Boyolali, Jateng (ANTARA) - Sebanyak 279 haji gabungan asal Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kloter 99 atau 94C Debarkasi Solo telah tiba di Tanah Air atau mendarat di Bandara Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Kamis malam, ukul 18.26 WIB.

Rombongan haji kloter terakhir atau sering disebut kloter Sapu Jagat tersebut setibanya di Bandara Adi Seomarmo langsung dijemput bus menuju Asrama Haji Donohudan Boyolali, sekitar pukul 19.16 WIB.

Menurut Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Debarkasi Solo Mustain Ahmad dengan kedatangan kloter terakhir Debarkasi Solo asal gabungan 23 kabupaten kota Jateng dan DIY tersebut akan berakhir pula dalam penyelenggaraan ibadah haji tahun ini. Pada penyelenggaraan ibadah haji 2023, baik masa pemberangkatan maupun pemulangan berjalan lancar.

"Kami masih mempunyai jamaah haji yang sakit dirawat di Rumah Sakit Arab Saudi ada 13 orang dan di RSUD Moewardi Solo masih ada dua orang mudah-mudahan segera sehat. Kami mempunyai waktu dua bulan untuk menunggu haji yang dirawat di rumah sakit hingga sembuh," katanya.

Dari 13 haji yang dirawat karena sakit di Tanah Suci terdiri atas12 orang asal Jateng dan satu orang lainnya dari DIY. Jamaah haji sakit di Tanah Suci kalau sudah sembuh dan layak terbang akan dipulangkan dengan pesawat reguler.

"Kami berharap dalam waktu sebelum dua bulan masa pemulangan mereka sudah sehat. Jika lebih dua bulan akan ada mekanisme lagi. Kami doakan sebelum dua bulan sudah sehat dan bisa dikembalikan ke Tanah Air," katanya.

Ia menjelaskan haji kloter terakhir yakni 99 atau 94C ada sebanyak sebanyak 297 haji gabungan Jateng dan DIY sehingga total yang sudah dipulangkan ke Tanah Air sebanyak 35.137 orang atau 99,6 persen dari total jamaah yang diberangkatkan ke Tanah Suci 35.269 orang.

Sedangkan, jamaah haji yang meninggal dalam penyelenggaraan tahun ini, sebanyak 125 orang atau 0,35 persen dari total yang diberangkatkan ke Tanah Suci.

Menurut dia, tingginya angka haji meninggal dunia saat pelaksanaan ibadah haji karena rata-rata usianya sudah sepuh atau lanjut usai dan pasti masuk kategori resiko tinggi (Resti). Dalam hal ini, rawan dalam kondisi kelelahan dan sebagainya.

Namun, hal tersebut menjadi evaluasi di tingkat nasional untuk kebijakan mendahulukan pengukuran kemampuan kesehatan jamaah, baru pelunasan. Sebelumnya, pelunasan dahulu baru diperiksa kesehatannya.

Adapun kebijakan itu, memang belum dituangkan secara resmi, tetapi arahnya akan ke sana, demikian Mustain Ahmad.

 

Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024