program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) di IKM Center Kota Magelang pada Senin (11/9).
Ia mengaku bahwa selama ini salah satu kendala pelaku UMKM mengembangkan usaha produksi terkait dengan persoalan permodalan.
Selain bantuan pinjaman, katanya, akan dilakukan pelatihan dan pendampingan secara kontinyu bagi pelaku UMKM.
Ia menyatakan optimistis sinergi para pemangku kepentingan membuat jangkauan pangsa pasar produk mereka semakin luas.
"Sekarang tinggal membuka pasar. Nanti Disperindag (Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Magelang, red.) dapat bekerja sama dengan Disdikbud (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan), Disporapar (Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata), dan DLH (Dinas Lingkungan Hidup), jadilah. Pasarnya sudah kita ditangkap," katanya.
Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Magelang Wawan Setiadi menjelaskan kegiatan ini bentuk sinergi dan kolaborasi berbagai pihak terkait.
"Pasca-pelatihan, baik dari program pemberdayaan masyarakat melalui Rodanya Mas Bagia dari tiap RT yang mengusulkan pelatihan maupun pelatihan yang diselenggarakan Disperindag, termasuk pelatihan yang menggunakan dana APBN dan DBHCHT, masyarakat perlu akses permodalan untuk UMKM. Permodalan yang diberikan paling kecil dua juta rupiah, nanti bisa lima juta rupiah sampai lima belas juta rupiah," katanya.
Ia berharap, pelaku UMKM tidak mengalami kesulitan dalam mengakses permodalan dan dapat terus mengembangkan usahanya. Mereka juga akan diberikan literasi keuangan sehingga UMKM bisa semakin tumbuh.
"Kadang pelaku UMKM itu susah mengakses modal karena ada 'BI checking', sedangkan ini tidak ada persyaratan khusus. Nantinya dibentuk berkelompok menggunakan sistem tanggung renteng, artinya kalau salah satu orang tidak bisa mengembalikan, akan ditanggung oleh semua anggota kelompok tersebut," katanya.
Pengawas Koperasi Disperindag Kota Magelang Aziz Khariri menyatakan PNM sejak awal sejarahnya ditujukan untuk usaha yang "non bankable" (belum mempunyai jaminan, belum mempunyai literasi keuangan).
"Harapannya, ini dapat mengakomodir peminjam skala kecil, seperti yang pinjaman pertama dua juta rupiah dan tanpa jaminan. Setelah itu jalan, kalau dua atau tiga bulan dia bagus bisa 'top up'. Setelah Mekaar bisa meningkat ke ULaMM (Unit Layanan Modal Mikro). Selanjutnya bila sudah punya literasi keuangan bisa naik kelas ke KUR (Kredit Usaha Rakyat)," katanya.
Manager Regional Mekaar PNM Aditya Wardana menyatakan kehadiran PNM berhubungan dengan program pemerintah, yaitu fokus pada pengembangan ultra mikro agar fondasi paling bawah perekonomian ini bisa lebih kuat.
"Kita sama-sama tahu terjadi krisis tahun 1990-an, di mana ultra mikro yang masih bisa 'settle' dan 'sustainable'. Berkaca dari Tahun 2019 sampai dengan 2022 di tengah pandemi, banyak ketidakpercayaan untuk tumbuh dan bangkit, sehingga, dengan adanya PNM di masyarakat memberikan permodalan dan pelatihan, kami ikut serta membangun 'image' dan mental dari pelaku UMKM itu untuk bangkit," katanya.
Ia menilai potensi kewirausahaan terkait dengan usaha ultra mikro, khususnya di Kota Magelang, sebagai bagus.
Apalagi dengan titik "segitiga emas" --Semarang, Magelang, Yogyakarta--, ia optimistis Magelang dengan destinasi dan kultur yang luas mempunyai peluang tinggi terkait dengan pelaku usaha mikro untuk berkembang dan bersaing.
Bentuk pendampingan dilakukan PNM ada beberapa fokus, yakni mendorong nasabah mengurus perizinan, membantu disertifikasi produk usaha unggulan dari nasabah dari yang kemasan sederhana didorong untuk mengemas dan membuat jenama produk, serta melatih membuat pengelompokan klaster untuk saling bersinergi.
Sasaran Program Mekaar kalangan perempuan berusia 18 hingga 63 tahun dengan nasabah tidak disyaratkan mempunyai usaha karena justru pembiayaan pertama melihat niat besar orang tersebut untuk memulai usaha.
"Ini (bantuan pinjaman PNM, red.) adalah salah satu jalan bagi warga Kota Magelang untuk mendapatkan modal dengan cara bekerja bareng, bergotong royong," kata Wali Kota Magelang Muchamad Nur Aziz dalam rilis Bagian Prokompim Pemkot Magelang di Magelang, Selasa (12/9).
