Purwokerto (ANTARA) - Mahasiswi Program Studi Manajemen Kelas Internasional Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Amalia Desta Fitri Pramono berhasil meraih Juara 1 Export Startup Matchup Competition 2023.
Mahasiswi FEB Unsoed Angkatan 2020 ini menggandeng mahasiswa Manajemen FEB Universitas Pembangunan Nasional (UPN) "Veteran" Jawa Timur, Cavin Kleinsteuber Phung sebagai Co-Founder atau anggota, sedangkan Amalia merupakan Founder atau Ketua Tim.
Pada penjurian final yang berlangsung di Singapura pada 14 Juli 2023, Amalia dan tim menampilkan produk inovatif ekspor, yaitu Ecoprint Fashion.
Amalia mengatakan Export Startup Matchup Competition 2023 yang mengangkat tema "Inovating ASEAN" itu melalui 5 tahap proses seleksi yang berlangsung selama 5 bulan, yakni sejak Maret hingga Juli 2023, dengan babak semi-final dilaksanakan di Kemendikbudristek Jakarta dan final di KBRI Singapura.
Menurut dia, ajang tersebut diikuti oleh ratusan tim berskala nasional yang memenuhi kriteria sebagai mahasiswa dan kalangan generasi muda usia 20-35 tahun.
"Fokus penjurian pada ide bisnis dan produk inovatif ekspor yang bisa dilakukan oleh calon eksportir atau eksportir pemula. Produk inovatif ekspor yang dikembangkan dibatasi pada produk fashion, home decor, alas kaki, kerajinan, olahan pangan dan olahan rempah nonpangan,” jelasnya.
Baca juga: Tim mahasiswa FEB Unsoed Purwokerto raih juara 2 di Iconfest 2023
SÁRA adalah merek fesyen yang didirikan oleh dua peserta MSIB Sekolah Ekspor, yaitu Amalia Desta Fitri Pramono dan Cavin Kleinsteuber Phung. Mereka memilih untuk menerapkan konsep Ecoprint dalam produk-produk fesyennya.
Ecoprint adalah teknik pencetakan kain menggunakan bahan alami seperti daun, bunga, ranting, dan bahan-bahan alam serupa untuk menciptakan pola dan warna pada kain.
"Dengan menggunakan bahan-bahan alami ini, SÁRA berusaha menciptakan produk-produk ramah lingkungan dan mengurangi dampak negatif industri fesyen terhadap lingkungan dengan inovasi kombinasi kain dan harga yang terjangkau di setiap target pasarnya," kata Amalia.
Terkait dengan persiapan dalam menghadapi lomba, dia mengakui hal itu tidak mudah dilakukan oleh timnya, mulai dari brainstorming ide inovasi produk, survei dan melakukan kerja sama dengan UMKM, financial decision, launching, branding, social media engagement, product content, mockup design, product, packaging, logo, brand tag, brand hang, dan lainnya.
"Proses seleksi perlombaan terdiri dari 5 tahap, yaitu seleksi proposal, seleksi video, presentasi produk inovasi, semi-final presentasi dan debat antartim, serta final presentasi di hadapan Atase Perdagangan dan Pendidikan Singapura beserta Kepala Sekolah Ekspor di KBRI Singapura," jelasnya.
Dia berharap agar generasi muda dan masyarakat Indonesia lebih sadar akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dimulai dengan hal-hal kecil yang bisa dilakukan seperti penggunaan produk-produk ramah lingkungan.
"Selain itu, kami sebagai tim yang membawakan produk inovasi Ecoprint Fashion dapat menjadi inspirasi generasi muda untuk terus berkarya dan tetap semangat dalam setiap langkah yang diambil, serta kami dapat menjadi pengingat bagi semua orang bahwa langkah kecil yang kami lakukan dapat membawa dampak perubahan bagi bumi, karena perubahan dimulai dari dalam diri sendiri terlebih dahulu," katanya.
