Solo (ANTARA) -
Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut pelaksanaan pemilu biasanya tidak berdampak signifikan pada pasar saham secara umum.
Kepala BEI Jawa Tengah II M Wira Adibrata di Solo, Jawa Tengah, Kamis, mengatakan kondisi pasar saham di Indonesia lebih kondusif dibandingkan sejumlah negara tetangga. Menurut dia, kondisi tersebut tidak lepas dari pelaksanaan pemilu di Indonesia yang berlangsung lebih kondusif.
"Kalau dibandingkan dengan negara tetangga, seperti di Malaysia yang sempat chaos, Myanmar yang demo berkelanjutan dan jangka panjang. Ini mengganggu stabilitas ekonomi," katanya.
Meski demikian, katanya, jika melihat pada pelaksanaan pemilu sebelumnya justru akan terjadi kenaikan transaksi setelah dilakukannya pelantikan presiden.
"Pascapemilu ada beberapa sektor yang mengalami kenaikan, namun ada yang sepi sedikit. Lihat kondisi politik. Setelah pelantikan rata-rata saham pada naik," katanya.
Sementara itu, ujar dia, sektor penopang kinerja indeks sektoral di BEI pada periode pemilu tidak sama. Melihat historisnya pada pemilu 2014 penopang utama kinerja indeks sektoral di BEI, yakni properti, sedangkan pada tahun 2019 sektor pembiayaan.
"Masing-masing tahun beda-beda yang menjadi penopang, hal ini menunjukkan tidak ada sektor khusus yang naik ketika pemilu. Bisa disimpulkan bahwa pemilu bukan faktor penggerak utama pasar karena faktor penggeraknya beragam," katanya.
Ia mencontohkan jika pemilu dilakukan pada bulan lalu maka sektor batu bara yang akan terlihat berkontribusi besar.
"Ini bukan karena salah satu kandidat memiliki perusahaan tambang, namun karena harga batu bara dan minyak dunia sedang naik sehingga perusahaan yang bergerak di bidang itu diproyeksikan akan mengalami keuntungan besar. Para investor berburu saham di sektor itu. Alhasil, harga-harga pada naik dan menjadi penopang naiknya IHSG," katanya.