Program bantuan itu disosialisasikan Pemkot Magelang melalui Program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) di IKM Center Kota Magelang pada Senin (11/9).
Ia mengaku bahwa selama ini salah satu kendala pelaku UMKM mengembangkan usaha produksi terkait dengan persoalan permodalan.
Selain bantuan pinjaman, katanya, akan dilakukan pelatihan dan pendampingan secara kontinyu bagi pelaku UMKM.
Ia menyatakan optimistis sinergi para pemangku kepentingan membuat jangkauan pangsa pasar produk mereka semakin luas.
"Sekarang tinggal membuka pasar. Nanti Disperindag (Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Magelang, red.) dapat bekerja sama dengan Disdikbud (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan), Disporapar (Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata), dan DLH (Dinas Lingkungan Hidup), jadilah. Pasarnya sudah kita ditangkap," katanya.
Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Magelang Wawan Setiadi menjelaskan kegiatan ini bentuk sinergi dan kolaborasi berbagai pihak terkait.
"Pasca-pelatihan, baik dari program pemberdayaan masyarakat melalui Rodanya Mas Bagia dari tiap RT yang mengusulkan pelatihan maupun pelatihan yang diselenggarakan Disperindag, termasuk pelatihan yang menggunakan dana APBN dan DBHCHT, masyarakat perlu akses permodalan untuk UMKM. Permodalan yang diberikan paling kecil dua juta rupiah, nanti bisa lima juta rupiah sampai lima belas juta rupiah," katanya.
Ia berharap, pelaku UMKM tidak mengalami kesulitan dalam mengakses permodalan dan dapat terus mengembangkan usahanya. Mereka juga akan diberikan literasi keuangan sehingga UMKM bisa semakin tumbuh.
"Kadang pelaku UMKM itu susah mengakses modal karena ada 'BI checking', sedangkan ini tidak ada persyaratan khusus. Nantinya dibentuk berkelompok menggunakan sistem tanggung renteng, artinya kalau salah satu orang tidak bisa mengembalikan, akan ditanggung oleh semua anggota kelompok tersebut," katanya.
Pengawas Koperasi Disperindag Kota Magelang Aziz Khariri menyatakan PNM sejak awal sejarahnya ditujukan untuk usaha yang "non bankable" (belum mempunyai jaminan, belum mempunyai literasi keuangan).
"Harapannya, ini dapat mengakomodir peminjam skala kecil, seperti yang pinjaman pertama dua juta rupiah dan tanpa jaminan. Setelah itu jalan, kalau dua atau tiga bulan dia bagus bisa 'top up'. Setelah Mekaar bisa meningkat ke ULaMM (Unit Layanan Modal Mikro). Selanjutnya bila sudah punya literasi keuangan bisa naik kelas ke KUR (Kredit Usaha Rakyat)," katanya.
Manager Regional Mekaar PNM Aditya Wardana menyatakan kehadiran PNM berhubungan dengan program pemerintah, yaitu fokus pada pengembangan ultra mikro agar fondasi paling bawah perekonomian ini bisa lebih kuat.
"Kita sama-sama tahu terjadi krisis tahun 1990-an, di mana ultra mikro yang masih bisa 'settle' dan 'sustainable'. Berkaca dari Tahun 2019 sampai dengan 2022 di tengah pandemi, banyak ketidakpercayaan untuk tumbuh dan bangkit, sehingga, dengan adanya PNM di masyarakat memberikan permodalan dan pelatihan, kami ikut serta membangun 'image' dan mental dari pelaku UMKM itu untuk bangkit," katanya.
Ia menilai potensi kewirausahaan terkait dengan usaha ultra mikro, khususnya di Kota Magelang, sebagai bagus.
Apalagi dengan titik "segitiga emas" --Semarang, Magelang, Yogyakarta--, ia optimistis Magelang dengan destinasi dan kultur yang luas mempunyai peluang tinggi terkait dengan pelaku usaha mikro untuk berkembang dan bersaing.
Bentuk pendampingan dilakukan PNM ada beberapa fokus, yakni mendorong nasabah mengurus perizinan, membantu disertifikasi produk usaha unggulan dari nasabah dari yang kemasan sederhana didorong untuk mengemas dan membuat jenama produk, serta melatih membuat pengelompokan klaster untuk saling bersinergi.
Sasaran Program Mekaar kalangan perempuan berusia 18 hingga 63 tahun dengan nasabah tidak disyaratkan mempunyai usaha karena justru pembiayaan pertama melihat niat besar orang tersebut untuk memulai usaha.