Baca juga: Unsoed Purwokerto kukuhkan 7.296 mahasiswa baru tahun 2023/2024
Baca juga: Gubernur STIN harapkan mahasiswa baru Unsoed mampu hadapi tantangan
Mahasiswi FEB Unsoed Angkatan 2020 ini menggandeng mahasiswa Manajemen FEB Universitas Pembangunan Nasional (UPN) "Veteran" Jawa Timur, Cavin Kleinsteuber Phung sebagai Co-Founder atau anggota, sedangkan Amalia merupakan Founder atau Ketua Tim.
Pada penjurian final yang berlangsung di Singapura pada 14 Juli 2023, Amalia dan tim menampilkan produk inovatif ekspor, yaitu Ecoprint Fashion.
Amalia mengatakan Export Startup Matchup Competition 2023 yang mengangkat tema "Inovating ASEAN" itu melalui 5 tahap proses seleksi yang berlangsung selama 5 bulan, yakni sejak Maret hingga Juli 2023, dengan babak semi-final dilaksanakan di Kemendikbudristek Jakarta dan final di KBRI Singapura.
Menurut dia, ajang tersebut diikuti oleh ratusan tim berskala nasional yang memenuhi kriteria sebagai mahasiswa dan kalangan generasi muda usia 20-35 tahun.
"Fokus penjurian pada ide bisnis dan produk inovatif ekspor yang bisa dilakukan oleh calon eksportir atau eksportir pemula. Produk inovatif ekspor yang dikembangkan dibatasi pada produk fashion, home decor, alas kaki, kerajinan, olahan pangan dan olahan rempah nonpangan,” jelasnya.
Baca juga: Tim mahasiswa FEB Unsoed Purwokerto raih juara 2 di Iconfest 2023
SÁRA adalah merek fesyen yang didirikan oleh dua peserta MSIB Sekolah Ekspor, yaitu Amalia Desta Fitri Pramono dan Cavin Kleinsteuber Phung. Mereka memilih untuk menerapkan konsep Ecoprint dalam produk-produk fesyennya.
Ecoprint adalah teknik pencetakan kain menggunakan bahan alami seperti daun, bunga, ranting, dan bahan-bahan alam serupa untuk menciptakan pola dan warna pada kain.
"Dengan menggunakan bahan-bahan alami ini, SÁRA berusaha menciptakan produk-produk ramah lingkungan dan mengurangi dampak negatif industri fesyen terhadap lingkungan dengan inovasi kombinasi kain dan harga yang terjangkau di setiap target pasarnya," kata Amalia.
Terkait dengan persiapan dalam menghadapi lomba, dia mengakui hal itu tidak mudah dilakukan oleh timnya, mulai dari brainstorming ide inovasi produk, survei dan melakukan kerja sama dengan UMKM, financial decision, launching, branding, social media engagement, product content, mockup design, product, packaging, logo, brand tag, brand hang, dan lainnya.
"Proses seleksi perlombaan terdiri dari 5 tahap, yaitu seleksi proposal, seleksi video, presentasi produk inovasi, semi-final presentasi dan debat antartim, serta final presentasi di hadapan Atase Perdagangan dan Pendidikan Singapura beserta Kepala Sekolah Ekspor di KBRI Singapura," jelasnya.
Dia berharap agar generasi muda dan masyarakat Indonesia lebih sadar akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dimulai dengan hal-hal kecil yang bisa dilakukan seperti penggunaan produk-produk ramah lingkungan.
"Selain itu, kami sebagai tim yang membawakan produk inovasi Ecoprint Fashion dapat menjadi inspirasi generasi muda untuk terus berkarya dan tetap semangat dalam setiap langkah yang diambil, serta kami dapat menjadi pengingat bagi semua orang bahwa langkah kecil yang kami lakukan dapat membawa dampak perubahan bagi bumi, karena perubahan dimulai dari dalam diri sendiri terlebih dahulu," katanya.
Baca juga: Unsoed Purwokerto kukuhkan 7.296 mahasiswa baru tahun 2023/2024
Baca juga: Gubernur STIN harapkan mahasiswa baru Unsoed mampu hadapi tantangan