Purwokerto (ANTARA) - Realisasi pengadaan pangan atau penyerapan gabah yang dilaksanakan Perum Bulog Cabang Banyumas hingga saat ini telah mencapai kisaran 28.000 ton atau sekitar 90,33 persen dari target tahun 2023 yang sebesar 31.000 ton setara beras.

"Penyerapan sudah cukup baik. Kalau akhir tahun ini, kami menyadari untuk penyerapan memang kesulitan dari posisi harga," kata Pimpinan Cabang Perum Cabang Banyumas Rasiwan di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Senin.

Dalam hal ini, kata dia, harga gabah kering giling (GKG) di penggilingan saat sekarang sudah mencapai kisaran Rp7.000-Rp7.200/kg atau di atas harga pembelian pemerintah (HPP) yang sebesar Rp6.200/kg, sedangkan harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani saat sekarang sebesar Rp6.000/kg atau di atas HPP yang sebesar Rp6.000/kg.

Selain masalah harga, lanjut dia, luas panen padi di wilayah Banyumas Raya mulai berkurang.



Terkait dengan hal itu, ia mengaku telah berdiskusi dengan Dinas Pertanian di wilayah Banyumas Raya jika ke depan, penyerapan akan diubah menjadi pengadaan tertutup.

Menurut dia, hal itu dilakukan agar dalam penyerapan gabah dan beras dari petani tidak tergantung pada harga di pasar umum.

"Kemudian agar gabah itu tidak ke luar kota, tapi ke luar kotanya sudah dalam bentuk beras. Jangan-jangan beras yang ada sekarang, gabahnya kita tapi diproduksi oleh orang luar kota yang kembali ke Banyumas menjadi beras," jelasnya.

Ia mengatakan hal itu merupakan sesuatu yang harus diubah, sehingga tidak masalah hasil panen petani keluar wilayah Banyumas namun sudah dalam bentuk beras.

"Kami komitmen dengan Dinas Pertanian agar dalam penyerapan ke depan menggunakan skema pengadaan tertutup," tegas Rasiwan.



Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dinpertan KP) Kabupaten Banyumas Jaka Budi Santosa mengakui jika saat ini masih berlangsung masa panen di Banyumas meskipun luas panennya sudah berkurang.

Dalam hal ini,  luasan panen di Banyumas pada bulan Agustus mencapai 7.987 hektare dengan rata-rata produktivitas 5,8 ton GKP per hektare.

"Kami prediksi produksinya itu 49.012 ton GKP atau setara dengan 30.387 ton beras," katanya.

Ia mengatakan dengan produksi sebesar itu sebenarnya mencukupi kebutuhan masyarakat Kabupaten Banyumas.

Kendati demikian, dia mengakui tidak semua gabah hasil panen petani dijual ke Bulog karena sebagian disimpan oleh masyarakat petani.

Menurut dia, hal itu dilakukan petani karena pada bulan September hingga Januari 2024 dapat dipastikan terjadi kenaikan harga beras seiring dengan datangnya masa paceklik.

"Sebagian gabah simpanan petani itu biasanya juga akan dijual ke pasar umum," jelasnya. ***1***


Baca juga: Jaga harga beras, Bulog Surakarta gelar SIGAP SPHP

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024